Advertorial

Mas Dhito Ziarah Makam Leluhur untuk Memperingati Hari Jadi Ke-1219 Kabupaten Kediri

Kompas.com - 12/05/2023, 18:57 WIB

KOMPAS.com - Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana melakukan rangkaian ziarah ke makam leluhur Kediri sebagai bagian peringatan hari jadi ke-1.219 Kabupaten Kediri pada Kamis (11/5/2023).

Adapun Mas Dhito—sapaan akrab bupati muda itu—mengawali rangkaian ziarahnya di Taman Makam Pahlawan, Kecamatan Pare, bersama dengan rombongan. Ziarah dilanjutkan ke Makam Setono Gedong di Kota Kediri.

"Kegiatan ziarah makam leluhur ini bukan kali pertama kami adakan," kata Mas Dhito dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (12/5/2023).

Di komplek makam Setono Gedong, Mas Dhito disambut juru kunci dilanjutkan melakukan doa bersama dan tabur bunga di makam tokoh penyebar Islam Syekh Wasil Syamsudin atau biasa disebut Mbah Wasil, makam Sunan Amangkurat III dan bupati-bupati Kediri yang dimakamkan di komplek pemakaman tersebut.

Sebagai informasi, bupati yang dimakamkan di Setono Gedong, yakni Raden Mas Tumenggung (RMT) Pandji Djojo Koesoemo, RMT Pandji Tondo Adi Tjokro, Raden Adipati Ario (RAA) Koesoemoadinoto, RAA Danoediningrat, RAA Danoediningrat II, dan Raden Mochammad Machin.

"Kami tidak boleh melupakan sejarah. Sudah sepatutnya kami mengenang jasa-jasa para bupati terdahulu dan melanjutkan perjuangan (mereka) untuk kesejahteraan rakyat," jelasnya.

Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana bersama rombongan peziarah berdoa saat mengunjungi makam leluhur Kediri.Dok Pemkab Kediri Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana bersama rombongan peziarah berdoa saat mengunjungi makam leluhur Kediri.

Ia pun mengenang jasa para bupati tersebut. Pada masa penjajahan, RMT Pandji Djojo Koesoemo memerintah tepat pada periode 18 Maret 1887 sampai 1 Maret 1901. Kala itu, ada pembangunan jaringan jalan kereta api dari Ked iri menuju Pare dan berakhir di Jombang oleh perusahaan Kereta api swasta (particuliere) Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM).

Pada masa pemerintahan yang sama, ada pula pembukaan lahan perkebunan secara besar-besaran. Tercatat, terdapat 105 perusahaan dan kebun baru di wilayah Kediri sebagai dampak diberlakukannya Undang-Undang Agraria oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1870.

Pada masa RAA Koesoemoadinoto yang memerintah PADA periode 7 Agustus 1914 – 10 September 1923, terdapat peristiwa erupsi Gunung Kelud, tepatnya pada 20 Mei 1919. Kala itu, jumlah korban jiwa cukup besar. Ribuan hektare lahan pertanian dan perkebunan turut hancur.

Adapun letusan dahsyat Gunung Kelud pada 1919 mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kolonial hingga terbit kebijakan untuk membentuk Vulkaan Bewaking Dienst (Dinas Penjagaan Gunung Api) pada 16 September 1920.

Selain itu, dibangun sarana-prasarana pengendali dan mitigasi bencana erupsi Gunung Kelud, salah satunya adalah pembangunan terowongan yang berfungsi mengurangi volume air kawah pada 1920. Pembangunan dipimpin oleh Von Steiger.

Karena runtuhnya beberapa bagian lubang terowongan, proses pembangunan sempat terhenti pada 1923. Selanjutnya pada 1926, terowongan berhasil diselesaikan dengan panjang mencapai 955 meter.

Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menaburkan bunga saat momen ziarah ke makam leluhur KediriDok Pemkab Kediri Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menaburkan bunga saat momen ziarah ke makam leluhur Kediri

Peristiwa besar pada setiap kepemimpinan bupati akan menjadi sejarah yang akan dikenang bagi generasi selanjutnya. Semangat dan cita-cita untuk memajukan Kediri, menurut Mas Dhito, harus terus dijaga untuk mewujudkan Kediri yang berbudaya.

"Kami harap, kegiatan ziarah makam leluhur ini dapat menjadi media untuk instrospeksi sekaligus menginspirasi dalam memajukan Kabupaten Kediri," terang Mas Dhito.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau