Advertorial

Hadiri Resepsi Puncak Satu Abad NU, Ini Pesan Presiden Jokowi

Kompas.com - 07/02/2023, 16:08 WIB

KOMPAS.com - Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara Resepsi Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023).

Dalam sambutannya, Jokowi mengharapkan lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan NU, baik yang dikelola Lembaga Pendidikan Ma'arif NU, pesantren, maupun warga Nahdliyin—sebutan bagi jemaah NU—, agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terbaru dan teknologi digital yang tengah berkembang pesat.

“Dengan menguasai kemampuan tersebut, warga Nahdliyin mampu menjadi para profesional yang unggul," ujar Jokowi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa.

Harapan tersebut disampaikan mengingat NU merupakan organisasi Islam terbesar di dunia. Seperti diketahui, NU menaungi puluhan ribu pesantren, madrasah diniah, sekolah dari usia dini hingga menengah atas, serta perguruan tinggi.

Saat ini, terdapat jutaan santri berusia muda yang belajar di lembaga pendidikan NU. Mereka merupakan aset besar bangsa Indonesia yang harus dibina secara baik untuk menyambut dunia baru yang penuh tantangan.

"Selain itu, saya berharap, NU juga merangkul dan memberikan perhatian serius kepada generasi muda. Tujuannya, supaya mereka tetap mengakar kuat kepada tradisi, adab ahlusunah waljamaah, serta menguasai iptek," ujarnya.

Jokowi juga meminta NU membekali kader mudanya agar cakap digital supaya bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kemaslahatan bersama.

Resepsi Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Gelora Delta Sidoarjo. 

Dok. Humas PBNU Resepsi Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Gelora Delta Sidoarjo.

Menurutnya, NU sudah membuktikan diri sebagai organisasi keumatan yang tetap eksis dalam berbagai pergolakan pemikiran, politik, ekonomi, budaya, serta teknologi.

"Di tengah gelombang perubahan, NU harus berada di posisi terdepan dalam membaca gerak zaman, membaca perkembangan teknologi dan transformasi ekonomi, serta menjaga tatanan sosial yang adil dan beradab," kata Presiden Jokowi.

Adapun permintaan Jokowi tersebut dapat menjadi momentum penanda kebangkitan NU pada abad kedua, baik dari segi ekonomi maupun teknologi yang berorientasi pada kemaslahatan umat.

Terlebih, saat ini, bangsa Indonesia sedang mengalami bonus demografi ketika sebagian besar dari orang berusia produktif tersebut merupakan Nahdliyin.

Oleh karena itu, Jokowi menilai bahwa upaya membangun dan memperkuat Indonesia yang dilakukan NU sudah tepat.

"Semoga momentum abad kedua NU menjadi penanda kebangkitan baru NU untuk memperkokoh keislaman dan keindonesiaan, meningkatkan kesejahteraan umat, serta membangun masa depan Indonesia yang maju dan bermartabat," paparnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau