Advertorial

Rayakan Dies Natalis Ke-73, UGM Sorot Ketahanan Pangan dan Kelestarian Bumi

Kompas.com - 19/12/2022, 11:46 WIB

KOMPAS.com – Sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar serangkaian acara dalam rangka memperingati dies natalis ke-73.

Mengusung tema “Pangan Berdaulat, Bangsa Bermartabat”, rangkaian acara dies natalis tersebut berlangsung mulai Sabtu (3/12/2022) hingga Selasa (20/12/2022).

Ketua Panitia Dies Natalis ke-73 UGM Prof Dr Ir Eni Harmayani, MSc mengatakan, pemilihan tema tersebut dilatarbelakangi oleh isu dilema pemenuhan kebutuhan dan ketercukupan pangan, serta persaingan penggunaan lahan pertanian produktif untuk orientasi pembangunan.

Hal tersebut, sambung Eni, disebabkan oleh kesenjangan jumlah produksi pangan dan pertanian antarwilayah, harga pangan yang mahal, serta stunting dan gizi buruk yang masih terjadi.

Oleh karena itu, imbuhnya, sebagai wujud pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, UGM wajib turut serta untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

“Berbagai persoalan pertanian tersebut perlu menjadi perhatian bersama demi mewujudkan kedaulatan pangan. Sebab, pemenuhan pangan harus dilakukan dari tingkat hulu hingga hilir karena bahan pangan masyarakat ke berasal dari hasil produksi sendiri,” katanya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (16/12/2022).

Eni mengatakan, kepemimpinan yang konsisten berhasil membuat UGM adaptif dan tangkas. Pihak universitas juga selalu berupaya merawat pencapaian mandat untuk memimpin perubahan, menggiatkan inovasi, serta meningkatkan kompetensi dan rekognisi global dalam beragam karya.

“Seluruh upaya tersebut membuahkan prestasi, di antaranya mendapatkan peringkat internasional ke-231 terbaik versi QS World University Ranking, peringkat ke-34 UI GreenMetrics, capaian 150 besar QS WUR By Subject, dan THE University Impact Ranking SDGs,” katanya. 

Selain itu, sambung Eni, UGM juga berhasil mendapatkan anugerah “Pengonservasi Sumber Daya Genetik Tanaman” karena telah berkontribusi dalam program ketahanan pangan nasional. UGM pun melakukan penguatan pusat unggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

“Sivitas akademika UGM pun menyumbang prestasi yang tinggi, baik di kancah nasional maupun internasional. Hal ini menjadi penyemangat kami untuk terus berkembang dan menjadi fondasi untuk kemajuan universitas pada tahun ini dan ke depan. Kami harap, (semua upaya kami) bermanfaat bagi UGM serta pembangunan bangsa Indonesia,” tuturnya.

Kontribusi UGM terhadap ketahanan pangan

Penanaman Tanaman Nusantara di Arboretum Fakultas Kehutanan. 

Dok. UGM Penanaman Tanaman Nusantara di Arboretum Fakultas Kehutanan.

Rektor UGM Prof dr Ova Emilia, MMed Ed, SPOG (K), PhD mengatakan, tema “Pangan Berdaulat, Bangsa Bermartabat” yang diusung pada dies natalis ke-73 UGM merupakan pijakan universitas untuk berkontribusi nyata pada penyelesaian masalah pangan.

Pasalnya, kata Prof Ova, sebagai perguruan tinggi yang menjalankan mandat pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, UGM memberikan sumbangan pengetahuan melalui solusi nyata terhadap masalah pangan.

Hal tersebut diharapkan menjadi jangkar pengetahuan yang menopang transformasi masyarakat ke arah yang lebih baik. Melalui inovasi, UGM bisa membantu mengatasi tantangan ketahanan pangan sekaligus mewujudkan pangan berkelanjutan.

“UGM telah, sedang, dan akan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berkaitan dengan kedaulatan pangan. Kami selalu merespons masalah ketahanan pangan melalui beberapa program Tri Dharma unggulan berbasis nilai lokal. Program ini kami kembangkan untuk mencapai kedaulatan pangan nasional dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan alam,” terangnya.

Dengan 18 fakultas dan 2 sekolah yang dimiliki, sambung Prof Ova, UGM merupakan lembaga pendidikan tinggi yang memiliki disiplin ilmu paling luas di Indonesia. Kekayaan disiplin ilmu ini didukung dengan 278 program studi yang menjadikan UGM sebagai universitas yang komprehensif.

Harapannya, UGM mampu berkontribusi membentuk ekosistem kedaulatan pangan masa depan (zero hunger) dengan mewujudkan pertanian tahan perubahan iklim, pasokan dan rantai makanan yang independen, serta tata kelola pertanian yang baik.

Prof Ova menilai, sistem ketahanan pangan Indonesia terbukti baik melalui penerapan inovasi teknologi pertanian. Hal ini tecermin dari penghargaan yang diberikan oleh International Rice Research Institute (IRRI) kepada Indonesia atas keberhasilan sistem ketahanan pangan Indonesia dalam hal swasembada beras.

Capaian tersebut, ujarnya, didukung oleh varietas Padi Gamagora temuan UGM yang memiliki tingkat reproduksi tinggi. Varietas ini merupakan solusi pertanian bagi masyarakat yang tinggal di area dengan potensi kekeringan.

“Gamagora juga telah mengalami uji multilokasi lebih di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Kementerian Pertanian (Kementan) pun telah menyetujui pelepasan varietas tersebut,” kata Prof Ova.

Kedelai Varietas Groboban Program SAE Kedelai. 
Dok. UGM Kedelai Varietas Groboban Program SAE Kedelai.

Selain itu, UGM juga berhasil mengembangkan varietas Kedelai Hitam Malika yang memiliki potensi produktivitas 2 hingga 3 kali lebih tinggi dari rerata nasional. Adapun pengembangan Kedelai Malika berpusat di wilayah Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

“Seluruh inovasi tersebut menunjukkan komitmen UGM dalam pengembangan inovasi untuk meningkatkan produktivitas komoditas kedelai. Kami harap, upaya ini bisa menjawab kebutuhan pangan domestik dan industri menuju swasembada kedelai,” ujar Prof Ova.

Dalam perkembangannya, kata Prof Ova, kedelai tersebut menghasilkan inovasi terbaru berupa tebu kedelai pola ring-pit yang disebut BULE. Tebu ini terbukti dapat menghemat penggunaan air, pupuk, serta tenaga kerja.

Ada pula program peningkatan produktivitas kedelai yang diintensifkan melalui teknologi Smart Agricultural Enterprise (SAE) yang berbasis smart field monitoring system, traceability, dan regenerative farming. Dengan teknologi tersebut, produktivitas dan kualitas kedelai serta teknologi pascapanen dapat ditingkatkan

“Jadi, pengemasan dan penyimpanan di gudang dapat terhubung dengan offtaker,” kata Prof Ova.

Selain itu, UGM juga telah mengembangkan riset berbasis bahan pangan lokal untuk mengurangi komposisi impor, yakni glukomanan dari porang, yang diaplikasikan pada produk pangan. Inovasi ini telah dihilirkan pada slimming jelly Amorfajel, minuman tinggi serat Fidrink, serta cokelat heat resistant My Choc.

Ada pula produk berbasis probiotik dari sumber bahan baku lokal yang telah diteliti dan dihilirkan. Produk ini adalah yoghurt kedelai ProBiGama dan coklat probiotik.

“Kami juga terus mengembangkan program ketahanan pangan melalui pemenuhan kebutuhan daging berkelanjutan melalui hasil cipta alat inseminasi buatan (IB) untuk Sapi Jabres dan Domba Sakub. Alat ini dapat meningkatkan reproduksi ternak keberhasilan dengan metode inseminasi buatan hingga 20 persen,” ujar Prof Ova.

Apresiasi seni dan budaya lewat Nitilaku

Konferensi pers Nitilaku 2022 di Ruang Fortakgama UGM, Kamis (15/12/2022). 

Dok. UGM Konferensi pers Nitilaku 2022 di Ruang Fortakgama UGM, Kamis (15/12/2022).

Untuk memeriahkan acara, UGM menggelar serangkaian acara yang meliputi kompetisi olahraga, memancing, dan gowes.

Demi menghormati leluhur, UGM juga melaksanakan kegiatan ziarah ke makam pendiri UGM dan anjangsana ke kediaman mantan rektor. Diselenggarakan pula acara pergelaran wayang kulit, pemasangan patung Craki di Pasar Ngasem, Anugerah UGM, dan Anugerah HB IX.

Selain kegiatan tersebut, dies natalis ke-73 UGM juga dimeriahkan dengan kegiatan Nitilaku yang digelar oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). Adapun Nitilaku merupakan pawai budaya dari Keraton Yogyakarta menuju kampus UGM.

Untuk diketahui, pawai budaya tersebut merupakan kegiatan kultural historis untuk menghormati peran Keraton Yogyakarta dalam pendirian UGM. Pasalnya, saat awal didirikan, kegiatan belajar mengajar UGM dilakukan di tanah pemberian Sri Sultan Hamengkubuwono IX di Bulaksumur.

Ketua Panitia Kerja Nitilaku 2022 Bambang Paningron mengatakan, Nitilaku sudah diselenggarakan secara rutin setiap tahun. Sejak 2012, kegiatan ini bertransformasi menjadi peristiwa budaya yang menyinergikan potensi UGM, masyarakat, komunitas, swasta, dan pemerintah. Hal ini dibarengi dengan penonjolan unsur-unsur sejarah perjuangan dan kebangsaan.

“Ada hal baru dalam Nitilaku kali ini. Biasanya, Nitilaku hanya diadakan 1 hari dengan pawai dari Keraton ke Bulaksumur. Tahun ini, Nitilaku dirancang dalam tiga pola, yakni pre-event, parallel event, dan highlight event,” ujarnya.

Sebagai informasi, Nitilaku 2022 mengusung tema “Merti Bumi Ambangun Nagari”. Acara ini diselenggarakan pada Minggu (18/12/2022).

Sejumlah acara menarik dihadirkan dalam gelaran ini, yakni Webinar Series, Instalasi Bambu, Mural Nitilaku, Pameran Lukisan, Festival Budaya Wirun, Penanaman Pohon Serentak, Pasar Kangen Nitilaku, dan Street Performance.

Diadakan pula kegiatan Doa Bersama Lintas Agama untuk Negeri dan Malam Penghargaan “Alumni Mengabdi Award” (AMA).

“Seluruh rangkaian acara Nitilaku 2022 diselenggarakan di beberapa lokasi. Di UGM sendiri, acara dilaksanakan di Hall Fakultas Filsafat, Grha Sabha Pramana, dan Lapangan Pancasila. Sementara di luar kampus, acara dilaksanakan di area Malioboro, Yogyakarta, dan Desa Wirun, Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng),” kata Bambang.

Pada kesempatan sama, Kepala Bidang (Kabid) VI Pengurus Pusat (PP) Kagama Anak Agung Gede Putra mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan Nitilaku disesuaikan dengan perkembangan zaman yang terus berubah.

Tak hanya kilas balik perkembangan UGM dari Keraton Yogyakarta ke Bulaksumur, Nitilaku juga dimaknai sebagai perjalanan pengetahuan yang dicapai alumni UGM.

“Peran alumni UGM di masyarakat sangat banyak, tetapi sering luput dari pengamatan. Oleh karena itu, Nitilaku menjadi momentum yang tepat untuk memberikan apresiasi dan mendorong peran alumni lain untuk mengambil peran migunani tumraping liyan (bermanfaat bagi orang lain),” kata Putra.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Pusat (PP) Kagama AAGN Ari Dwipayana mengatakan, tema “Merti Bumi Ambangun Nagari” diartikan sebagai proses menjaga, memelihara, dan mengembangkan kearifan lokal demi kelestarian kehidupan global yang lebih baik.

Ari menilai, alumni UGM sudah mengambil peran untuk ambangun nagari, yakni terus menebarkan energi kebaikan kepada sesama. Hal ini dapat diwujudkan dengan menghindarkan diri dari sikap jumawa.

“Kagama ingin mengingatkan bahwa merti bumi ambangun nagari yang merupakan filosofi Jawa, bermakna luas untuk Indonesia dan dunia,” tuturnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com