Advertorial

SVB Financial Group Kolaps, BRI Beri Pandangan

Kompas.com - 17/03/2023, 13:03 WIB

KOMPAS.com – Bank yang berfokus pada startup di Amerika Serikat (AS), Silicon Valley Bank atau SVB Financial Group, mengumumkan kebangkrutan pada Jumat (10/3/2023).

Kejadian tersebut menjadikan SVB sebagai bank terbesar yang mengalami kegagalan atau kolaps sejak krisis keuangan global pada 2008.

Dilansir Reuters, Rabu (15/3/2023), kebangkrutan SVB turut mengguncang sistem keuangan global dan mendorong pihak regulator di AS untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Merespons hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Persero (Tbk) atau BRI Sunarso mengungkapkan bahwa kolapsnya SVB memiliki eksposur yang tergolong minim terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Ia juga menilai bahwa saat ini, kondisi industri perbankan Indonesia masih solid.

“Perbankan di Indonesia, terutama BRI, jauh dari episentrum krisis tersebut. Ini terlihat dari permodalan yang kuat serta likuiditas yang memadai,” kata Sunarso dalam siaran pers yang diterima Kompas,com, Kamis (16/3/2023). 

Lebih lanjut, Sunarso memaparkan bahwa hingga akhir 2022, capital adequacy ratio (CAR) BRI secara konsolidasian juga sangat kuat di level 25,54 persen. Angka loan to deposit ratio (LDR) secara konsolidasian juga tetap terjaga di level 87,09 persen.

Tak hanya itu, Sunarso juga mengungkapkan bahwa perseroan berkali-kali berhasil melewati krisis, mulai dari krisis moneter pada 1998 hingga yang diakibatkan pandemi Covid-19. 

“Saat ini, perbankan Indonesia sangat taat dalam penerapan Standar Basel, (khususnya) dalam hal risk management sehingga pembentukan modal juga cukup tebal. Di sisi lain, pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap bank juga sudah sangat baik,” imbuh Sunarso.

Selain itu, lanjut Sunarso, Bank Indonesia juga terus mendukung dalam pemenuhan likuiditas. Oleh karenanya, BRI tetap optimistis, tetapi tidak jemawa dan sembrono dalam menyikapi permasalahan global. 

“Jadi, kami tetap menjalankan prinsip-prinsip good corporate governance dan risk management yang baik serta optimistis, tapi juga harus hati-hati. Kami punya tools untuk itu semua, terutama di (sektor) perbankan. Saya kira itu menjadi kuncinya,” jelas Sunarso.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com