Advertorial

Bangun Fondasi Pendidikan Gen Z, Kemenkominfo Sosialisasikan Transformasi Digital Pendidikan 2023

Kompas.com - 08/05/2023, 05:55 WIB

KOMPAS.com - Guru berperan penting dalam mendigitalisasi dunia pendidikan. Untuk menjalankan peran ini, guru tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan menggunakan teknologi digital, tapi juga perlu membangun personal branding yang kuat.

Dengan personal branding yang kuat, para guru bisa membantu meningkatkan reputasi dan kesadaran siswa tentang kepakaran mereka dalam bidang tertentu.

Selain itu, guru yang melek digital juga dapat meningkatkan minat belajar siswa. Pasalnya, para guru dapat memanfaatkan platform digital untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Hal ini dapat membantu guru membangun ikatan yang lebih kuat dengan para siswanya.

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional sekaligus meningkatkan kompetensi digitalisasi para guru, Direktorat Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Kick Off Pelaksanaan Adopsi Teknologi Digital Sektor Pendidikan” di Semarang, Kamis (4/5/2023).

Program tersebut merupakan salah satu program Digitalisasi Sektor Strategis Pendidikan yang dikemas dalam tema “Membangun Keberhasilan Pendidikan di Era Gen Z”.

Seminar tersebut dilaksanakan secara hibrida dan diikuti para guru dari seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Adapun seminar luring diikuti lebih dari 100 guru jenjang SMA dan SMK dari Semarang.

Acara tersebut menghadirkan dua narasumber, yakni Irfana Steviano yang mewakili Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan Founder Edutrans ID Hendi Pratama.

Kedua pemateri menyajikan materi yang komprehensif untuk para peserta. Irfan menyajikan materi dengan topik “Konten Pembelajaran Digital untuk Platform Merdeka Mengajar”, sedangkan Hendi menyuguhkan konten tentang “Membangun Personal Branding Guru Melek Digital”.

Seminar tersebut diawali sambutan dari Direktorat Ekonomi Digital Kemenkominfo I Nyoman Adhiarna. Dalam sambutannya, Adhiarna menyebut bahwa capaian adopsi digital di dunia pendidikan sudah mencapai 50 persen dari seluruh Indonesia.

“Adopsi digital sudah menyasar sebanyak 974 sekolah dan 1786 di 12 kawasan prioritas,”” ujar Adhiarna dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (7/5/2023).

Menurut Adhiarna, capaian tersebut dapat diraih salah satunya berkat peran guru yang terus mengasah kemampuan digital mereka. Ia berharap, para peserta seminar bisa membuat karya yang baik dan layak untuk di unggah pada platform Merdeka Mengajar.

“Ke depan, semoga platform Merdeka Mengajar dapat terus berkembang dan bermanfaat untuk pembelajaran digital. Saya harap, para guru bisa terus berkolaborasi untuk memajukan Indonesia melalui pemanfaatan teknologi digital,” katanya.

Selanjutnya, Rachmadi Widdiharto dari Kemendikbud juga memberi sambutan pada acara tersebut. Ia mengatakan, para guru dapat memanfaatkan teknologi agar bisa menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan interaktif.

Selain itu, para guru juga dapat berkolaborasi dengan murid untuk menciptakan karya yang inovatif dan menciptakan konten pendidikan yang berkualitas. Hal ini perlu dilakukan untuk memperkuat citra diri dan meningkatkan kredibilitas guru sesuai bidangnya.

Ia berharap, para guru dapat memanfaatkan media sosial untuk membangun visibilitas para guru.

“Misalkan, para guru dapat memposting artikel atau konten pendidikan yang relevan di platform Merdeka Mengajar,” tandas Rachmadi.

Adapun sambutan berikutnya diberikan oleh Kepala Balai Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (BPTIK Dikbud) Provinsi Jawa Tengah Siswanto.

Mewakili Kepala Dinas (Kadis) Dikbud Provinsi Jawa Tengah Uswatun Hasanah, Siswanto mengatakan bahwa diperlukan beberapa langkah yang tepat untuk menyukseskan transformasi digital pendidikan di era gen Z.

Pertama, dibutuhkan strategi yang jelas. Kedua, inovasi. Ketiga, analisis data. Keempat dan kelima, pengalaman pelanggan dan budaya organisasi. Keenam, pengembangan sumber daya manusia (SDM). Ketujuh, kemitraan strategis. Terakhir, keamanan siber,” papar Siswanto.

Memaksimalkan personal branding

Irfana Steviano yang mewakili Kemendikbud memulai materi topik “Konten Pembelajaran Digital untuk Platform Merdeka Mengajar” dengan menyapa para peserta secara lugas dan santai. Dalam paparannya, Irfana memfokuskan materi bagaimana cara membuat konten video untuk pembelajaran.

”Jangan kalah salah sama marketplace yang jualan pakai video. Para guru juga bisa membuat konten video belajar yang menarik,” jelas Irfana.

Irfana menjelaskan bahwa pembelajaran melalui video lebih efektif karena ditopang oleh empat faktor, yakni tujuan, konteks, struktur, serta multimedia. Kemudian, Irfana juga menjelaskan beberapa teknik dalam membuat konten video. Salah satunya melalui teknik story telling.

Ia pun mempraktekan teknik story telling bersama para peserta seminar dengan membuat video bertema “Ceritakan Pengalaman Inspiratif Anda Selama menjadi Guru”.

Selanjutnya, Irfan membuat beberapa simulasi berinteraksi dengan para peserta daring dan luring. Ia mengakhiri materinya dengan menerangkan cara menggunakan peralatan penunjang dan aplikasi editing video.

Setelah Irfana, Hendi mengisi acara dengan materi “Membangun Personal Branding Guru Melek Digital”. Hendi mengatakan, para guru harus memperkuat personal branding supaya memiliki ciri khas.

“Jika tidak memiliki personal branding, para guru dapat mudah digantikan. Baik dengan orang lain maupun teknologi,” ujar Hendi.

Hendi Pratama saat memberikan materi. DOK. Kemenkominfo Hendi Pratama saat memberikan materi.

Hendi mencontohkan dua orang mahasiswa yang bukan guru dapat memberikan materi mengajar yang lebih bagus dari guru,

“Padahal, kedua mahasiswa itu bidang studi kuliahnya berbeda dengan materi pelajaran yang mereka bagikan untuk orang lain,” katanya.

Selama menyampaikan materi, Hendi mengajak peserta daring dan luring untuk berinteraksi. Ia melibatkan peserta seminar dengan memberikan simulasi dan contoh langsung.

Ia pun menekankan supaya guru berusaha memenangkan respek dari siswanya dan dari pemangku kepentingan lain, seperti orang tua murid dan kepala sekolah.

“Jangan sampai orang tua menanyakan PR anaknya di grup WhatsApp. Selain itu, jangan sampai menjadi guru yang di-blacklist kepala sekolah,” ujarnya.

Selanjutnya, Hendi memaparkan alasan lain mengapa guru perlu personal branding. Menurutnya, guru berhak mendapatkan penghasilan tambahan. Oleh karena itu, para guru dapat mengembangkan potensi mereka dengan menjadi pembicara, guru les atau trainer eksekutif, serta penulis buku.

Selain itu, guru yang sudah memiliki personal branding lebih mudah mendapatkan promosi, endorse, serta networking.

Dalam personal branding, kata Hendi, guru harus bisa menunjukkan keunikanya, memperlihatkan visinya, dan membeberkan keahlianya. Oleh karena itu, para guru harus mengikuti perkembangan teknologi.

”Sekarang, penggunaan artificial intelligence atau AI di bidang pendidikan banyak ditolak, tapi nanti AI akan menjadi bagian dari kita, seperti penolakan smartphone pada awal kehadirannya. Oleh karena itu, kita tidak bisa menghindar dari kemajuan teknologi. Inilah pentingnya para guru harus melek digital,” kata Hendi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau