Advertorial

Dear Bumil, Cek Fakta Mual Muntah Saat Hamil Berikut

Kompas.com - 03/07/2023, 17:30 WIB

KOMPAS.com – Mual dan muntah menjadi hal tak terpisahkan dari sebagian besar ibu hamil. Kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon ini umumnya dialami pada masa awal kehamilan atau trimester pertama. Meskipun demikian, gejala ini berangsur-angsur mereda setelah melewati usia 14 minggu.

Namun, diberitakan Kompas.com, Jumat (21/1/2020), ada sekitar 20 persen ibu hamil masih merasa mual dan muntah pada trimester kedua dan ketiga sesaat sebelum melahirkan.

Meski merupakan hal umum yang kerap terjadi, rupanya tak sedikit ibu hamil yang memercayai mitos seputar mual dan muntah.

Berikut adalah beberapa mitos seputar mual dan muntah yang sebaiknya ibu hamil tidak percaya.

1. Hanya terjadi pada pagi hari

Sebagian orang beranggapan kalau mual dan muntah saat hamil hanya terjadi pada pagi hari. Tak heran, kondisi ini juga sering disebut morning sickness.

Memang, kebanyakan ibu hamil mengalami gejala mual pada pagi hari. Namun, faktanya, mual dan muntah saat hamil bisa terjadi kapan saja, termasuk pada siang dan malam hari.

Untuk mengurangi mual dan muntah, ibu hamil bisa menggunakan minyak aroma terapi, seperti lemon serta lavender, memiliki aroma segar dan memicu relaksasi.

2. Hanya terjadi pada kehamilan pertama

Banyak calon ibu percaya bahwa mual dan muntah hanya terjadi pada kehamilan pertama. Memang, sebagian besar calon ibu dengan kehamilan pertama mengalami mual dan muntah karena adaptasi tubuh.

Kehamilan pertama juga kerap membuat calon ibu merasa cemas dan stres sehingga berpengaruh terhadap sistem pencernaan. Gangguan pada sistem inilah yang memicu mual dan muntah.

Di sisi lain, gejala mual dan muntah juga bisa dirasakan ibu hamil pada kehamilan pertama ataupun kehamilan berikutnya.

Ada pula ibu hamil yang tidak merasakan gejala mual dan muntah pada kehamilan pertama. Namun, kondisi itu baru terjadi pada kehamilan kedua dan seterusnya.

3. Disebabkan makan terlalu banyak

Meski tidak diketahui penyebab pasti, gejala mual dan muntah saat hamil kerap dikaitkan dengan peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon estrogen yang meningkat selama masa kehamilan juga turut memicu rasa mual dan muntah.

Dengan kata lain, gejala mual dan muntah saat hamil bukan disebabkan terlalu banyak makan. Di sisi lain, ibu hamil justru disarankan untuk makan lebih sering, tapi dalam porsi sedikit, untuk mengurangi kondisi mual dan muntah.

4. Hanya dialami ibu yang mengandung bayi perempuan

Pada sebagian kasus, ibu yang mengandung bayi perempuan dianggap lebih sering mengalami mual dan muntah, khususnya pada trimester pertama. Hal ini terjadi akibat lonjakan hormon. Namun, belum ada penelitian yang membuktikan anggapan tersebut.

Nyatanya, mual dan muntah juga kerap dialami oleh ibu yang mengandung bayi laki-laki. Jadi kondisi mual dan muntah tentunya tidak bisa menentukan jenis kelamin dari bayi. Sebaiknya agar lebih pasti jenis kehamilan bayi, ibu hamil memeriksa kondisi dan jenis kelamin bayi ketika masuk 7 bulan kehamilan kepada dokter kandungan.

Itulah empat mitos mengenai gejala mual dan muntah yang sebaiknya tidak dipercaya ibu hamil.

Meskipun lumrah terjadi, mual dan muntah tetap membuat ibu hamil merasa khawatir dengan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, ibu hamil juga sebaiknya mencukupi nutrisi kehamilan dengan asupan tambahan yang mengandung protein dan vitamin B6.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia, ibu hamil membutuhkan 61-90 gram protein setiap hari. Asupan ini dapat menjadi sumber kalori sekaligus membantu pembentukan organ tubuh janin.

Sementara, vitamin B6 perlu dikonsumsi sekitar 1,9 - 2,1 miligram (mg) per hari. Vitamin ini tak hanya mengurangi gejala mual serta muntah, tetapi juga menciptakan antibodi, mendukung perkembangan saraf dan otak janin, dan menjaga kadar gula darah.

Baik protein maupun vitamin B6 banyak terkandung pada pada ayam, ikan, kacang-kacangan, dan susu.

Anda juga bisa mengonsumsi nutrisi kehamilan, seperti PRENAGEN emesis, yang efektif mengurangi gejala mual dan muntah

Susu tersebut mengandung protein dan vitamin B6 yang sudah teruji klinis dapat mengurangi mual serta muntah pada masa kehamilan secara efektif dan signifikan.

PRENAGEN emesis juga mengandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan selama masa kehamilan. Selain protein yang membantu pembentukan organ tubuh janin dan menjaga sistem imun ibu, PRENAGEN emesis juga mengandung zat besi untuk mencegah pendarahan saat melahirkan.

Kemudian, ada pula kandungan asam folat yang membantu mencegah cacat tabung saraf bayi, serta tinggi kalsium yang mendukung kesehatan tulang ibu dan bayi.

Ibu hamil dapat mengonsumsi PRENAGEN emesis 2 gelas setiap hari . Baik disajikan hangat maupun dingin, PRENAGEN emesis memiliki rasa enak dan tidak membuat eneg.

Ibu hamil sebaiknya jangan mudah percaya dengan mitos seputar mual dan muntah. Kondisi ini dapat diatasi dengan memenuhi nutrisi harian untuk ibu hamil dan bayi. Dengan pemenuhan nutrisi yang lengkap, tumbuh kembang bayi dalam kandungan serta kesehatan ibu pun bisa lebih maksimal.

Informasi selengkapnya mengenai PRENAGEN emesis dapat kamu temukan pada tautan berikut.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau