Advertorial

Bagaimana Bedakan Diare pada Anak Akibat Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa?

Kompas.com - 02/06/2023, 18:30 WIB

KOMPAS.com - Pernahkah buah hati Anda mengalami diare sesaat setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu?

Ketika kondisi tersebut terjadi pada Si Kecil, tak sedikit orangtua yang kerap merasa bingung untuk mengetahui penyebab diare serta cara mengatasinya.

Ada diare yang memang disebabkan karena adanya infeksi virus atau bakteri di saluran cerna lantaran adanya kontaminasi pada makanan atau minuman. Namun, ada pula yang bisa terjadi disebabkan karena adanya alergi atau intoleransi terhadap produk susu hewani.

Adapun alergi dan intoleransi kerap disangka sebagai kondisi yang sama oleh para orangtua. Pasalnya, alergi dan intoleransi memiliki gejala yang mirip. Padahal, keduanya berbeda meski sama-sama dapat menyebabkan diare pada anak.

Lantas, bagaimana membedakan diare akibat alergi susu dan intoleransi laktosa? Berikut penjelasannya.

Alergi Susu

Alergi susu merupakan suatu reaksi tidak normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap kandungan protein dalam susu atau produk olahan susu lainnya.

Untuk diketahui, anak usia di bawah 2 tahun rentan mengalami alergi terhadap susu sapi, terutama terhadap kandungan proteinnya.

Adapun gejala akibat alergi susu pada umumnya muncul dalam waktu singkat sesaat setelah Si Kecil mengonsumsi susu di antaranya diare, gatal dan ruam di kulit, bengkak-bengkak di bagian tubuh tertentu, batuk-batuk, hidung meler, mata berair, serta rewel atau sering menangis.

Melansir mayoclinic, Rabu (16/6/2022), terdapat protein utama dalam susu yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Salah satunya, casein, yakni protein yang terdapat pada bagian padat susu yang mengental.

Pada kondisi tersebut, setiap kali Si Kecil mengonsumsi susu, utamanya susu sapi, tubuh akan menganggap kandungan protein dalam susu tersebut sebagai suatu hal berbahaya bagi tubuh.

Gejala serta tanda alergi susu tersebut di antaranya batuk, pilek, dan muntah. Bahkan, kondisi alergi susu yang serius disertai gejala lain, yakni diare dan sesak napas.

Intoleransi Laktosa

Untuk diketahui, laktosa merupakan salah satu jenis gula alami yang dapat ditemukan dalam susu atau produk yang mengandung susu di dalamnya. Biasanya, intoleransi laktosa mulai terjadi saat Si Kecil memasuki usia 2 tahun.

Berbeda dengan alergi susu, intoleransi laktosa pada anak merupakan kondisi ketidakmampuan sistem pencernaan anak dalam mencerna laktosa.

Padahal, pada umumnya, tubuh memproduksi enzim laktase di dalam usus halus yang berfungsi untuk memecah molekul dari laktosa.

Berbeda dengan alergi, gejalanya yang timbul akibat intoleransi laktosa justru muncul secara bertahap setelah mengonsumsi susu dalam jumlah besar.

Adapun intoleransi laktosa pada anak umumnya terjadi karena sistem pencernaannya belum mampu menghasilkan enzim laktase yang cukup untuk mencerna laktosa.

Kondisi tersebut dapat menimbulkan sejumlah gejala, mulai dari perut buncit karena kembung, nyeri perut, mual, muntah, hingga diare.

Singkatnya, diare yang terjadi pada anak merupakan salah satu gejala dari alergi terhadap susu ataupun intoleransi laktosa.

Namun, perlu diingat jika alergi dan intoleransi tersebut bukan satu-satunya faktor utama diare pada anak. Untuk mengetahui penyebab terjadinya diare pada Si Kecil, orangtua perlu melakukan sejumlah langkah.

Salah satunya, membawa Si Kecil ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan serta diagnosis yang tepat. Dengan begitu, anak bisa mendapatkan penanganan tepat sehingga terhindar dari dehidrasi akibat diare.

Selain itu, guna mencegah risiko diare pada Si Kecil, perhatikan pula faktor kebersihan dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari.

Upaya berikutnya yang dapat dilakukan orangtua juga yakni mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizi harian Si Kecil dengan memberikan makanan, suplemen, atau multivitamin yang dibutuhkan.

Mengingat susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang Si Kecil, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan para orangtua untuk mengatasi masalah alergi tanpa harus menjauhkan Si Kecil dari manfaat susu.

Salah satunya, dengan memberikan susu pertumbuhan yang memiliki isolat protein kedelai dengan nutrisi lengkap setara susu sapi, yaitu Morinaga Chil Kid Soya.

Untuk diketahui, Morinaga Chil Kid Soya cocok untuk anak yang memiliki alergi terhadap susu sapi, intoleransi laktosa, atau menderita galaktosemia.

Morinaga Soya MoriCare+ Triple Bifidus merupakan satu-satunya formula soya dengan kandungan sinergi probiotik triple bifidus dan serat pangan FOS. Kedua kandungan gizi ini telah teruji secara klinis dapat meningkatkan kesehatan imun serta mengurangi gejala alergi pada anak yang tidak cocok dengan susu sapi.

Morinaga Soya hadir dengan nutrisi yang disempurnakan, seperti lebih tinggi protein dan DHA (20 mg/saji), 15 vitamin dan 9 mineral, serta bebas laktosa, sehingga bisa dikonsumsi anak alergi.
Kandungan protein dalam Morinaga Soya MoriCare+ Triple Bifidus pun telah ditingkatkan sebanyak 20 persen dan sesuai dengan kebutuhan harian anak.

Selain itu, susu ini mengandung asam amino yang lebih lengkap, seperti sembilan asam amino esensial + sistein, taurin, dan tirosin. Dengan demikian, susu ini dapat membantu meningkatkan daya ingat Si Kecil.

Terlebih, Morinaga Soya hadir dengan kemasan dan harga baru yang lebih terjangkau.

Jadi, bunda tidak perlu khawatir bila anak alergi susu sapi. Morinaga Soya MoriCare+ Triple Bifidus akan bantu bunda lengkapi kebutuhan nutrisi Si Kecil agar ia dapat terus tumbuh dengan optimal dan jadi juara.

Sebagai informasi, Chil Kid Soya tersedia dalam dua varian rasa yang disukai anak, yaitu Vanila dan Madu. Sedikitnya, berikan Chil Kid Soya 3 gelas per hari sesuai kebutuhan buah hati Anda.

Yuk, dukung terus tumbuh kembang anak dan atasi diare pada Si Kecil dengan memberikan nutrisi harian dengan gizi seimbang dan lengkap.

Untuk mendapatkan produk Morinaga Chil Kid Soya, klik tautan berikut.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com