Advertorial

Bantu Tekan Prevalensi Stunting, BKKBN dan TNI AD Gelar Pelatihan Babinsa

Kompas.com - 07/12/2022, 18:59 WIB

KOMPAS.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersinergi dengan Tentara Negara Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) mengadakan Pelatihan Teknis Percepatan Penurunan Stunting bagi Tim Fasilitator Kodim se-Indonesia di Markas Besar (Mabes) TNI AD di Jakarta, Rabu (7/12/2022). 

Pelatihan tersebut dibuka langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman secara hibrida. Pada momen itu, Dudung didampingi oleh Asisten Teritorial (Aster) TNI AD Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Karmin Suharna dan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Jaya Mayjen TNI Untung Budiharto.

Terdapat 716 fasilitator dari 12 Komando Distrik Militer (Kodim) yang mengikuti pelatihan tersebut.

Setelah mendapat pelatihan, mereka diharapkan memiliki kemampuan dalam memfasilitasi dan melatih para Bintara Pembina Desa (Babinsa) di desa tujuan. Utamanya, dalam hal pendampingan keluarga berisiko stunting di lini lapangan.

Kepala BKKBN Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) mengatakan, pelatihan tersebut digelar karena 70 persen kasus anak stunting disebabkan faktor sensitif, antara lain lingkungan rumah yang kumuh, sanitasi yang buruk dan ketiadaan air bersih, serta rumah yang tidak memiliki jamban.

“Karena lingkungan yang kumuh, banyak anak terkena tuberkulosis (TBC). Penyakit ini membuat anak susah makan sehingga berat badannya tidak kunjung naik. Lewat pelatihan ini, teman-teman dari jajaran TNI bisa melakukan upaya-upaya perbaikan faktor sensitif di daerah-daerah untuk mempercepat penurunan (angka) stunting,” kata Hasto dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (7/12/2022).

Selain faktor sensitif, sambungnya, faktor spesifik, seperti asupan gizi seimbang dan vitamin pada anak, juga berpengaruh untuk menekan prevalensi stunting. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan perlu bekerja sama untuk menekan prevalensi stunting.

“TNI AD sendiri telah banyak berperan langsung ke lapangan untuk menangani faktor sensitif tersebut. Sebagai contoh, TNI AD membangun sumber air bersih dan jamban di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT),” tuturnya.

Atas upaya tersebut, Hasto mengucapkan terima kasih kepada Dudung beserta jajarannya. Pasalnya, mereka bekerja keras membantu program percepatan penurunan angka stunting yang dicanangkan pemerintah dengan target 14 persen pada 2024.

“Kasad Dudung juga memberikan pengaruh besar kepada jajaran di daerah lewat Program Bapak Asuh Anak Stunting yang dicetuskannya. Banyak bupati dan gubernur berduyun-duyun minta dilantik sebagai Bapak Asuh Anak Stunting. Energi positif yang dipancarkan beliau menjadi berkah untuk seluruh Indonesia,” tuturnya.

Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan Kepala BKKBN Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) dalam pembukaan Pelatihan Teknis Percepatan Penurunan Stunting bagi Tim Fasilitator Kodim se-Indonesia. Dok. BKKBN Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan Kepala BKKBN Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) dalam pembukaan Pelatihan Teknis Percepatan Penurunan Stunting bagi Tim Fasilitator Kodim se-Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Dudung mengatakan bahwa upaya yang dilakukannya merupakan kewajiban sebagai prajurit TNI AD.

Menurutnya, meski menghadapi berbagai kesulitan, TNI AD harus hadir di tengah masyarakat. Dengan begitu, TNI AD dapat memberikan solusi dan kontribusi kepada masyarakat.

Kehadiran prajurit TNI AD, kata Dudung, juga harus memberikan dampak di mana pun berada.

Saat pandemi Covid-19, misalnya, kehadiran TNI AD berdampak langsung pada ekonomi keluarga karena turut bergerak membangun ketahanan pangan.

“Saat saya dikukuhkan menjadi Bapak Asuh Anak Stunting, seluruh jajaran (saya minta untuk) bergerak cepat. Komando Daerah Militer (Kodam), Komando Resor Militer (Korem), Kodim, dan Komandan Rayon Militer (Danramil) pun dilantik menjadi Bapak Asuh Anak Stunting. Pejabat-pejabat (yang) berdampingan secara langsung ditunjuk pula menjadi Bapak Asuh Anak Stunting sehingga mempercepat proses penurunan stunting,” kata Dudung.

Terkait faktor sensitif yang berkontribusi hingga 70 persen terhadap peningkatan stunting, Dudung sepakat dengan BKKBN. Menurutnya, setiap remaja yang akan menikah wajib memeriksakan kesehatan fisik terlebih dahulu. Babinsa pun akan turun langsung ke lapangan untuk membantu BKKBN dalam pemeriksaan tersebut.

“Begitu pula dengan sosialisasi. Babinsa akan menyentuh masyarakat hingga ke pelosok setelah menyerap ilmu yang diberikan BKKBN. Jadi, masyarakat, terutama anak muda, yang melakukan pernikahan, diarahkan untuk cek kesehatan dulu,” katanya.

Lebih lanjut, Dudung mengatakan, pihaknya kini tengah membuat program baru bernama Babinsa Masuk Dapur Warga. Program ini diinisiasi untuk mendukung percepatan penurunan angka stunting nasional. TNI AD pun menggelar kegiatan-kegiatan ketahanan pangan, seperti Manunggal Air dan Food Estate.

“Saya tekankan kepada seluruh jajaran Babinsa untuk mengetahui warga mana yang hari ini tidak makan, yang rumahnya bocor. TNI AD harus turun gunung. Kami harus membantu kesulitan-kesulitan masyarakat sehingga bisa berdampak di tempat kami berada,” tuturnya.

Dudung berharap, pelatihan yang diadakan oleh TNI AD dan BKKBN tersebut dapat mendukung program pemerintah dalam upaya menciptakan generasi unggul Indonesia Emas 2045.

“Dengan mengucap bismillah, kegiatan Pelatihan Teknis Percepatan Penurunan Stunting bagi Tim Fasilitator Kodim se-Indonesia Tahun 2022, dengan resmi saya buka,” ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com