KOMPAS.com – Generasi muda didorong untuk selalu memperhatikan dan memenuhi asupan gizi. Selain bermanfaat untuk kesehatan mereka saat ini, asupan gizi yang cukup dapat mencegah calon anak generasi muda bebas stunting di masa mendatang.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal (Ditjen) Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam acara Diseminasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting.
Acara yang bertajuk “Kepoin Genbest: Remaja Cerdas, Penuhi Gizi Berkualitas” itu digelar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (20/10/2022).
Pada kesempatan itu, Wiryanta memaparkan bahwa Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada 2030. Kondisi ini ditandai dengan komposisi penduduk Indonesia yang didominasi oleh generasi produktif, yakni generasi milenial dan generasi Z.
“(Hal) itu bisa menjadi berkah, tetapi bisa juga menjadi bencana. Jika kompetensi, skill, dan karakter generasi ini tidak memadai, akan menjadi bencana,” kata Wiryanta dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (21/10/2022).
Apalagi, lanjutnya, pemerintah memiliki visi untuk menjadi Indonesia Emas pada 2045. Oleh karena itu, generasi muda saat ini wajib memperhatikan asupan gizi agar dapat melahirkan generasi-generasi cerdas dan bebas stunting.
Wiyanta mengungkapkan, angka prevalensi stunting di Indonesia masih terbilang tinggi. Di Sulawesi Tenggara, misalnya, mencapai 30,2 persen dan menjadi urutan ke-5 nasional. Karena itu, ia mengimbau pencegahan stunting harus dilakukan sedini mungkin.
“Fokus ksmi adalah bagaimana menurunkan angka prevalensi stunting. Hal itu sejalan dengan imbauan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk menurunkan angka stunting di bawah 14 persen pada 2024 meski Badan Dunia Kesehatan (WHO) menargetkan di bawah 20 persen,” jelas Wiryanta.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara Asmar menjelaskan, stunting harus dicegah dari hulu ke hilir. Pencegahan juga harus dimulai dari remaja.
“Selama ini, banyak remaja yang malas makan dan (tubuhnya) terlalu kurus. Padahal, ketika akan menikah, minimal lingkar lengan atas harus berukuran 23,5 centimeter (cm) dan memiliki kadar hemoglobin (Hb) dalam darah minimal 11,5. Jika (angkanya) di bawah itu, peluang menghasilkan keturunan stunting terbuka lebar,” ungkap Asmar.
Asmar menambahkan, penyebab angka stunting di Kendari cukup tinggi. Ini dikarenakan ibu-ibu hamil di sana kekurangan gizi.
“Anak muda harus sadar stunting sejak dini karena mereka adalah calon pengantin masa depan. Jadi, remaja itu harusnya sehat dan tidak boleh anemia,” jelas Asmar.
Di sisi lain, artis sekaligus pakar kesehatan Lula Kamal mengatakan, pemenuhan nutrisi dalam tubuh remaja juga harus diperhatikan. Semua zat nutrisi sangat berguna di dalam tubuh, termasuk lemak. Sebagai informasi, lemak merupakan salah satu pembentukan hormon yang akan membantu memperbaiki sistem reproduksi.
“Ada perjalanan dalam pemenuhan kebutuhan akan zat-zat nutrisi tersebut. Oleh sebab itu, dari sekarang dan selagi masih muda, remaja harus mulai menyadari mau (tumbuh) seperti apa dan harus punya rencana yang baik,” jelas Lula.
Sebagai informasi, forum Kepoin Genbest yang diadakan di Kota Kendari adalah bagian dari kampanye Generasi Bersih dan Sehat (Genbest). Forum ini merupakan inisiasi Kemenkominfo dalam upaya untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
Forum Genbest sendiri dihadirkan untuk mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.
Melalui situs genbest.id dan media sosial Instagram @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, serta reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografis, dan videografis.