Advertorial

UMKM Kerajinan dengan Silver Play Button Gunakan LinkUMKM BRI sebagai Sarana Promosi

Kompas.com - 20/03/2023, 13:55 WIB

KOMPAS.com – Berawal dari kecintaannya dalam menjahit, Sundari (38) kini berhasil mendirikan bisnis di bidang kerajinan. Bahkan, ia berhasil mendapatkan Silver Play Button dari Youtube.

Kegemarannya tersebut tidak disangka menghasilkan keuntungan dan membuat nama bisnisnya semakin dikenal hingga ke Indonesia bagian timur.

Sundari sendiri telah berkecimpung dalam bisnis kerajinan tersebut sejak 2015 dengan mengusung jenama Zigmarie Homeset. Seiring waktu berjalan, bisnis ini kian meningkat dan berkembang. Sundari pun kemudian mengganti nama brand-nya menjadi Zigmarie Homeset and Fashion.

Hal menarik dari produk Zigmarie Homeset and Fashion adalah pemanfaatan limbah perca sebagai bahan produknya. Limbah perca adalah kain-kain sisa yang tidak terpakai dari sisa potongan baju, sperai, dan lain-lain.

Berkat kepiawaian tangannya, salah satu binaan LinkUMKM itu mampu mengubah limbah perca yang sudah tidak digunakan menjadi produk dekorasi kebutuhan rumah tangga dan busana dengan tampilan yang artistik dan kekinian.

“Alasan memilih bidang tersebut karena lebih menarik. Perca juga jarang dijual di e-commerce. Kalau saya jual di pasar atau pameran, banyak yang suka,” ujar Sundari dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (20/3/2023).

Pada awal menekuni bisnis menjahit berbagai macam dekorasi rumah, ia berpikir untuk memulai membagikan ilmu menjahitnya sedikit demi sedikit melalui akun Youtube miliknya.

Lewat konten video di kanal Youtube Zigmarie Tutorial Homeset, Sundari membuat konten edukasi tentang cara menjahit produk-produk yang dijualnya itu.

Hingga saat ini, kanal Youtube milik Sundari telah memiliki 125.000 subscribers dan berhasil menarik banyak penonton. Salah satu konten yang memiliki viewer tertinggi, yaitu sebanyak 804.000, adalah “Masker 2 Lapis dari Perca Gampang Banget”.

Dari konten edukasi melalui platform Youtube itu, Sundari berhasil mendapatkan tambahan penghasilan hingga Rp 43 juta dalam sebulan. Ia juga berhasil mendapatkan apresiasi dari Youtube berupa penghargaan Silver Play Button.

Namun, saat Sundari memiliki kanal Youtube, ia pun mulai kehilangan pelanggannya. Pasalnya, banyak pelanggannya mulai beralih menjahit sendiri setelah melihat konten edukasi dari Sundari.

“Alhasil, pendapatan saya hanya dari YouTube waktu itu. Lalu, pada 2019, saya mulai mencari invoasi baru dari limbah perca. Sampai sekarang, saya membagikan ilmu melalui workshop dan kursus menjahit,” jelasnya.

Menurutnya, workshop dan kursus bisa menjadi salah satu alternatif untuk tetap bisa membagikan ilmu tanpa perlu khawatir kehilangan konsumen.

Saat ini, kain perca menjadi salah satu ikon unggulan yang ada di setiap produk keluaran Zigmarie Homeset and Fashion. Bahkan, kain perca sendiri dipilih karena dinilai memiliki nilai jual yang tinggi.

“Perca ternyata peminatnya banyak. Saya juga lebih sering beralih ke jual ilmu melalui workshop atau kelas menjahit setiap Minggu untuk edukasi membuat sesuatu, terutama kerajinan dari limbah perca,” kata Sundari.

Dengan pengalaman Sundari, perca dapat menjadi nilai tambah produknya. Apalagi, perca bisa membuat produknya terkesan terbatas. Ditambah kemampuannya dalam mengombinasikan warna dan motif beraneka jenis, tema dan nuansa dari produknya pun bisa berbeda dari jenis produk kerajinan lain.

Sejak kelas workshop dan kursus dibuka, Sundari telah memiliki 24 peserta workshop dan 20 peserta kursus menjahit. Ia terus berusaha membawa misi untuk memanfaatkan kain sisa perca demi membantu mengurai sampah kain tak terpakai dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai seni.

Gunakan platform LinkUMKM sebagai sarana promosi

Kesuksesan bisnis Sundari tak terlepas dari kebiasaannya untuk bereksperimen dan mencoba hal baru. Salah satunya, ia sering memperluas lagi pemasaran produknya melalui fitur Etalase di LinkUMKM BRI.

Fitur Etalase digunakan Sundari sebagai media promosi dan memperluas peluang bisnis. Sundari berharap dapat terus membagikan edukasi dengan berbagai macam cara seraya menambah penghasilan.

LinkUMKM sendiri merupakan platform yang dibangun oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI untuk mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar naik kelas.

LinkUMKM yang bertujuan untuk pemberdayaan dan pengembangan para pelaku UMKM tersebut dihadirkan melalui aplikasi dan situs www.linkumkm.id. Di dalamnya, terdapat enam fitur utama dengan berbagai fasilitas dan produk pendukung, seperti Rumah BUMN, UMKM Media, Komunitas, UMKM Smart, Etalase Digital, dan Register NIB.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan bahwa melalui LinkUMKM, setiap pelaku usaha berkesempatan untuk bisa mendapat pelatihan yang berkualitas.

"Pelaku UMKM yang ingin mendaftar sebagai anggota LinkUMKM dapat melakukannya langsung di platform linkumkm.id. Setelah menyelesaikan pendaftaran, pelaku UMKM dapat langsung bergabung dengan komunitas yang diinginkan, serta meletakkan produk atau jasa pada etalase digital,” ujarnya.

Sebagai anggota, lanjut Supari, pelaku UMKM juga berhak mengikuti pelatihan demi peningkatan kapasitas. Pelatihan juga bisa diakses melalui fitur UMKM Smart yang berisi layanan pelatihan, konsultasi, literasi keuangan, serta simulasi kredit untuk anggota.

“Melalui berbagai inovasi dan terobosan, BRI terus mendorong pelaku UMKM untuk bisa mendapatkan kemudahan dalam mengikuti pelatihan dan peningkatan kapasitas usaha sehingga bisa naik kelas,” kata Supari.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau