KOMPAS.com – Dalam beberapa tahun terakhir, sistem kerja berbasis proyek atau ekonomi gig menjadi semakin populer. Sistem ini lebih banyak melibatkan pekerja lepas atau freelance yang tidak terikat dengan suatu perusahaan.
Bahkan, data Asian Development Bank (ADB) pada 2021 menemukan, lebih dari setengah angkatan kerja saat ini bekerja di sektor pekerjaan informal sehingga ekonomi gig terus bertumbuh.
Ada banyak faktor yang memengaruhi tren ekonomi gig. Salah satunya adalah kemajuan teknologi. Dengan dukungan gadget dan internet yang memadai, orang-orang saat ini dapat bekerja secara independen dengan mudah di mana dan kapan saja.
Ditambah lagi, kini banyak platform digital yang memungkinkan orang-orang untuk menemukan berbagai peluang pekerjaan. Bahkan, pekerjaan yang ditawarkan tersebut kerap tidak mencantumkan persyaratan lokasi tempat tinggal sehingga dapat dikerjakan oleh orang-orang dari berbagai belahan dunia.
Sistem ekonomi gig di sektor hiburan pun membuat orang-orang dapat dengan mudah mendulang pundi-pundi uang melalui sesi live streaming. Penonton dari seluruh dunia dapat memberikan uang tip sebagai bentuk apresiasi terhadap kreator tersebut.
Fenomena ekonomi gig pada akhirnya mendorong penyedia jasa keuangan untuk menemukan teknologi dan mekanisme baru dalam menghadirkan jaringan pembayaran yang lebih mudah, cepat, dan aman.
Menjawab tantangan tersebut, Visa, perusahaan penyedia jaringan pembayaran global terdepan asal Amerika Serikat (AS), menghadirkan layanan transaksi keuangan global secara instan bertajuk Visa Direct.
Melalui Visa Direct, nasabah dapat melakukan transaksi keuangan secara langsung ke kartu Visa, rekening bank, dan dompet digital penerima yang memenuhi syarat.
Adapun layanan ini sudah menjangkau lebih dari tiga miliar kartu Visa, dua miliar rekening bank, dan 1,5 miliar dompet digital yang tersebar di 190 pasar, termasuk wilayah Asia Tenggara.
Kepala Visa Direct Asia Pasifik Deepan Dagur mengatakan, Visa Direct merupakan solusi bagi para pekerja ekonomi gig yang berekspektasi untuk memperoleh bayaran secara cepat, tanpa harus menunggu beberapa minggu atau bulan.
“Para pekerja, terutama di ekonomi gig, perlu akses pembayaran yang dapat diandalkan kapan saja. Pembayaran bisa dilakukan setiap bulan, kuartal, atau bahkan lebih sering dari keduanya. Mereka ingin dibayar secara cepat, aman, dan nyaman, baik untuk pekerjaan yang telah diselesaikan, uang tip, maupun hadiah,” kata Dagur dalam keterangan resmi yang diterima Kompas, Minggu (26/2/2023).
Visa Direct, menurut Dagur, juga merupakan upaya Visa untuk dapat beradaptasi dengan penggunaan dompet digital yang semakin masif, khususnya di Asia Tenggara.
“Di Asia Tenggara, enam dari 10 orang tidak memiliki rekening bank atau underbanked. Studi yang dilakukan Juniper Research pada 2022 memperkirakan bahwa nilai total transaksi dompet digital akan melebihi 12 triliun dollar AS pada 2026. Data menyebutkan jumlah tersebut naik dari tahun ini, yakni 7,5 dollar AS,” ungkap Dagur.
Visa Direct juga diharapkan dapat menjadi solusi keuangan yang instan dan aman di tengah maraknya ekonomi gig.
Melansir laporan pada 2022 yang dimuat laman Globenews Wire, sistem kerja ini diperkirakan dapat mendulang tingkat pertumbuhan tahunan majemuk atau compounded annual growth rate (CAGR) untuk pendapatan kotor (gross) sebesar 16,18 persen pada 2022-2027.
“Pengembangan layanan Visa Direct adalah perjalanan yang konstan dan tidak akan pernah berhenti. Kami akan menghadirkan lebih banyak mitra ke dalam jaringan Visa Direct untuk membantu meningkatkan pengalaman transaksi keuangan mereka,” kata Dagur.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Visa Direct, Anda bisa mengeklik tautan ini.