Advertorial

Pentingnya Asupan Nutrisi Lengkap untuk Cegah Stunting dan Tingkatkan Daya Saing SDM Indonesia

Kompas.com - 16/09/2023, 15:34 WIB

KOMPAS.com – Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas menjadi kunci penggerak Indonesia, salah satunya sektor ekonomi.

Pada 2030, Indonesia diprediksi menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Namun, masih ada tantangan karena daya saing SDM Indonesia yang masih rendah.

“Ini tentu menjadi keprihatinan kita bersama. Artinya, kalau peringkat daya saingnya masih rendah, potensi Indonesia untuk menuju bangsa yang besar ini akan mengalami hambatan,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Nursodik Gunarjo dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (16/9/2023).

Pernyataan tersebut disampaikan Nursodik dalam kegiatan diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan prevalensi stunting bertajuk Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) Talk “Lengkapi Nutrisi Bikin Generasi Stunting Free” di Kabupaten Pringsewu, Jumat (15/9/2023).

Berdasarkan laporan Business World, peringkat daya saing dari SDM Indonesia berada di ranking 45 dari 67 negara. Peringkat Indonesia masih terpaut jauh dari dua negara tetangganya, yakni Singapura dan Malaysia.

Oleh karena itu, Nursodik menilai, asupan gizi yang cukup bagi anak diperlukan untuk membentuk SDM yang berkualitas. Sebab, gizi dan pangan berpengaruh besar terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja SDM.

“Namun, saat ini Indonesia masih mengalami permasalahan dalam hal gizi karena problematika bersama yang namanya stunting. Ini yang saya kira dampaknya akan sangat luar biasa terhadap kualitas SDM kita,” tutur Nursodik.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) terhitung sejak janin hingga anak berusia dua tahun.

Angka prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 masih tergolong tinggi, yakni berada di angka 21,6 persen. Adapun Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) telah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024.

“Dengan tingkat stunting yang masih tinggi di Indonesia, bukan hanya keluarga yang terkena dampaknya, tetapi negara juga. Saat generasi mendatang terkena stunting, maka mereka kelak tidak akan dapat berkompetisi dengan masyarakat global,” ujar Nursodik.

Angka stunting Kabupaten Pringsewu turun 16,2 persen

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pringsewu Heri Iswahjudi mewakili Penjabat (Pj) Bupati Pringsewu menjelaskan bahwa wilayahnya menjadi lokus untuk kegiatan penurunan angka kematian ibu dan bayi serta stunting pada 2021.

Berdasarkan data SSGI, angka stunting di Kabupaten Pringsewu mengalami penurunan dari 19 persen pada tahun 2021 menjadi 16,2 persen pada 2022.

“Untuk itu, kami sangat mengapresiasi dilaksanakannya kegiatan Genbest Talk dari Kemenkominfo,” ujar Heri.

Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk upaya nyata Kemenkominfo dalam mendukung keseluruhan program penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Pringsewu dan Provinsi Lampung.

"Khususnya, sebagai bagian dari kolaborasi dan koordinasi multi sektor guna menunjang percepatan penurunan prevalensi stunting di Indonesia," ujarnya.

Heri berharap, para peserta di kegiatan Genbest Talk yang mayoritas adalah mahasiswa dan remaja Kabupaten Pringsewu dapat semakin paham dan peduli untuk menjaga kesehatan diri sebagai calon orangtua pada masa mendatang.

“Saya harap para peserta yang hadir dapat mengikuti Genbest Talk dengan baik dan semoga kita dapat menyamakan persepsi kita dalam mendukung penurunan angka kematian ibu dan bayi serta stunting di Kabupaten Pringsewu,” imbuhnya.

Sebab, lanjut Heri, tanpa kesatuan pemikiran dan sinergitas semua stakeholder terkait, apa pun upaya yang dilakukan Pemkab Pringsewu akan sulit terwujud.

Stunting punya risiko sakit lebih besar 

Perlu diketahui, Genbest Talk turut dihadiri Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Pringsewu Ulinnoha dan Mario Johan sebagai narasumber.

Keduanya hadir untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan para peserta seputar stunting.

"Banyak yang mengira bahwa anak gemuk itu tidak bisa stunting. Ini salah ya. Bahkan ada anak gemuk yang juga stunting. Jadi stunting itu bukan masalah gemuk atau nggak gemuk. Stunting itu masalah pertumbuhan tinggi dan juga tadi, penurunan intelligence quotient (IQ), risiko sakit lebih besar,” jelas Mario.

Senada dengan Mario, Ulinnoha mengatakan bahwa anak stunting saat dewasa nanti akan berisiko mengalami penyakit degeneratif dibandingkan anak-anak lainnya.

"Stunting punya potensi tadi bermacam-macam, di antaranya yang tadi disebutkan bisa obesitas, juga ada gangguan organ. (Kemudian) kemampuan metabolisme berkurang yang bisa memicu diabetes, sakit jantung, dan lain-lain,” ujar Ulinnoha.

Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest. Langkah ini merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting

Melalui situs genbest.id dan media sosial (medsos) @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta video grafis.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau