JAKARTA, KOMPAS.com - Kemacetan merupakan salah satu problem yang harus dituntaskan secara komprehensif di Tanah Air, termasuk di DKI Jakarta.
Persoalan tersebut tidak lepas dari jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat di DKI Jakarta dalam lima tahun terakhir.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, jumlah kendaraan bermotor di Ibu Kota mencapai 26,37 juta unit pada 2022. Jumlah ini meningkat 4,39 persen dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) sebanyak 24,26 juta unit.
Berdasarkan jenisnya, jumlah kendaraan bermotor yang paling mendominasi di Jakarta pada 2022 berupa sepeda motor sebanyak 17,3 unit. Angka ini setara 65,6 persen dari seluruh jenis kendaraan bermotor yang berseliweran di Ibu Kota.
Selanjutnya, terdapat 3,76 juta mobil penumpang, 748.390 unit truk, dan 37.180 unit bus di DKI Jakarta sepanjang 2022. Tak heran, kemacetan serta polusi masih menjadi momok di Ibu Kota.
Keberadaan transportasi publik memadai, berkualitas, dan saling terintegrasi jadi alternatif solusi yang diharapkan dapat mengurai permasalahan tersebut.
Salah satu moda transportasi yang dinilai dapat turut menyelesaikan permasalahan transportasi umum di Kota Jakarta serta kota penyangganya adalah angkutan cepat berbasis kereta rel listrik (KRL).
Direktur Umum PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Asdo Artriviyanto mengatakan, persoalan transportasi publik perlu direspons seluruh pemangku kepentingan (stakeholder), baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Asdo menilai, permasalahan utama di sektor transportasi ada dari sisi integrasi intermoda. Tak hanya konektivitas antarmoda, tetapi juga dari sistem pembayaran yang saling terintegrasi.
"Setiap moda transportasi yang tersedia di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), baik KRL, MRT, LRT, maupun TransJakarta, masing-masing punya peran krusial. Namun, dibutuhkan dukungan pemerintah dalam pengaturan integrasi intermoda tersebut," ujar Asdo dalam webinar bertajuk “Perjalanan AKtif KCI Menyelesaikan Permasalahan Transportasi Umum”, Jumat (18/8/2023).
Asdo menjelaskan, pihaknya saat ini menerapkan sistem pembayaran secara digital guna memudahkan para pelaju. Selain itu, KCI juga menjalin kerja sama dengan operator transportasi lain guna mengintegrasikan sistem pembayaran yang sama menggunakan kartu Multi-trip.
Dengan perangkat pembayaran yang sama, lanjut Asdo, masyarakat menjadi semakin mudah mengakses memanfaatkan layanan ragam moda transportasi publik.
"Dengan begitu, jadi lebih praktis cukup pakai satu kartu saat berpindah dari KRL ke moda lain, seperti TransJakarta, LRT, ataupun MRT," kata Asdo.
Transformasi moda transportasi andal
Asdo menambahkan, dalam upaya mewujudkan moda transportasi yang andal, sedikitnya ada tiga hal penting yang perlu dipenuhi operator moda transportasi publik guna menjamin kualitas layanan.
Pertama, prasarana. Sebelum sarana dioperasikan, KRL misalnya, prasarana harus dipastikan terlebih dahulu aspek keamanannya (safety). Kedua, sarana harus dirawat sebaik-baiknya untuk menunjang aspek safety tersebut.
“Ketiga, penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang mengoperasikan sarana tersebut. Merekalah garda terdepan yang mewujudkan aspek keamanan suatu moda transportasi," terang Asdo.
Untuk itu, lanjut Asdo, pihaknya melakukan serangkaian prosedur sebelum mengoperasikan Commuter Line, yakni perawatan unit KRL secara berkala. Adapun pelaksanaan perawatan dilakukan secara bulanan, tiga bulan, enam bulan, tahunan, 24 bulanan, dan 42 bulanan.
Hal itu esensial untuk menjamin keandalan layanan KCI, baik dari segi keamanan, ketepatan waktu, maupun kenyamanan pelanggan.
Tidak hanya itu, imbuh Asdo, KCI juga melakukan upaya perbaikan infrastruktur stasiun secara bertahap, seperti di Stasiun Sudirman dan Cawang.
“Waktu antara (headway) pun kami pertahankan pada durasi lima menit agar pengangkutan penumpang di area stasiun terdistribusi dalam waktu cepat. Utamanya, headway pada rute utama Bogor-Manggarai,” kata Asdo.
Asdo menilai, sistem tiket secara elektrik (tap-and-go) yang diterapkan KCI dapat meminimalkan penumpukan penumpang di area peron.
"Kami fokus mulai dari mengatur flow antrean, in-out menuju atau dari kereta, hingga keluar dari kereta. Sistem tiket elektrik berlangsung dalam hitungan detik sehingga lebih efisien," imbuhnya.
15 tahun berkiprah
Seperti diketahui, KCI telah berkiprah selama 15 tahun menghadirkan pelayanan transportasi Commuter Line yang andal bagi Masyarakat.
Perusahaan ini memulai sejarah sebagai Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek dari Kereta Api Indonesia (KAI) yang bertugas untuk mengoperasikan KRL di Jabodetabek. Sementara, kereta api jarak jauh dan kereta api lokal di Jabodetabek tetap dioperasikan oleh Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta.
Pada September 2008, divisi tersebut resmi dipisah menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama PT KAI Commuter Jabodetabek melayani masyarakat transportasi commuter.
Seiring operasional bisnis yang makin luas, PT KAI Commuter Jabodetabek mengubah nama perusahaan yang awalnya dikenal dengan akronim KCJ menjadi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) pada 2017.
Selain ekspansi bisnis, imbuh Asdo, KCI juga bekerja sama dengan sejumlah mitra untuk reaktivasi jalur-jalur kereta lama ataupun pengembangan jalur baru. Hal ini menjadi jawaban KCI terhadap kebutuhan masyarakat terhadap transportasi publik.
“Pada tahun yang sama, KCI dipercaya untuk mengelola kereta-kereta lokal selain di Jabodetabek, di antaranya Rangkasbitung-Merak, Purwakarta-Garut, Kutoarjo-Jogja, dan Jogja-Solo-Palur. Adapun rute Jogja-Solo-Palur merupakan satu-satunya KRL di luar Jabodetabek yang difasilitasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk membangun listrik aliran atas,” jelas Asdo.
Demikian pula di Provinsi Jawa Timur (Jatim). KCI mengelola Kereta Dhoho Penataran melayani jalur tengah ke selatan sampai dengan barat. Ada pula Blora Express melayani rute Cepu-Pasar Turi untuk melayani jalur pantai utara (pantura).
“KCI bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) tengah mengintegrasikan penggunaan kartu Multi-trip untuk Commuter Line dan Bus Trans Jateng. Pun demikian di Jatim, kartu Multi-trip KCI juga bakal dapat digunakan untuk naik Bus Trans Jatim,” kata Asdo.
Jadi bagian kehidupan masyarakat
Merespons paparan Asdo, Managing Editor Kompas.com Heru Margianto mengatakan, salah satu ciri kota yang beradab bukan dilihat berdasarkan banyaknya kendaraan pribadi, melainkan keberadaan transportasi publik yang baik untuk masyarakat.
Moda transportasi yang baik diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurai permasalahan kemacetan ataupun polusi udara yang kerap mengemuka di masyarakat. Pasalnya, transportasi publik dapat mengangkut orang dalam jumlah banyak sekaligus.
“Perbaikan moda transportasi publik di Tanah Air, utamanya Jakarta, sangat terasa. Tak terkecuali moda Commuter Line oleh KCI,” kata Heru.
Heru pun mengungkapkan fakta bahwa keberadaan Commuter Line menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Menurutnya, tak sedikit masyarakat yang bergantung pada moda Commuter Line untuk bermobilitas dari kota penyangga menuju Jakarta untuk bekerja.
Oleh karena itu, tak heran tingkat keterbacaan serta traffic pemberitaan mengenai Commuter Line di Kompas.com tinggi.
“Pembaca sangat ingin tahu informasi mengenai perubahan jadwal atau insiden gangguan pada KRL. Berita terkait hal ini diperlukan untuk memastikan kelancaran perjalanan mereka,” jelasnya.
Menurut Heru, tren peningkatan keterbacaan serta trafik berita seputar KRL mencerminkan bahwa Commuter Line telah menjadi bagian utama dari kehidupan masyarakat.
“Artinya, banyak masyarakat yang menggantungkan perjalanan sehari-hari mereka kepada KRL. Untuk itu, pelayanan KRL perlu terus ditingkatkan guna menghadirkan moda transportasi yang andal menuju kota yang beradab,” imbuh Heru.
Ia pun berharap, persoalan kepadatan yang kerap terjadi di sejumlah stasiun, seperti Manggarai dan Tanah Abang, dapat terurai dengan solusi tepat.
Penambahan kereta serta headway pada sejumlah rute pun diharapkan dapat dipersingkat agar kepadatan di sejumlah stasiun dapat terdistribusi secara optimal.
“KCI telah melakukan sejumlah langkah besar untuk bertransformasi menjadi moda transportasi publik yang andal dan berkualitas. Saya percaya, media dan masyarakat mencapai kata sepakat bahwa transformasi KCI selama ini merupakan hal positif sehingga patut diapresiasi,” kata Heru.