KOMPAS.com – Bagi penyandang diabetes atau kerap disebut diabetesi, mengontrol kadar gula darah menjadi kewajiban. Pasalnya, penyakit ini rentan akan berbagai risiko komplikasi.
Menurut data International Diabetes Federation (IDF), pada 2021, ada 19,47 juta penyandang diabetes di Indonesia. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbesar kelima di dunia setelah China, India, Pakistan, dan Amerika Serikat. Diperkirakan pada 2045, jumlah penyandang diabetes di Indonesia meningkat menjadi 28,57 juta jiwa.
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang diberitakan Kompas.com, Jumat (3/2/2023), penyandang diabetes di Indonesia pada 2023 mencapai 13 persen dari total penduduk sekitar 270 juta atau setara dengan 35 juta jiwa.
Hal tersebut tentu menjadi permasalahan kesehatan yang serius mengingat diabetes dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi tubuh. Berikut risikonya.
Diabetes meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, yaitu penyumbatan pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung. Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, atau kematian mendadak.
Selain itu, diabetes juga meningkatkan risiko terjadinya stroke, yaitu gangguan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan bicara, atau kematian.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diabetes bertanggung jawab sekitar 20 persen pada kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Diabetes dapat merusak pembuluh darah halus di ginjal yang berfungsi menyaring limbah dan cairan dari darah. Kerusakan ini menyebabkan ginjal tidak dapat bekerja secara baik sehingga terjadi penumpukan limbah dan cairan di dalam tubuh.
Jika tidak ditangani, kondisi tersebut bisa berkembang menjadi gagal ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah (dialisis) atau transplantasi ginjal.
Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), sekitar 136 juta orang dengan diabetes di dunia memiliki penyakit ginjal kronis pada 2021. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat diabetes dengan 2 juta kematian di dunia pada 2019.
Diabetes juga dapat merusak saraf di seluruh tubuh, terutama di kaki dan tangan. Kerusakan ini menyebabkan gejala, seperti kesemutan, mati rasa, nyeri, atau kelemahan otot.
Gangguan tersebut akan memengaruhi fungsi organ-organ lain, seperti pencernaan, kemih, seksual, dan jantung.
Menurut data dari American Diabetes Association (ADA), sekitar 60–70 persen diabetesi menderita gangguan saraf perifer atau otonom.
Adapun gangguan saraf perifer ditandai dengan perlukaan atau ulkus pada kaki. Sementara, gangguan saraf otonom ditandai dengan disfungsi ereksi, gastroparesis (lambatnya pengosongan lambung), inkontinensia urin, atau neuropati kardiovaskular (gangguan denyut jantung).
Tingginya kadar gula dalam darah bisa merusak pembuluh darah di retina. Selaput tipis di bagian belakang mata ini berfungsi untuk mengubah cahaya menjadi sinyal saraf.
Ketika retina rusak, gangguan penglihatan akan muncul. Sebut saja, pandangan kabur, silau, atau buta warna. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi retinopati diabetik, yaitu pendarahan atau robekan pada retina yang dapat menyebabkan kebutaan permanen.
Merujuk data dari IDF, pada 2021, ada 146 juta diabetesi di dunia memiliki retinopati diabetik. Selain itu, penyakit ini juga menjadi salah satu penyebab utama kehilangan penglihatan dan kebutaan di dunia.
Pencegahan risiko komplikasi diabetes
Pada dasarnya, risiko komplikasi diabetes bisa dicegah jika diabetesi disiplin melakukan lima langkah pencegahan berikut.
Diabetesi disarankan untuk menerapkan pola makan 3J, yaitu dengan memperhatikan Jumlah, Jenis, dan Jadwal makan. Pasalnya, metode ini dapat membantu mengontrol kadar gula darah, berat badan, dan tekanan darah.
Menurut Kementerian Kesehatan, jumlah makan yang dimaksud menyesuaikan dengan berat badan (BB) dan kebutuhan nutrisi diabetesi hasil konseling gizi. Sementara, jenis makanan yang disarankan adalah yang mengandung indeks glikemik rendah, di antaranya karbohidrat kompleks atau karbohidrat baik, protein, lemak sehat, serat, vitamin, dan mineral.
Kemudian, untuk jadwal makan, pastikan diabetes melakukannya secara teratur dan tidak melewatkan waktu makan.
Konsultasi ke dokter dapat membantu mendeteksi adanya komplikasi diabetes sejak dini dan memberikan pengobatan yang tepat. Dokter juga dapat memberikan saran tentang pengaturan dosis obat atau insulin, pola makan, olahraga, dan gaya hidup sehat lainnya.
Selain itu, cara tersebut juga bisa membantu diabetes mengatasi masalah psikologis yang mungkin dialami, seperti stres, depresi, atau kecemasan.
Olahraga dapat membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin dan menurunkan kadar gula darah. Kebiasaan baik ini juga membantu menurunkan berat badan, tekanan darah, kolesterol, dan trigliserida.
Adapun olahraga yang disarankan untuk diabetesi adalah aerobik, seperti berjalan kaki, bersepeda, berenang, atau joging. Durasinya minimal 30 menit per hari dan dilakukan 3-5 kali per minggu.
Untuk memantau kondisi diabetes dan menyesuaikan pengobatan yang diberikan, diabetesi perlu melakukan pengecekan gula darah secara teratur.
Hal tersebut bisa dilakukan di rumah dengan menggunakan glukometer atau di laboratorium dengan tes HbA1c.
Untuk pemantauan gula darah mandiri dengan glukometer, disarankan dilakukan 4-10 kali per hari khusus penderita diabetes tipe 1 dan 2-3 kali per hari untuk penderita diabetes tipe 2. Sementara, tes HbA1c dianjurkan paling tidak 3-6 bulan sekali.
Pengecekan gula darah sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah makan, sebelum tidur, dan sebelum olahraga. Target kadar gula darah ideal untuk diabetesi adalah kurang dari 130 mg/dL sebelum makan dan kurang dari 180 mg/dL sesudah makan.
Rajin mengikuti kegiatan edukasi terkait diabetes, baik dalam bentuk seminar, workshop, konseling, maupun diskusi kelompok, dapat membantu diabetesi memperoleh informasi yang akurat dan terbaru tentang penyakitnya. Kegiatan tersebut pun bisa memotivasi diabetesi agar kualitas hidupnya tetap terjaga dan mampu mengelola diabetes dengan baik.
Selain lima tip di atas, diabetesi juga dapat mengonsumsi nutrisi khusus diabetes, seperti Diabetasol, sebagai upaya menjaga kadar gula darah normal dan mencegah komplikasi.
Susu Diabetasol merupakan pengganti sarapan dan makan malam yang memiliki nutrisi seimbang dan lengkap untuk mendukung pola makan sehat para diabetesi.
Salah satu kandungan Diabetasol adalah isomaltosa yang merupakan karbohidrat kompleks lepas lambat dengan indeks glikemik rendah. Hal ini membuat kadar gula darah diabetesi tidak melonjak alias tetap terkontrol.
Selain itu, Diabetasol juga dilengkapi dengan kandungan protein, omega 3, serat tinggi, kalsium tinggi, vitamin D, A, C, dan E, serta zink sehingga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh diabetesi.
Ingat, diabetes bukanlah halangan untuk hidup sehat dan bahagia. Dengan menjaga pola hidup sehat dan mengonsumsi Diabetasol secara rutin, diabetesi dapat mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi diabetes.
Bagi diabetesi yang ingin melakukan konsultasi bersama ahli gizi, silakan hubungi nomor WhatsApp 08111819148.
Informasi selengkapnya mengenai Diabetasol, silakan kunjungi tautan ini.