Advertorial

Atasi Penurunan Fungsi Fisik, Eka Hospital BSD Hadirkan Pusat Layanan Rehabilitasi Medik

Kompas.com - 06/06/2023, 19:29 WIB

KOMPAS.com - Setiap jenis pekerjaan memiliki risiko kesehatan tersendiri yang dapat dialami oleh setiap orang, baik pekerja lapangan maupun karyawan kantoran.

Salah satu gangguan kesehatan yang berpotensi muncul saat bekerja adalah sakit pada bagian pinggang dan punggung. Gangguan ini biasanya muncul lantaran duduk di depan meja sembari menatap layar komputer dalam jangka waktu lama.

Meski terlihat sepele, duduk terlalu lama ternyata dapat berdampak buruk pada postur dan tulang belakang. Beberapa masalah kesehatan yang bisa muncul meliputi nyeri punggung, bahu, dan lengan.

Bila masalah itu muncul, aktivitas sehari-hari dapat terganggu. Bahkan, dapat menimbulkan rasa tak nyaman bagi seseorang yang mengalami nyeri punggung dan pinggang.

Jika tidak segera ditangani, rasa nyeri tersebut bisa semakin kronis sehingga mengganggu kesehatan tubuh dalam jangka waktu panjang.

Meski begitu, Anda tak perlu khawatir bila mengalami gangguan kesehatan tersebut. Pasalnya, nyeri pada pinggang dan punggung bisa pulih, asalkan ditangani dengan benar dan konsisten melalui program rehabilitasi medik.

Lantas, sejauh mana program rehabilitas medik perlu dilakukan untuk mengatasi gangguan sakit punggung atau pinggang?

Terapi intensif rehabilitasi medik

Untuk diketahui, rehabilitasi medik adalah program terapi intensif bagi pasien yang mengalami masalah nyeri, gangguan, dan penurunan fungsi pada otot, tulang, persendian, tendon, jaringan ikat, serta saraf akibat sakit atau cedera.

Terapi tersebut bertujuan untuk menghilangkan nyeri serta meningkatkan kemampuan seseorang agar bisa kembali bergerak dan beraktivitas secara optimal. Dengan menjalani terapi tersebut, pasien dapat kembali menjalankan aktivitas seperti sedia kala.

Konsultan rehabilitasi medik Eka Hospital BSD dr A Penny Kusumastuti, SpKFR, MS(K), menjelaskan, program rehabilitasi dapat diterapkan kepada pasien yang mengalami penurunan fungsi pada anggota tubuh guna mengurangi rasa sakit yang kerap dialami, seperti masalah pada postur tulang belakang dan otot-otot.

Program tersebut, lanjutnya, juga cocok dilakukan oleh pekerja yang biasa menghabiskan sebagian besar waktu duduk di depan layar komputer.

“Terapi rehabilitasi medik dilaksanakan untuk melatih tulang dan otot-otot pasien untuk menjaga kekuatan serta ketahanan agar tubuh mampu bekerja dalam jangka panjang. Dengan rehabilitasi medik, rasa nyeri dapat dikurangi. Kondisi fisik pun bisa dikembalikan sehingga dapat beraktivitas normal” ujar dr Penny.

Sejumlah kasus yang membutuhkan penanganan lewat rehabilitasi medik sebagai program pemulihan di antaranya adalah nyeri pinggang atau saraf terjepit (HNP), nyeri leher dan punggung bagian atas, serta nyeri bahu akibat sakit karena proses degeneratif atau akibat cedera, termasuk frozen shoulder.Dok. Eka Hospital Sejumlah kasus yang membutuhkan penanganan lewat rehabilitasi medik sebagai program pemulihan di antaranya adalah nyeri pinggang atau saraf terjepit (HNP), nyeri leher dan punggung bagian atas, serta nyeri bahu akibat sakit karena proses degeneratif atau akibat cedera, termasuk frozen shoulder.

Cara kerja rehabilitasi medik

Dokter Penny melanjutkan, terapi rehabilitasi medik dipergunakan dalam dunia kedokteran untuk membantu pasien kembali ke dalam kondisi fisik terbaik.

Sejumlah gangguan kesehatan, seperti sakit punggung, bahu, pinggul, lengan, dan kaki, dapat dilatih kembali dengan menggunakan alat-alat yang spesifik untuk melatih anggota tubuh.

Berdasarkan pengamatan dr Penny, sekitar 80 persen kasus tulang belakang, seperti gangguan postur, nyeri pinggang, dan leher, bisa ditangani dengan terapi.

“Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi akan memastikan diagnosis serta membuat program terapi sesuai kondisi atau masalah yang dihadapi pasien. Oleh karena itu, terapi rehabilitasi medik sangat cocok sebagai program pemulihan guna mengurangi rasa nyeri serta gejala untuk jangka waktu panjang,” terangnya.

Dokter Penny menambahkan, sejumlah kasus yang membutuhkan penanganan lewat rehabilitasi medik sebagai program pemulihan di antaranya adalah nyeri pinggang atau saraf terjepit (HNP), nyeri leher dan punggung bagian atas, serta nyeri bahu akibat sakit karena proses degeneratif atau akibat cedera, termasuk frozen shoulder.

Selain itu, imbuh dr Penny, gangguan postur tubuh, seperti skoliosis, juga dapat diterapi di fasilitas rehabilitasi medik. Ada pula amputasi pada lanjut usia (lansia) dengan penyakit sendi degeneratif, seperti osteoartritis dan osteoporosis. Adapun kasus lain yang juga memerlukan penanganan rehabilitasi medik adalah cedera otot atau tulang, seperti patah tulang atau robekan tendon.

“Kemudian, pasca-stroke, cedera tulang belakang, cedera saraf, pasca-operasi spine, serta operasi ortopedi lain,” kata dr Penny.

Rehabilitasi medik Eka Hospital

Merespons kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tersebut, Eka Hospital BSD menghadirkan ruangan yang dirancang khusus untuk perawatan rehabilitasi medik.

Di Eka Hospital, imbuh dr Penny, pasien akan menjalani rangkaian program fisioterapi dan terapi latihan, seperti latihan penguatan, kelenturan, ketahanan, perbaikan postur, dan keseimbangan.

Adapun sesi terapi biasanya berlangsung selama 60-90 menit dengan frekuensi sebanyak 2 hingga 3 kali dalam seminggu.

Sementara, pasien dengan kemampuan fisik menurun, seperti lansia, durasi terapi yang diperlukan lebih lama. Namun, setiap orang dapat memiliki program yang dipersonalisasi atau disesuaikan dengan kondisi setiap pasien.

“Sejumlah alat yang dihadirkan Eka Hospital memiliki manfaat yang bervariasi. Alat tersebut dapat digunakan pasien di Eka Hospital sebagai bagian dari program rehabilitasi medik untuk mengatasi sakit punggung serta masalah berat, seperti stroke dan cedera tulang belakang,” kata dr Penny.

Adapun salah satu alat yang tersedia di Eka Hospital adalah Whole Body Trainer. Perangkat ini merupakan alat latih dengan permukaan yang dapat bergoyang untuk melatih keseimbangan, penguatan, dan koordinasi gerak seluruh anggota tubuh.

Ada pula Standing Balance Trainer yang dapat digunakan untukmelatih pasien mampu berdiri, mempertahankan postur, serta meningkatkan kekuatan otot-otot spinal.

Selain itu, ada juga hip dan knee yang sangat dibutuhkan saat posisi berdiri, seperti pada pasien stroke atau cedera tulang belakang yang mengalami penurunan kekuatan otot atau kelumpuhan.

“Eka Hospital juga punya alat bernama Red Cord Suspension. Alat ini merupakan media fleksibel yang menggunakan tali atau sling suspension untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot spinal ataupun anggota gerak, koordinasi sistem saraf dan otot, memperbaiki lingkup gerak sendi, serta memperbaiki kontrol postur tubuh dan keseimbangan,” terang dr Penny.

Tersedia pula Cycle Motus, yakni alat yang menggunakan pedal atau kayuhan. Alat ini dapat digunakan untuk tungkai bawah ataupun atas guna melatih kekuatan otot, endurance (ketahanan) otot, serta endurance fungsi jantung dan pernafasan.

Kemudian, EN Dynamicyang merupakan alat untuk menangani masalah pada pinggang, punggung, dan tungkai bawah. Selanjutnya, EN Tree untuk melatih penguatan otot-otot trunk atau spinal, tungkai atas, tungkai bawah, serta memperbaiki postur tubuh.

“Tersedia pula alat bernama EN Squat untuk melatih penguatan dan endurance otot, serta meningkatkan lingkup gerak sendi panggul, lutut, dan kaki,” terangnya.

Untuk diketahui, Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi Eka Hospital yang dipimpin dr Penny merupakan bagian dari Gatam Institute, yakni pusat layanan ortopedi dan tulang belakang dari Eka Hospital Group.

Pusat layanan tersebut didukung oleh berbagai tim dokter subspesialis ortopedi yang lengkap dan profesional. Fasilitas ini ditunjang peralatan yang dapat menangani beberapa kasus, seperti tulang belakang, lutut panggul, cedera olahraga, dan ortopedi anak yang dapat mendukung proses fisioterapi dari program rehabilitasi medik.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com