Advertorial

Bisnis di Indonesia Potensial tapi Ketat, Pelaku Usaha Perlu Atur Strategi Operasional dengan Tepat

Kompas.com - 14/03/2023, 19:00 WIB

KOMPAS.com - Professor of International Management Cambridge Judge Business School Peter J Williamson pernah menulis artikel bertajuk “Asia's New Competitive Game” pada 1997. 

Artikel tersebut memuat pesan penting bagi pelaku bisnis bahwa saingan terberat bagi perusahaan Barat yang beroperasi di Asia bukanlah korporasi-korporasi terkemuka global saja, melainkan perusahaan-perusahaan non-populer yang berbasis di Asia selain Jepang.

Penggunaan taktik dan strategi yang tidak biasa menjadi kunci perusahaan-perusahaan tersebut bisa bertahan, bahkan menang di tengah persaingan ketat. 

Sebab itu, perusahaan lain yang ingin bersaing dengan mereka, utamanya perusahaan Barat, harus mempelajari delapan aturan kompetitif di Asia. Hal ini pun harus dilakukan dengan benar agar perusahaan Barat bisa mengikuti permainannya. 

Salah satu aturan tersebut adalah menerapkan prinsip untuk selalu menjadi yang pertama atau terdepan.

Meski gagasan itu telah ditulis Williamson 25 tahun silam, faktanya prinsip tersebut masih relevan hingga kini. Karenanya, tak salah kalau gagasan itu kerap menjadi pegangan setiap pebisnis yang hendak melebarkan sayapnya di Asia.

Untuk diketahui, 50 persen investasi yang gencar dilakukan dalam beberapa dekade terakhir mengalir deras ke Asia. Di sisi lain, negara-negara di Asia yang terdampak pandemi Covid-19 berhasil pulih lebih cepat ketimbang negara-negara di belahan dunia lain.

Menjalankan bisnis di Asia tampak menjanjikan dan berpeluang besar untuk meraih cuan, tak terkecuali di Indonesia.

Indonesia sendiri diyakini sejumlah pihak sudah berada di jalur tepat untuk kembali menjadi Macan Asia. Hal ini mengacu pada perekonomian Indonesia 2023 yang diproyeksi mengalami pertumbuhan sebesar 4,8 persen.

Indonesia juga diprediksi dapat menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-4 dunia pada 2050. Hal ini ditinjau berdasarkan nilai purchasing power parity (PPP) Indonesia yang mencapai 10,52 triliun dollar AS.

Selain itu, Indonesia tercatat menempati peringkat ke-73 dalam indeks Doing Business 2021 dari Bank Dunia. Indonesia dipuji lembaga ekonomi dunia karena telah memberikan sejumlah kemudahan bagi pelaku bisnis, baik dalam memulai bisnis, membayar pajak, maupun bertransaksi lintas negara.

Metode barat tidak selalu ideal

Berbagai perusahaan di dunia, termasuk dari Barat, sangat tertarik untuk memasuki pasar Indonesia.

Untuk diketahui, lebih dari 45 perusahaan multinasional terkemuka dunia saat ini telah beroperasi di Indonesia.

Untuk memenangkan pasar di Tanah Air, perusahaan-perusahaan Barat dituntut cerdas dalam menerapkan strategi bisnis mereka. Pasalnya, Indonesia memiliki sejumlah kondisi menantang.

Salah satu tantangan tersebut adalah kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago). Hal ini punya dampak langsung bagi bisnis, khususnya pada bidang logistik dan aturan bisnis yang berbeda antara daerah satu dengan lainnya. 

Pembangunan ekonomi yang belum merata lantaran kondisi tersebut juga perlu menjadi fokus bagi perusahaan yang akan melebarkan sayapnya ke Indonesia. Setidaknya, perusahaan tersebut harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat di sekitar operasionalnya. 

Pasar Indonesia juga memiliki keunikan tersendiri sehingga perusahaan harus mempunyai tujuan, indikator kinerja utama (KPI), dan pendekatan yang jelas. Dengan begitu, bisnis yang dijalankan tidak mengalami kegagalan.

Dengan kondisi sedemikian rupa, strategi bisnis ala Barat tidak dapat diterapkan begitu saja alias copy and paste di Indonesia, baik dari segi tujuan maupun matriks.

Sebab itu, agar bisnis yang dikelola semakin berkembang, utamanya di Indonesia dan Asia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh setiap pelaku bisnis.

Pertama, penerapan serviceable available market (SAM) lebih penting daripada total addressable market (TAM). Hal ini juga memungkinkan rencana menyeluruh (bottom-up) tercapai sehingga bisnis dapat mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Kedua, pahami tingkat risiko perusahaan saat memasuki pasar baru. Pelaku usaha juga perlu memahami prosedur dan peraturan hukum sepenuhnya yang berlaku.

Guna mengurangi risiko tersebut, perusahaan dapat memanfaatkan agensi pihak ketiga sebelum beralih ke badan hukum yang lengkap. Langkah ini pun menjadi langkah awal yang baik.

Ketiga, pahami bahwa upaya meningkatkan kapasitas dan penjualan di Indonesia dan Asia akan sulit untuk diwujudkan tanpa ekosistem yang memadai.

Untuk itu, memiliki mitra yang tepat dan memahami karakteristik lokal dapat membantu bisnis untuk berkembang, serta mengurangi risiko saat memasuki pasar Indonesia.

Sesuaikan strategi bisnis dengan cermat

Agar dapat berkembang di pasar Indonesia ataupun Asia, perusahaan dengan budaya Barat harus membuat rencana strategi yang fleksibel, disesuaikan, dan dilokalisasi.

Perusahaan dapat menerapkan sejumlah strategi bisnis, seperti rencana go-to-market (GTM) yang fleksibel.

Dalam beberapa hal, strategi tersebut menyerupai aturan 80/20. Dalam aturan ini, 80 persen strategi dan arahan berasal dari kantor pusat. Sementara, 20 persen sisanya memberikan keleluasaan untuk memenuhi kebutuhan spesifik di Indonesia atau Asia.

Di samping itu, perusahaan juga harus menyadari betapa kompleksnya menjalankan bisnis di Indonesia, mulai dari karakteristik pasar hingga keunikan setiap kota di daerah. Hal ini menuntut kehati-hatian dalam mengimplementasikan sistem dan best practices.

Tidak hanya itu, pelaku usaha juga perlu melakukan rencana strategis yang menyelaraskan antara sumber daya manusia (SDM), proses, dan teknologi, untuk mencapai tujuan bisnis dan keuangan jangka menengah maupun panjang.

Rencana strategis yang terhubung dengan baik memungkinkan perusahaan untuk berkembang dan bergerak dengan cepat di Indonesia.

Selain itu, terapkan pula connected planning dalam perusahaan. Langkah ini dapat memberikan prospek bisnis dan membuka peluang untuk membuat rencana khusus di pasar Indonesia.

Upaya tersebut juga memungkinkan para pemimpin bisnis untuk mengambil tantangan yang lebih matang dan mudah saat memasuki pasar baru.

Selain menerapkan strategi yang tepat seperti di atas, pelaku usaha juga perlu melakukan perencanaan keuangan yang tepat pula untuk perusahaan yang dijalankan. 

Untuk mewujudkan upaya tersebut, rencana bisnis dapat disusun perusahaan menggunakan solusi Enterprise Performance Management (EPM) dengan teknologi artificial intelligence (AI) dari Anaplan.

Untuk diketahui, platform Anaplan dapat diterapkan untuk berbagai departemen perusahaan, mulai dari finance, sales, supply chain, marketing, hingga human resourcing. Platform Tipologi Connected Planning Anaplan terdiri dari dashboard, worksheet, dan report yang memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan seperti proses bisnis secara real-time.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Anaplan, klik tautan berikut

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com