KOMPAS.com – Tim Cardiovascular Center Mayapada Hospital Tangerang berhasil melakukan tindakan Left atrial Appendage (LAA) Closure kepada pasien dengan gangguan irama jantung (aritmia) berupa atrial fibrilasi. Dengan tindakan ini, dokter dapat menurunkan risiko stroke pada pasien hingga 90 persen.
Sebagai informasi, pasien dengan gangguan irama jantung memiliki risiko mengalami stroke empat hingga lima kali lebih besar dibandingkan orang normal. Karenanya, tindakan dibutuhkan agar risiko tersebut dapat diminimalisasi.
“Kami (berhasil) melakukan LAA Closure kepada pasien laki-laki berusia 52 tahun dengan kondisi atrial fibrilasi dan telah mengalami stroke berulang. Selain mengalami gangguan irama jantung, risiko stroke pada pasien juga disebabkan karena ia mengidap obesitas dan hipertensi,” kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Mayapada Hospital Tangerang dr Agung Fabian, SpJP(K)Aritmia melalui keterangan pers yang diterima Kompas.com, Selasa (18/4/2023).
Untuk diketahui, LAA merupakan bagian dari serambi kiri jantung berupa ruangan kecil seperti corong yang tidak memiliki fungsi signifikan. Pada pasien aritmia, atrial fibrilasi dapat menyebabkan kegagalan proses memompa darah.
Akibatnya, darah berpotensi terkumpul di area LAA dan membentuk gumpalan darah atau trombus. Gumpalan ini bisa terlepas saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, serta memunculkan risiko stroke sumbatan atau stroke iskemik.
“Hal inilah yang mengharuskan pasien dengan atrial fibrilasi meminum obat pengencer darah secara rutin untuk mencegah risiko stroke,” ujar dr Agung.
Dengan melakukan LAA Closure, bagian LAA jantung akan ditutup untuk mencegah masuknya trombus ke area itu sehingga risiko stroke dapat ditekan. Pasien juga tidak harus minum dan bergantung pada obat pengencer darah.
“LAA Closure biasanya dilakukan pada pasien yang sudah tidak memungkinkan untuk minum obat pengencer darah atau pada pasien dengan risiko perdarahan tinggi,” imbuh dr Agung.
Prosedur LAA Closure
Sebelum dilakukan LAA Closure, pasien harus melakukan pemeriksaan dengan alat transesophageal echocardiography (TEE) untuk mengevaluasi adanya gumpalan darah serta melihat ukuran, kedalaman, dan bentuk LAA. Hal ini berkaitan dengan ukuran device yang akan dipasang.
Selain itu, TEE juga digunakan untuk mengantisipasi agar struktur di sekitar LAA, seperti katup mitral dan pembuluh darah sekitar, tidak tertutup atau terjepit saat tindakan LAA Closure berlangsung.
Dokter Herenda Medishita, SpJP(K) menambahkan, TEE tidak hanya digunakan untuk pasien sebelum LAA Closure dilakukan. Alat ini juga dipakai saat operasi berlangsung untuk memudahkan dokter operator memasang device pada LAA.
“TEE membantu dokter untuk memasang device pada posisi yang tepat, menutup LAA dengan sempurna, dan (memastikan agar) tidak ada kebocoran,” jelas dr. Herenda.
Setelah LAA Closure dilakukan, TEE juga akan digunakan dokter dalam mengevaluasi pasien sehari setelah tindakan. Kemudian, evaluasi akan dilakukan lagi pada 3 dan 6 bulan pascatindakan untuk memastikan device dan kondisi jantung pasien dalam kondisi baik. Selanjutnya, pasien wajib diperiksa kembali setiap 6 bulan.
Informasi lebih lanjut mengenai LAA Closure di Mayapada Hospital Tangerang dapat diakses melalui tautan ini.