Advertorial

Komitmen Terapkan Sustainable Finance, Kredit Berkelanjutan BRI Tumbuh Dua Digit

Kompas.com - 15/06/2023, 08:41 WIB

KOMPAS.com - Penerapan sustainable finance menjadi perhatian utama seluruh kalangan industri, termasuk keuangan. Hal ini dilakukan untuk menjawab isu lingkungan sebagai tantangan global terbesar di masa depan.

Salah satu pelaku industri keuangan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, senantiasa berkomitmen menerapkan sustainable finance atau keuangan berkelanjutan. Hal ini merupakan bentuk dukungan terhadap program ekonomi hijau pemerintah.

Seperti diketahui, isu lingkungan telah menjadi top ten global risk dalam 10 tahun mendatang. Pemerintah Indonesia sendiri telah berkomitmen menargetkan penurunan efek gas rumah kaca sebesar 32 persen pada 2030.

Pada acara Green Economy Forum pada Selasa (6/6/2023) di Jakarta, Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengatakan, BRI bersama seluruh stakeholder berupaya untuk merealisasikan target tersebut. BRI menyadari, pemerintah tidak bisa mencapai target itu sendirian.

Sebagai bagian dari sustainable finance, green economy melibatkan kontribusi pemerintah dan berbagai sektor, seperti sektor riil dan keuangan.

“Kontribusi dari masyarakat secara umum juga tak kalah penting,” ujar Solichin dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (14/6/2023).

Sebagai bank terbesar di Indonesia, BRI mencatat pertumbuhan penyaluran kredit berkelanjutan sebesar 11,1 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).

Adapun pertumbuhan kredit BRI sebesar Rp 710,9 triliun hingga akhir kuartal I 2023. Jumlah ini mengalami peningkatan ketimbang penyaluran kredit pada kuartal I 2022 yang sebesar Rp 639,9 triliun. Dengan kinerja tersebut, BRI optimistis dapat menjadi market leader dalam penerapan environmental, social, and governance (ESG).

Kredit berkelanjutan tersebut disalurkan pada berbagai sektor, mulai dari segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), energi terbarukan, hingga transportasi ramah lingkungan.

Adapun kontribusi segmen UMKM menjadi yang terbesar dengan persentase hingga 88,7 persen terhadap portofolio Kredit Kriteria Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) BRI. Jumlah ini setara Rp 630,7 triliun.

Dorong ekonomi hijau

Solichin yang juga menjadi pengurus di bidang legal dan ESG Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menjelaskan, ekonomi hijau di Tanah Air perlu terus didorong.

Ia memaparkan, portofolio sustainable finance empat bank terbesar di Indonesia mencapai sekitar Rp 1.290 triliun. Dari jumlah itu, porsi green project baru sebesar Rp 326 triliun dan sisanya aspek sosial.

Karena dapat dipandang dari aspek keuangan, ekonomi hijau bisa dilihat dari sisi aset dan liabilitas. Dari sisi aset, ekonomi hijau merupakan portofolio pinjaman yang bergantung pada demand.

Sementara, dari sisi liabilitas, ekonomi hijau akan menyangkut regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Adapun produk ekonomi hijau yang sudah memiliki regulasi dari OJK adalah green bond atau obligasi hijau,” ujar Solichin.

Dari sudut pandang perbankan, lanjut Solichin, ia berharap, terdapat insentif untuk menerbitkan green bond. Pasalnya, green bond yang diterbitkan bank akan digunakan untuk membayar green project atau memutar ekonomi hijau.

Solichin menilai bahwa green project memiliki special interest karena memiliki potensi yang makin besar ke depan. Jika ingin pembiayaan green project makin cepat, pihak perbankan harus mendapatkan dukungan dari para stakeholder.

“Jika menerbitkan green bond dan mendapatkan special interest, perbankan harus dapat diskon. Tidak menggunakan harga premium seperti sekarang,” katanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com