KOMPAS.com - Dalam rangka mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060 serta mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia, pemerintah mendorong perusahaan untuk meningkatkan nilai dalam menarik investasi dan pembiayaan melalui skema pembiayaan hijau.
Dalam momentum Presidensi Indonesia di ajang Group of Twenty 20 (G20), PT Pertamina (Persero) bekerja sama dengan lembaga perbankan global Jepang, Japan Bank for International Cooperation (JBIC), untuk pengembangan energi bersih di Indonesia.
Kerja sama tersebut diwujudkan dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Pertamina dan JBIC menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ke-17 di Bali, Minggu (13/11/2022).
Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dan President Executive Officer, Regional Head for Asia and Pacific JBIC Noriyasu Matsuda.
Kerja sama itu merupakan langkah nyata Pertamina dalam kemitraan global dengan negara maju, seperti Jepang, untuk mendukung negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam mempercepat transisi energi atau implementasi energi terbarukan.
Emma mengatakan bahwa sebagai perusahaan energi milik Indonesia, Pertamina telah melakukan berbagai upaya dekarbonisasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) dan pada saat bersamaan mengembangkan energi terbarukan.
Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan NZE yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia pada 2060.
Menurut Emma, sebagai tuan rumah kepresidenan G20 pada 2022, pemerintah Indonesia telah mengumumkan target penurunan emisi sebesar 31,89 persen pada 2030. Hal ini tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) yang diserahkan ke Sekretariat Konvensi Kerangka Kerja PBB (UNFCCC) pada September 2022.
Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan target untuk mencapai NZE pada 2060 pada Climate Change Conference (COP26).
“Melalui MoU itu, kami dapat mengembangkan kerja sama dengan JBIC dalam rangka investasi dan green financing di berbagai sektor, seperti energi terbarukan, rantai nilai untuk hidrogen dan amonia, carbon capture and storage (CCS), serta green mobility,” ujar Emma dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (17/11/2022).
Pada kesempatan tersebut, Noriyasu Matsuda mengatakan bahwa berdasarkan Rencana Bisnis Jangka Menengah Keempat yang dirilis pada Juni 2021, JBIC bertujuan untuk merespons transformasi energi menuju terwujudnya masyarakat dekarbonisasi.
JBIC juga telah menetapkan ESG Policy yang dirilis pada Oktober 2021 yang sejalan dengan tujuan internasional untuk mencapai target Perjanjian Paris.
"JBIC berkomitmen untuk mengejar upaya ambisius dan percepatan penurunan emisi gas rumah kaca dalam operasinya menjadi nol bersih pada 2030 dan untuk portofolio keuangannya pada 2050," kata Matsuda.
Kebijakan ESG JBIC juga menyatakan bahwa melalui kerja sama berkelanjutan dengan pemerintah dan otoritas nasional terkait, JBIC akan berkontribusi untuk mewujudkan netralitas karbon global dengan mendukung dan mempercepat transisi energi menuju masyarakat dekarbonisasi di negara berkembang.
“Sebagai lembaga keuangan berbasis kebijakan di Jepang, JBIC akan memberikan dukungan keuangan untuk menciptakan peluang bisnis dan mempromosikan bisnis bagi perusahaan Jepang di berbagai sektor, termasuk dekarbonisasi di Indonesia. (Salah satunya), dengan meningkatkan hubungan dengan Indonesia dan Pertamina melalui berbagai cara, seperti penandatanganan sebuah MoU,” ujar Matsuda.