KOMPAS.com – Dalam rangka memperkuat manajemen perubahan perseroan pascamerger, sub-holding PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), Pelindo Multi Terminal (SPMT), menggelar Meet-Up Session bertajuk “Culture Activation and Mobilization Program (CAMP)” secara daring, Rabu (14/6/2023).
Kegiatan tersebut digelar seiring transformasi dan standardisasi pelabuhan pascamerger. Dukungan desain manajemen perubahan yang terstruktur serta peran seluruh elemen organisasi diperlukan guna menghadapi perubahan tersebut.
Adapun pertemuan tersebut dihadiri para change champion, change leader, dan change agent dari kantor pusat, cabang, serta anak perusahaan.
Program tersebut merupakan inisiatif strategis perusahaan tahun 2023 terkait program internalisasi budaya korporasi.
Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT Pelindo Multi Terminal Edi Priyanto menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan serta berbagi kiat bagaimana menjadi agen perubahan yang efektif.
“Pascamerger perusahaan, Pelindo saat ini melayani end-to-end business dalam rantai logistik dan mengubah bisnis logistik di Indonesia menjadi lean business model yang meliputi strategic control lebih baik, standardisasi end-to-end operations, alokasi dana yang optimal, standardisasi program pengembangan SDM, dan sistem teknologi informasi yang terintegrasi,” ujar Edi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (18/6/2023).
Edi menambahkan, merger perseroan telah mengubah bisnis logistik di Tanah Air a menjadi lean business model. Keberadaan tim change management pun dibutuhkan manajemen guna memastikan kesuksesan perubahan organisasi ke depan.
“Manajemen perubahan sangat diperlukan perusahaan ketika melakukan program transformasi. Pasalnya, ada perbedaan mulai dari proses hingga hasil terhadap organisasi disertai manajemen perubahan atau tidak,” jelasnya.
Dengan mengimplementasikan manajemen perubahan, lanjut Edi, perseroan mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dengan begitu, terjadi pengurangan turnover, business continuity and sustainability, adopsi cepat, serta proses transisi yang mulus.
Edi menilai, korporasi yang tidak disertai program manajemen perubahan menyebabkan arah yang tidak jelas, moral dan energi rendah, serta delay dalam transisi dan implementasi.
“Selain itu, transfer of knowledge pun menurun sehingga dapat berdampak pula terhadap penurunan kinerja dan produktivitas,” kata Edi.
Partisipasi dan kolaborasi
Pada kesempatan tersebut, Edi juga menyampaikan kiat-kiat bagi agen perubahan terkait cara menghadapi tantangan serta cara menciptakan solusi terbaik.
Edi juga mendorong partisipasi aktif dan kolaborasi antara anggota tim. Diskusi interaktif pun terjalin antara pekerja terkait manajemen perubahan budaya dalam mengelola perubahan organisasi serta peran Tim Change Management sebagai penggerak perubahan yang sukses.
Sekretaris Perusahaan Fiona Sari Utami menjelaskan, Meet Up Session tersebut momentum penting bagi pengelolaan Tim Change Management SPMT untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan strategi terkini.
“Melalui acara ini, SPMT menegaskan komitmen dalam mengadopsi praktik terbaik dalam manajemen perubahan serta memastikan kesinambungan pertumbuhan perusahaan,” kata Fiona.