Advertorial

Dyota Marsudi, Pemimpin Muda di Industri Perbankan Syariah Indonesia

Kompas.com - 12/04/2023, 12:40 WIB

KOMPAS.com - PT Bank Aladin Syariah Tbk menorehkan pertumbuhan bisnis mengesankan sejak meluncurkan aplikasinya untuk pertama kali pada Januari 2022. 

Dalam kurun waktu setahun, bank tersebut berhasil menggaet lebih dari 1,7 juta pengguna terdaftar atau nasabah yang telah melengkapi proses know your customer (KYC).

Hingga kini, Bank Aladin Syariah telah menjangkau seluruh provinsi di Indonesia. Adapun konsentrasi nasabah terbesar berada di daerah dengan populasi muslim besar, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten.

Bank Aladin Syariah juga berhasil menghimpun dana lebih dari Rp 1 triliun dan pembiayaan lebih dari Rp 1,5 triliun.

Pencapaian tersebut tidak bisa dilepaskan dari sosok Dyota Mahottama Marsudi. Sejak April 2021, Dyota ditunjuk sebagai Presiden Direktur (Presdir) Bank Aladin Syariah dan menjadikannya sebagai presdir termuda di kancah perbankan Indonesia.

Berfokus pada segmentasi underbanked, unbanked, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Bank Aladin Syariah memiliki peta jalan untuk membuat produk yang berdampak positif kepada masyarakat.

Dyota mengatakan bahwa dirinya menghadapi banyak tantangan dalam membangun Bank Aladin Syariah dari nol. Terutama, dalam merombak sistem inti (core banking system), membangun aplikasi digital, serta mengumpulkan sumber daya manusia (SDM).

“Tantangan terbesarnya adalah menghimpun SDM yang mumpuni di bidang perbankan dan teknologi serta menyatukan pandangan dari beberapa latar belakang yang berbeda itu. Semuanya membutuhkan waktu dan investasi yang cukup besar,” ujar Dyota dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Selasa (11/4/2023).

Pengalaman yang membentuk karakter

Pada awal 2023, Dyota berhasil mendapat penghargaan sebagai Most Popular Leader in Sharia Finance Industry dari The Iconomics. Perannya dalam memimpin Bank Aladin Syariah ke posisi saat ini pun tidak bisa terlepas dari perjalanan panjangnya sebagai seorang profesional.

Ketika di BCG, karier Dyota berjalan relative mulus. Bekerja selama 6 tahun sejak lulus S1 di usia 21, Dyota kerap menghadapi counterpart berusia dua kali lipat darinya.

Dalam setiap proyek yang dipegang, Dyota mengaku selalu dituntut untuk memahami sebuah industri dan klien yang berbeda secara cepat. Ini diharapkan dapat membantu mereka menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. 

Ia pun tercatat selalu mendapat promosi tepat waktu hingga ditawari beasiswa penuh untuk S2 Master of Business Administration (MBA).

Menilik perjalanan kariernya, Dyota mengatakan bahwa karakternya yang ngeyel berperan cukup besar dalam menghadapi situasi menantang. Misalnya, ketika harus mencari cara untuk mencapai tujuan ataupun target yang diberikan kepadanya. Karakter ini pula yang membuat Dyota kerap menantang dirinya sendiri ketika mendapatkan sebuah kesempatan.

Salah satunya, terlihat ketika Dyota justru memilih mendirikan perusahaan rintisan (startup) di bidang software-as-a-service (SaaS) bernama Happy5.co. Keputusan ini ia ambil setelah menyelesaikan S2 pada 2016.

Berperan sebagai Co-Founder dan Chief Operating Officer (COO), Dyota menghadapi bermacam tantangan, mulai dari aspek operasional hingga menjaga keseimbangan dalam interaksi dengan karyawan. Namun, pengalaman inilah yang justru menjadi pelajaran penting baginya untuk menghadapi situasi sulit dengan banyak faktor yang di luar kendali.

“Saya tidak pernah terpikir untuk membangun perusahaan sebelumnya. Pada saat itu, keputusan tersebut merupakan yang terbesar yang pernah saya ambil. Sebab, (hal itu) bertentangan dengan sifat alami saya yang tidak suka mengambil risiko. (Hal) ini mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat saya harus belajar dan memang akhirnya saya memaksa diri untuk belajar,” kata Dyota.

Karier Dyota kemudian berlanjut dengan bergabung sebagai Senior Executive Director di Vertex Ventures, perusahaan Venture Capital terkemuka di Asia Tenggara yang berbasis di Singapura. Di sana, Dyota bertanggung jawab mewakili Vertex dalam seluruh aspek, seperti mewakili dalam acara publik dan menjadi representatif saat mendekati dan mengevaluasi perusahaan.

Dia juga berperan menjadi thought partner bagi perusahaan-perusahaan yang sudah diberikan investasi, hingga mencari sebuah exit untuk masing-masing posisi investasi.

Pada dua tahun pertama, Dyota diberikan tanggung jawab untuk mencakup wilayah Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Selama periode tersebut, dia sering melakukan perjalanan ke masing-masing negara dengan harapan menemukan sebuah perusahaan rintisan yang dapat diinvestasi oleh Vertex.

Sayangnya, meski telah mengevaluasi ratusan perusahaan, manajemen selalu menolak rekomendasi yang dia ajukan.

Setelah dua tahun yang sulit dan mendapatkan kepercayaan dari manajemen, baru pada tahun ketiga, Dyota berhasil melakukan empat investasi baru di Indonesia dan Singapura. Ia pun secara langsung diganjar dengan promosi atas kinerja tersebut.

“Selama dua tahun awal, saya dilatih oleh manajemen untuk gigih mencari peluang investasi dan mengembangkan pengalaman dan insting dalam mengevaluasi startup. Dengan demikian, dalam waktu relatif singkat, saya jadi punya kemampuan dalam membedakan antara perusahaan yang memiliki peluang bisnis yang baik dan yang kurang baik,” ujarnya.

Perjalanan Aladin baru dimulai

Berbagai pengalaman yang telah dilalui pun menjadi pijakan Dyota ketika mendapatkan tawaran untuk menjadi Presiden Direktur Bank Aladin Syariah.

Dalam mengambil suatu keputusan penting, dia mengaku harus mencari keselarasan antara logika dan perasaan yang saling tarik menarik. Prinsip inilah juga dipegang Dyota dalam memimpin.

Ketika mendapat tawaran itu, secara rasional, Dyota telah menyadari besarnya potensi ekonomi syariah dan juga sudah memahami cara mengembangkan perbankan syariah. Di sisi lain, lubuk hatinya masih merasa belum yakin untuk berpindah.

“Untuk itu, saya meminta pendapat istri. Dia kemudian bertanya, ‘Kalau kamu meninggal besok, mana yang akan lebih membuat kamu menyesal, tidak pulang kembali ke Indonesia dan bersama-sama membangun industri perbankan digital dan perbankan syariah bersama Bank Aladin, atau tetap nyaman di posisi kamu sekarang?’,” tuturnya.

Mendengar respons tersebut, Dyota pun memantapkan diri untuk menerima tawaran dari Bank Aladin Syariah. Misinya satu, dia ingin memberikan dampak terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia yang pangsa pasarnya masih sekitar 6,5 persen.

"(Hal) itu misalkan bisa kami naikkan sampai ke 10 persen saja, sudah wah banget. Impact-nya luar biasa, dan hati mulai nyaman saat mulai ngomong begitu," kata Dyota.

Setelah melewati proses panjang fit and proper test, Dyota kemudian dinyatakan efektif menjabat sebagai Presiden Direktur PT Bank Aladin Syariah Tbk lewat Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. KEP-166/D.03/2021 pada tanggal 11 November 2021.

Upaya Dyota berbuah manis. Di bawah kepemimpinannya, Bank Aladin berhasil meraih berbagai penghargaan dan pengakuan dalam kurun waktu dua tahun.

Penghargaan tersebut di antaranya adalah Tempo Financial Award 2021 kategori The Best Financial Performance, CNBC Award 2021 kategori The Most Promising Islamic Digital Bank, Marketeers Editor's Choice Award 2022 kategori Breakthrough Islamic Digital Bank of The Year, serta CSR Award IDX Channel 2022 dalam kategori Green Tourism.

"Kami ingin membuat nasabah mendapat pengalaman registrasi dan aplikasi tanpa hambatan yang ramah digunakan, produk unik yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang kurang terjangkau oleh layanan perbankan, serta memiliki kehadiran offline yang kuat untuk membantu mereka yang baru pertama kali menggunakan layanan perbankan. Jadi, perjalanan ini masih panjang, dan kami baru saja mulai," katanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau