Advertorial

Kenali Gangguan Nyeri Otot yang Sering Dialami Pekerja Selama WFH

Kompas.com - 17/10/2022, 08:00 WIB

KOMPAS.com – Selama penerapan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) saat pandemi COVID-19, tak sedikit pekerja mengalami gangguan kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang kerap dikeluhkan adalah musculoskelatal atau nyeri otot.

Adapun penurunan aktivitas fisik dan peningkatan beban psikologis pekerja selama WFH merupakan dua penyebab gangguan kesehatan tersebut. Saat aktivitas fisik berkurang, massa otot akan menurun. Ketika tiba-tiba melakukan aktivitas berat, otot pun bakal terasa nyeri karena harus bekerja lebih keras dari biasanya.

Begitu pula dengan stres yang dialami pekerja dapat menyebabkan hiperstimulasi. Hal ini bisa membuat otot menjadi tegang dan kencang.

Dosen Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta Condrowati dalam penelitian bertajuk "Musculoskeletal Disorder of Workers During Work from Home on COVID-19 Pandemic: A Descriptive Study" (2020) menemukan bahwa 66,3 persen pekerja kantoran di Indonesia mengalami gangguan otot dan sendi selama WFH.

Meski kasus COVID-19 saat ini kian landai dan sebagian besar karyawan sudah kembali bekerja dari kantor, gangguan kesehatan tersebut masih mengintai. Bahkan, dampaknya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan produktivitas kerja.

Lantas, apa sebetulnya gangguan nyeri otot dan sendi tersebut? Apa saja penyebab, gejala, faktor risiko, diagnosis, dan cara pengobatannya? Simak ulasan berikut.

Penyebab dan faktor risiko

Untuk diketahui, gangguan musculoskeletal adalah kondisi yang dapat memengaruhi otot, tulang, dan sendi. Adapun tingkat keparahan gangguan yang dialami dapat berbeda-beda pada setiap orang.

Pada beberapa kasus, kondisi tersebut menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan sehingga dapat mengganggu aktivitas.

Dilansir dari Healthline, Kamis (21/10/2022), gangguan musculoskeletal terjadi ketika seseorang salah dalam menggunakan sekelompok otot atau tulang dalam jangka waktu lama. Gangguan ini juga dapat timbul bila otot digunakan terlalu sering.

Adapun gangguan tersebut disebabkan oleh sejumlah hal. Salah satunya adalah aktivitas yang bersifat paksaan. Sebagai contoh, menggunakan kekuatan untuk mengangkat, menarik, membawa, atau mendorong benda berat.

Penyebab berikutnya adalah aktivitas yang bersifat pengulangan dengan menggunakan otot atau sendi yang sama. Postur membungkuk atau memutar tubuh dalam waktu lama juga berisiko menimbulkan gangguan musculoskeletal.

Begitu pula tingkat aktivitas yang tinggi pada seseorang dapat memicu masalah tersebut. Penggunaan otot berlebihan atau duduk terlalu lama saat WFH bisa memicu nyeri otot.

Adapun faktor risiko yang berpotensi menyebabkan gangguan tersebut adalah usia. Orang lanjut usia (lansia) mengalami nyeri otot akibat sel-sel tubuh yang perlahan rusak.

Diagnosis dan upaya pencegahan

Bila mengalami gangguan tersebut, seperti tanda-tanda nyeri atau tubuh terasa tak nyaman, Anda bisa segera menemui dokter.

Dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan. Pertama, pemeriksaan fisik, seperti rasa nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan kelemahan otot.

Kedua, menguji gerakan refleks. Adapun refleks yang tak biasa dapat mengindikasikan adanya kerusakan saraf. 

Ketiga, melakukan tes pencitraan, seperti sinar-X dan magnetic resonance imaging (MRI) guna memeriksa jaringan lunak dan tulang. Terakhir, tes darah untuk memeriksa adanya penyakit rematik.

Pada dasarnya gangguan musculoskeletal dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal, yakni tidak duduk dalam waktu lama, duduk pada kursi dengan bantalan empuk, mengatur meja kerja secara efektif dan ergonomis, serta meletakkan benda-benda dalam jangkauan yang mudah diraih.

Upaya pencegahan berikutnya adalah membatasi mengangkat benda berat, istirahat secara berkala saat melakukan kegiatan yang berulang, dan juga menggunakan earphone bila seseorang sering melakukan panggilan telepon.

Atasi gangguan musculoskeletal

Ketika seseorang mengalami gangguan nyeri otot, langkah umum yang biasa dilakukan adalah mengonsumsi obat analgesik atau pereda nyeri sebagai pertolongan pertama.

Akan tetapi, konsumsi obat tersebut secara kontinyu bisa menimbulkan efek samping di kemudian hari. Di sisi lain, tak semua orang cocok mengonsumsi obat analgesik karena alergi obat dengan kandungan tertentu. Dengan demikian, upaya penyembuhan gangguan nyeri otot menjadi lebih lama dan tak efisien.

Selain konsumsi obat analgesik, ada metode lain yang lebih mudah dan praktis digunakan untuk mengatasi rasa nyeri otot dan sendi, yaitu transcutaneous nerve stimulation (TENS).

TENS dari OMRON merupakan pertolongan pertama yang mudah digunakan untuk mengatasi dan menghilangkan nyeri otot dan sendi tanpa obat. TENS adalah perangkat pertama yang memanfaatkan mekanisme alami tubuh secara efektif untuk memblokir sinyal penyebab rasa sakit.

OMRON HV-F021 Dok. Omron OMRON HV-F021

OMRON TENS memiliki tiga cara kerja untuk membantu mengurangi rasa sakit. Pertama, memblokir sinyal rasa sakit. Kedua, memicu pelepasan hormon endorfin. Ketiga, memperbaiki sirkulasi darah di area tubuh yang sakit dan meningkatkan pergerakan darah.

Ketika dinyalakan, perangkat OMRON TENS akan mengalirkan arus listrik bervoltase rendah melalui kulit hingga mencapai titik yang sakit.

Selanjutnya, reseptor rasa sakit yang terletak di bawah permukaan kulit akan terganggu oleh impuls listrik yang dihasilkan. Impuls ini kemudian menghalanginya untuk mengirimkan sinyal sakit ke otak sehingga Anda tak akan merasakan nyeri akibat gangguan otot.

Pada waktu sama, impuls listrik juga menstimulasi sistem saraf untuk melepaskan senyawa endorfin sehingga Anda tidak merasakan nyeri.

OMRON TENS juga membantu meregangkan otot-otot tegang yang seringkali menjadi penyebab rasa nyeri. Perangkat ini juga berfungsi memperlancar sirkulasi darah ke area tersebut sehingga nyeri yang timbul dapat diminimalkan dan dihilangkan.

Sebagai informasi, OMRON TENS tersedia dalam dua varian perangkat, yaitu OMRON HV-F013 dan OMRON HV-F021. OMRON TENS didesain dalam bentuk ukuran mungil sehingga Anda mudah membawanya ke mana saja.

Alat itu dilengkapi dengan pengontrol sederhana sehingga Anda mudah menaikkan atau menurunkan skala elektrik sesuai intensitas rasa nyeri yang diderita.

Perangkat tersebut juga memberikan kenyamanan dan meningkatkan kualitas hidup Anda untuk jangka panjang. Tersedia pula berbagai mode pijat yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan terapi Anda dan menjangkau area yang sulit dituju.

Dengan OMRON TENS, Anda pun tak perlu khawatir mengalami nyeri saat melakukan beraktivitas, baik bekerja maupun olahraga, seperti lari dan bersepeda. Selain itu, perangkat tersebut juga dijamin aman untuk penggunaan terapi tubuh sehari-hari guna menghilangkan rasa nyeri.

Singkatnya, OMRON TENS membantu Anda dalam mengontrol rasa sakit yang diderita. Kini, Anda bisa meredakan rasa sakit nyeri otot dengan mudah dari mana saja.

Bagaimana, mudah bukan? Selamat tinggal nyeri otot.

Untuk informasi lebih lanjut seputar OMRON TENS, klik tautan berikut

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau