Advertorial

Bisa Dialami Siapa Saja, Ini 4 Fakta Tentang Penyakit Autoimun

Kompas.com - 29/05/2023, 14:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Beberapa tahun belakangan, penyakit autoimun menjadi perbincangan hangat di media sosial. Bahkan, tak sedikit selebriti papan atas yang diketahui mengalami penyakit tersebut, seperti Isyana Sarasvati dan Selena Gomez.

Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan alergi dan imunologi di Mayapada Hospital Prof Dr dr Iris Rengganis SpPD K-AI menjelaskan, penyakit autoimun adalah kondisi ketika tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuh itu sendiri.

“Sistem imun yang seharusnya melindungi kita, tetapi malah menganggap tubuh adalah ‘musuh’ dan menyerang organ dalam tubuh. Akibatnya, organ-organ yang diserang bisa mengalami peradangan,” paparnya dalam acara peluncuran Mayapada Autoimmune Center Indonesia di Mayapada Hospital Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (27/5/2023).

Profesor Iris mengatakan, penyebab autoimun belum diketahui secara pasti sampai saat ini. Namun, para dokter dan ahli meyakini ada beberapa faktor yang memicu penyakit ini, yaitu genetik, lingkungan, dan gaya hidup.

“Ini harus menjadi perhatian. Gaya hidup, misalnya, bisa dari asupan makanan, stres, pola tidur, polusi, radiasi, dan sebagainya,” ujarnya.

Profesor Iris juga mengungkapkan, ada sekitar 5.000 penderita autoimun yang terdata di Indonesia pada 2019. Jumlah itu disinyalir terus bertambah setiap tahunnya.

Agar lebih waspada, profesor Iris pun membagikan empat fakta tentang penyakit autoimun yang perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia.

  1. Tidak ada gejala spesifik

Penyakit autoimun tidak memiliki gejala spesifik. Artinya, penyakit ini punya gejala yang sama dengan penyakit pada umumnya.

“Oleh karena itu, pada awal (pemeriksaan) hampir selalu salah diagnosa. Ini karena gejalanya sangat umum, seperti lelah, nyeri otot, bengkak, demam, rambut rontok, dan ruam pada kulit,” jelas Profesor Iris.

Namun, kata dia, pada penderita autoimun, biasanya gejala-gejala tersebut terjadi dalam durasi yang panjang.

“Kalau dirasa Anda sakit dan sudah bolak-balik berobat, tetapi tidak kunjung sembuh, itu wajib waspada. Segera periksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut,” kata Profesor Iris.

  1. Bisa menyerang orang dewasa dan anak-anak

Faktanya, penyakit autoimun bisa menyerang siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Namun, penyakit ini lebih rentan dialami oleh perempuan berusia 20-50 tahun, terutama mereka yang punya keluarga dengan riwayat autoimun.

“Biasanya, penyakit autoimun baru ketahuan saat usia 30-40 tahun, atau bisa juga terdeteksi lebih dini lagi,” jelas Profesor Iris.

Sementara itu, pada penderita anak-anak, dokter spesialis anak Mayapada Hospital dr Harun Wijaya Sp.A menjelaskan, gejala dan penanganannya tidak jauh berbeda dengan orang dewasa.

“Secara umum, gejalanya sama. Hanya saja, ada beberapa tipe penyakit autoimun yang lebih sering menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa, seperti jenis penyakit juvenile dan kawasaki,” paparnya dalam kesempatan yang sama.

  1. Ada lebih dari 100 jenis penyakit

Ada lebih dari 100 jenis penyakit yang tergolong penyakit autoimun. Oleh sebab itu, penyakit ini kerap disebut sebagai penyakit seribu wajah.

“Penyakit ini bisa menyerang organ apa saja dan berpindah-pindah (dari satu organ ke organ lain). Jadi, tidak bisa hanya ditangani oleh satu dokter. Perlu dikonsultasikan dengan dokter-dokter spesialis terkait lainnya,” ujar profesor Iris.

  1. Bisa dikendalikan dengan gaya hidup sehat

Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit autoimun. Namun, gejala dan efek samping dari penyakit ini dapat dikendalikan dengan menerapkan gaya hidup yang sehat.

“Orang-orang dengan penyakit autoimun wajib mengelola stres, rutin berolahraga, dan mengatur pola makan atau diet,” ujar Profesor Iris.

Tak ketinggalan, penderita autoimun juga wajib melakukan kontrol ke dokter secara rutin agar mendapatkan perawatan yang tepat.

Jadi, meski penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan, penderitanya tetap dapat beraktivitas dengan normal selama menerapkan gaya hidup sehat dan rutin menjalani perawatan.

Pusat layanan autoimun pertama di Indonesia

Adapun bagi masyarakat yang ingin memeriksakan diri atau melakukan kontrol penyakit autoimun, tidak perlu bingung lagi. Sebab, saat ini hadir pusat pelayanan autoimun yang menyediakan bidang spesialisasi lengkap, yaitu Mayapada Autoimmune Center Indonesia di Mayapada Hospital Cilandak, Jakarta Selatan.

Mayapada Autoimmune Center Indonesia merupakan pusat pelayanan autoimun pertama di Indonesia. Melalui fasilitas ini, masyarakat dapat memperoleh penanganan penyakit autoimun yang tepat, serta didukung tim dokter multi spesialisasi yang kompeten.

Acara pengguntingan pita sebagai simbol peresmian Mayapada Autoimmune Center. Dok. Kompas.com Acara pengguntingan pita sebagai simbol peresmian Mayapada Autoimmune Center.

Mayapada Autoimmune Center Indonesia juga dilengkapi beragam fasilitas dan peralatan medis lengkap sehingga diagnosa dapat dilakukan dengan cepat serta tepat.

Fasilitas tersebut antara lain, laboratorium yang dilengkapi panel pemeriksaan autoimun, radiologi dengan USG Doppler, CT Scan, MRI, dan pemeriksaan bone mass density (BMD), serta pemeriksaan penunjang lain, seperti elektroensefalografi (EEG) dan elektromiografi (EMG).

Direktur Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Fiktorius Kuludong MM mengatakan, kehadiran Mayapada Autoimmune Center Indonesia diharapkan dapat memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia dan seluruh dunia.

“Ini dapat menjadi titik awal kemajuan dunia kesehatan di Indonesia,” ujarnya.

Untuk mewadahi komunitas penyintas autoimun, Mayapada Hospital Jakarta Selatan juga menyediakan grup WhatsApp Autoimmune Center Indonesia. Masyarakat dapat bergabung di grup dengan menghubungi nomor 081510262641.

Selain itu, masyarakat juga dapat mengakses informasi lebih lengkap seputar Mayapada Autoimmune Center Indonesia melalui situs resmi https://autoimmune.mayapadahospital.com/ atau akun Instagram @mayapadahospital.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com