Advertorial

Bukan Hanya Kanker, Penyakit Jantung Koroner Juga Ancam Nyawa Perempuan

Kompas.com - 24/08/2023, 10:52 WIB

KOMPAS.com – Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu pembunuh nomor wahid di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit ini mencapai 1,5 persen. Angka ini meningkat dari 0,5 persen berdasarkan Riskesdas 2013.

Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia belum menyadari bahaya PJK. Padahal, penyakit kardiovaskular ini bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Pencitraan Jantung Mayapada Hospital Surabaya, dr Saskia Handari, SpJP (K), menjelaskan bahwa kebanyakan perempuan menganggap kanker sebagai isu utama yang mengancam kesehatan.

Padahal, angka kematian akibat penyakit jantung pada perempuan 4-6 kali lebih tinggi jika dibandingkan kanker payudara.

Menurut dr Saskia, hal tersebut bisa terjadi karena kampanye mengenai bahaya kanker payudara lebih banyak digaungkan. Alhasil, para perempuan lebih mewaspadai kanker payudara ketimbang penyakit jantung.

“Oleh karena itu, edukasi mengenai PJK perlu digiatkan lagi,” ujar dr Saskia dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (23/8/2023).

Dokter Saskia menjelaskan, perempuan usia muda memang memiliki hormon estrogen yang mampu memberikan efek proteksi terhadap PJK. Namun, hal ini tidak berlaku jika mereka memiliki faktor risiko, seperti merokok, serta menggunakan kontrasepsi oral.

Setelah memasuki fase menopause, risiko PJK pada perempuan akan meningkat karena kadar hormon estrogen dalam tubuh mengalami penurunan.

“Pada usia 50 tahun, risiko perempuan mengalami PJK sekitar 46 persen. Sekitar 31 persen di antaranya meninggal karena penyakit tersebut,” katanya.

Dokter Saskia pun menekankan bahwa PJK dapat menyebabkan kematian mendadak pada perempuan, meski selama ini tidak mengalami gejala. Bahkan, jumlah perempuan yang mengalami kasus tersebut sebanyak 63 persen.

Kasus PJK yang menyebabkan kematian pun lebih banyak terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki, yaitu 42 persen berbanding 24 persen. Kasus kematian ini biasanya terjadi dalam rentang waktu satu tahun setelah mengalami serangan jantung akut.

“Sementara itu, penderita yang bisa selamat dari kondisi serangan jantung akut dapat mengalami gagal jantung dalam rentang waktu enam tahun. Hal ini juga dialami lebih banyak pada perempuan ketimbang laki-laki, yaitu 46 persen berbanding 22 persen dengan laki-laki,” tambah dr Saskia.

Oleh karena itu, perempuan perlu mendapatkan pengenalan dini terhadap gejala, diagnosis yang akurat, serta penanganan terhadap PJK.

Faktor risiko PJK

PJK sendiri memiliki beragam faktor risiko yang perlu diketahui sedini mungkin. Dengan begitu, penyakit ini dapat ditangani lebih lanjut karena faktor risiko itu sering kali membutuhkan kombinasi penanganan, baik secara farmakologis (menggunakan obat-obatan) maupun nonfarmakologis (tanpa obat-obatan).

“Kombinasi pengobatan ini diyakini menjadi strategi yang efektif untuk mengurangi dampak lebih lanjut dari PJK,” ujar dr Saskia.

Faktor risiko PJK terbagi menjadi tiga, yakni faktor risiko yang dapat dimodifikasi, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan faktor risiko baru.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau diperbaiki mencakup tekanan darah tinggi, kadar lemak darah abnormal, diabetes, kebiasaan merokok, obesitas, dan kurang aktivitas fisik, seperti olahraga.

Kemudian, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi mencakup riwayat PJK dari keluarga kandung, faktor usia, dan jenis kelamin.

Sementara itu, faktor risiko baru berupa peningkatan kadar homosistein, peningkatan kadar lipoprotein(a), kondisi darah yang mudah membeku, serta protein plasma yang diproduksi oleh hati dengan sensitivitas tinggi karena terdapat inflamasi (hs-CRP).

Berbagai faktor risiko tersebut dapat diketahui dengan melakukan deteksi dan skrining. Salah satunya melalui tes stres elektrokardiogram (EKG) menggunakan treadmill.

 “Akan tetapi, cara ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah pada perempuan jika dibandingkan laki-laki,” kata dr Saskia. 

Sebagai alternatif, tes fungsi, seperti stress echo, stress nuclear, stress cardiac MRI, dan tes anatomi melalui CT scan jantung dapat dilakukan. Sejumlah tes ini memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang sama antara laki-laki dan perempuan.

“Melalui tindakan CT scan jantung, plak keras pada pembuluh darah koroner akan terdeteksi dan dinyatakan dalam skor yang dinamakan skor kalsium arteri koroner jantung,” paparnya.

Dokter Saskia mengatakan, dalam beberapa studi ditemukan bahwa penanganan PJK pada perempuan yang mengalami serangan jantung akut kurang mendapatkan terapi yang optimal. Salah satu faktornya adalah jumlah pengaplikasian terapi revaskularisasi dan angiografi yang lebih sedikit jika dibandingkan laki-laki.

Melihat fakta tersebut, imbuhnya, kesadaran akan bahaya PJK pada perempuan perlu ditingkatkan melalui edukasi secara berkelanjutan. Penanganan yang berkualitas, mulai dari skrining, diagnosis, terapi, hingga rehabilitasi juga perlu dilakukan.

Adapun salah satu rumah sakit yang telah menerapkan penanganan PJK secara komprehensif adalah Cardiovascular Center milik Mayapada Hospital.

Layanan unggulan (center of excellence/CoE) itu merupakan pusat layanan kesehatan terpadu khusus untuk menangani penyakit jantung. Layanan ini sudah tersedia di enam wilayah di Indonesia, salah satunya di Kota Surabaya, Jawa Timur.

Cardiovascular Center Mayapada Hospital Surabaya dilengkapi dengan peralatan canggih, teknologi terkini, dan para dokter ahli. CoE ini juga menyediakan layanan kegawatdaruratan strok melalui Stroke Emergency Mayapada Hospital yang selalu siaga 24 jam setiap hari. Layanan ini dapat dihubungi melalui call center 150990.

Layanan Stroke Emergency Mayapada Hospital sendiri memiliki dokter multispesialis dan tim medis yang telah terlatih dalam menangani strok secara cepat, tepat, serta memiliki standar protokol penanganan strok door to needle kurang dari 60 menit.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau