Advertorial

Urban City Development sebagai Konsep Hunian Baru di Jakarta Selatan

Kompas.com - 21/08/2023, 12:05 WIB

KOMPAS.com - Jakarta Selatan (Jaksel) adalah salah satu wilayah di Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta yang tengah mengalami perkembangan pesat dalam sektor pembangunan.

Salah satu konsep pembangunan yang tengah menjadi tren di wilayah tersebut dalam beberapa tahun belakangan adalah urban city development.

Konsep tersebut merupakan proses perencanaan dan pengembangan kota yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup warganya.

Urban city development sendiri menjadi bagian integral dari kota modern yang ingin terus berubah dan berkembang.

Konsep tersebut menawarkan solusi hunian yang tidak hanya nyaman dan berkualitas, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Dalam penerapannya, urban city development kerap melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah, pengembang properti, arsitek, komunitas lokal, hingga para ahli ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Penerapan konsep tersebut pun harus dilakukan secara seksama, matang, dan terintegrasi. Hal ini penting agar keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kenyamanan warga, dan pelestarian lingkungan di dalamnya dapat tercapai.

Tak hanya itu, pembangunan dalam konsep urban city development pun juga harus memikirkan sejumlah aspek penting agar penerapannya bisa berjalan maksimal.

Pertama, pembangunan infrastruktur yang solid, seperti jalan, jembatan, transportasi umum, sistem drainase, dan utilitas penting lain.

Kedua, perencanaan dan pengembangan perumahan yang terjangkau, fungsional, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Ketiga, kehadiran fasilitas publik, seperti taman, lapangan, dan pusat komunitas untuk memenuhi kebutuhan rekreasi dan interaksi sosial.

Keempat, memikirkan aspek keberlanjutan lingkungan dengan mengintegrasikan penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah, hingga perlindungan terhadap lingkungan alam.

Jaksel kini tengah mengusung konsep urban city development. Dok. 99 group Jaksel kini tengah mengusung konsep urban city development.

Kelima, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan kawasan industri, perdagangan, dan sektor usaha lain.

Keenam, meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam kota, baik melalui transportasi umum maupun jaringan jalan yang efisien.

Ketujuh, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi warga, termasuk peningkatan keamanan publik dan infrastruktur antibencana.

Mengapa jadi tren di Jaksel?

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan urban city development menjadi tren hunian di Jaksel.

Salah satunya disebabkan oleh backlog atau kesenjangan antara jumlah rumah di Jakarta Selatan terbangun dengan jumlah rumah yang yang ada di DKI Jakarta secara keseluruhan.

Selain itu, harga rumah yang kian melambung tinggi dan rendahnya daya beli masyarakat Jakarta terhadap hunian juga menjadi salah satu yang menyebabkan tren tersebut terjadi.

Berdasarkan studi Jakarta Property Institute (JPI), harga kenaikan rumah sejak 2011 hingga 2020 di area Jakarta dan sekitarnya mencapai 125 persen.

Faktor lainnya adalah pesatnya perkembangan infrastruktur di Jaksel dan kawasan di sekitarnya.

Infrastruktur tersebut mencakup jalur utama transportasi, seperti rute kereta listrik (KRL) Depok–Manggarai, Tol Depok-Antasari (Desari), Mass Rapid Transit (MRT) Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI), hingga koridor TB Simatupang yang menjadi kawasan bisnis dan komersial baru.

Infrastruktur Jaksel semakin berkembang.Dok. 99 group Infrastruktur Jaksel semakin berkembang.

Tak sampai di situ, saat ini, gairah properti di Jakarta Selatan yang terus meningkat juga jadi alasan dari peningkatan tren konsep urban city development.

Untuk diketahui, Jaksel terus berbenah diri dengan melakukan sejumlah perbaikan, Hal inilah yang membuat wilayah tersebut kini mampu menawarkan sejuta pesona.

Meskipun lahan yang tersedia semakin terbatas, nyatanya pembangunan hunian tapak maupun vertikal masih dikembangkan di wilayah ini.

Adapun beberapa daerah di wilayah Jaksel yang punya pesona dan jadi favorit untuk dijadikan hunian adalah Jagakarsa, Pondok Indah, Kemang, Cipete, Pejaten, dan Mampang Prapatan.

Faktor pendorong perubahan tren hunian di Jaksel

Konsep urban city development yang saat ini tengah menjadi tren di Jaksel dapat dikatakan sudah jauh berbeda dengan yang terjadi beberapa tahun sebelumnya.

Untuk diketahui, Jaksel dulu dikenal sebagai kawasan hunian dengan konsep resor karena dekat dengan Bogor dan Puncak yang berada di Jawa Barat (Jabar). Banyaknya apartemen di Jaksel pun juga menjadi identitas tersendiri bagi wilayah ini.

Perubahan konsep yang ada pada Jaksel sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya semakin masifnya perkembangan transportasi publik dan aksesibilitas jalan tol.

Menurut Presiden Direktur PT Sentul City Tbk Keith Steven Muljadi, tren hunian di Jaksel dan sekitarnya telah bergeser dari second home menjadi primary home.

Hal itu terlihat dari meningkatnya jumlah pembeli end user yang mencapai 50 persen dari total pembeli.

Adapun salah satu faktor lain yang mendorong pergeseran tersebut adalah kehadiran Light Rail Transit (LRT) yang menghubungkan Bogor dan Jakarta.

Kehadiran LRT pun diharapkan dapat memangkas waktu tempuh dan meningkatkan mobilitas penduduk.

Tak hanya itu, berjalannya proyek pembangunan jalan alternatif menuju Cisarua, Puncak, melalui Sentul yang akan mengurangi kemacetan di jalur utama juga jadi faktor lainnya yang memengaruhi perubahan tren hunian di Jaksel dan wilayah suburban-nya.

Hunian di jaksel semakin diminati. Dok. 99 group Hunian di jaksel semakin diminati.

Dengan adanya fasilitas transportasi dan infrastruktur yang memadai, Jaksel dan kawasan sekitarnya menjadi lebih menarik bagi para pembeli end user yang ingin tinggal di lingkungan yang nyaman, asri, dan modern.

Kawasan itu juga menawarkan berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan, dan bisnis yang lengkap.

Oleh karena itu, tak heran jika saat ini Jaksel dan sekitarnya mampu bertransformasi menjadi urban city development yang menggabungkan unsur alam dan kota.

Kawasan itu pun tidak hanya menjadi investasi properti yang menguntungkan, tetapi juga menjadi tempat tinggal yang ideal bagi para pembeli end user.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau