Advertorial

Hindari Social Engineering, Pakar Keamanan Siber Imbau Masyarakat Tidak Asal Klik Link dan Instal Aplikasi

Kompas.com - 28/09/2022, 19:39 WIB

KOMPAS.com - Pakar keamanan siber sekaligus Ketua Indonesia Cyber Security Forum Ardi Sutedja mengimbau masyarakat untuk senantiasa waspada terhadap informasi menyesatkan terkait perbankan dari sumber tidak resmi.

Ia pun meminta masyarakat tidak mengeklik tautan mencurigakan yang mirip dengan akun resmi perbankan. Pasalnya, tautan tersebut sengaja diciptakan untuk mencuri akses layanan perbankan seseorang.

Ardi mengatakan, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan karena modus penipuan social engineering (soceng) semakin marak. Utamanya, saat sedang mengakses informasi ataupun bertransaksi.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tidak membagikan data pribadi dan perbankan kepada pelaku yang mengatasnamakan bank. 

Untuk diketahui, pelaku soceng kerap memengaruhi pikiran korban dengan “angin surga” melalui penawaran hadiah.

Selain hal tersebut, modus soceng lain adalah menakut-nakuti korban bahwa akun rekeningnya akan terblokir atau terkena denda bila tidak melakukan sejumlah hal yang diperintahkan. 

“Fenomena ‘angin surga’ kuat sekali dengan janji muluk. Kelengahan dimanfaatkan untuk menekan secara psikologis. Ini yang membuat penipu melakukan arahan (dari pelaku) yang kemudian diikuti korban. Ada ajaran orangtua kita dulu jangan berbicara sama orang yang tidak dikenal. Itu sampai sekarang masih berlaku, tapi terkadang kita lupa dan lengah,” ujar Ardi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (28/9/2022).

Kelengahan tersebut, lanjut Ardi, menyebabkan banyak orang menjadi korban penipuan lewat rekayasa sosial.

Tak hanya itu, informasi yang beredar dengan jumlah banyak juga disinyalir menjadi penyebab dari maraknya kasus soceng lantaran membuat masyarakat menjadi tidak fokus.

Oleh karena itu, Ardi pun mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya dengan pihak yang mengatasnamakan perbankan dan meminta untuk membuka kanal atau sebuah link melalui pesan singkat.

Bila ingin membuka, masyarakat diimbau agar mau memastikannya terlebih dahulu melalui sumber resmi bank yang bersangkutan.

“Tips saya, kalau ada nomor yang tidak jelas, segeradiblokir saja. Nomor penipuan itu kebanyakan menggunakan nomor prabayar. (Padahal) biasanya kalau lembaga resmi itu punya call center dan tidak menggunakan nomor prabayar. Pokoknya, jangan sekali-kali membuka link yang diberikan dari nomor-nomor yang mencurigakan,” kata Ardi.

Hal senada juga disampaikan oleh Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI Aestika Oryza Gunarto. Pihaknya mengimbau nasabah BRI untuk selalu waspada dengan tidak memberikan data pribadi dan informasi lain melalui link dari sumber tidak resmi.

Masyarakat diminta waspada terhadap soceng. 

Dok. BRI Masyarakat diminta waspada terhadap soceng.

Upaya tersebut diharapkan dapat mencegah penyalahgunaan data perbankan nasabah.

Sebagai informasi, BRI tidak membuka kanal di aplikasi chat group pada platform media sosial apa pun. Maka dari itu, BRI meminta nasabah agar menggunakan kanal resmi BRI dan menghindari mengakses link yang mengatasnamakan BRI.

Selain itu, nasabah juga diimbau untuk tidak memberikan data pribadi dan perbankan secara lisan apabila pelaku soceng berusaha menghubungi melalui saluran telepon.

"Kami tidak membuka kanal di aplikasi chat group. Kami pun mengimbau seluruh nasabah untuk selalu waspada terhadap berbagai modus kejahatan soceng. Nasabah juga harus menjaga kerahasiaan data pribadi dan data transaksi perbankan kepada pihak mana pun, termasuk yang mengatasnamakan BRI," kata Aestika.

Aestika menambahkan, dengan semakin beragamnya modus penipuan secara digital, BRI meminta nasabah tidak sembarang mengunduh aplikasi lewat sumber tidak resmi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Pasalnya, data atau informasi yang diunduh lewat sumber tidak resmi dapat dicuri oleh para fraudster.

Masyarakat diminta untuk tidak bagikan data pribadi sembarangan. 

Dok. BRI Masyarakat diminta untuk tidak bagikan data pribadi sembarangan.

Adapun data perbankan yang perlu dijaga oleh nasabah adalah nomor rekening, nomor kartu, personal identified number (PIN), usernamepassword digital banking, dan kode one-time password (OTP).

“BRI senantiasa menginformasikan seluruh layanan melalui saluran komunikasi resmi yang dapat diakses nasabah. Tak hanya itu, BRI juga akan terus mendukung, berkoordinasi, dan bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk melakukan penanganan serta penangkapan pelaku kejahatan soceng," tuturnya.

Jika nasabah mendapat notifikasi melalui pesan singkat ataupun surat elektronik atas transaksi yang tidak dilakukan, segera hubungi kontak resmi BRI di www.bri.co.id, Instagram @bankbri_id, Twitter bankbri_id, kontak bri, promo_bri, Facebook Bank BRI, YouTube Bank BRI, TikTok Bank BRI, dan call center BRI 14017/1500017.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com