KOMPAS.com – Sebagian besar orangtua pernah menghadapi kondisi anak sulit makan dan memilih-milih makanan atau picky eater. Kondisi ini sebenarnya umum terjadi karena selera dan preferensi makan anak masih berubah-ubah dari hari ke hari.
Apalagi, dilansir dari www.unicef.org, anak-anak, terutama balita, perlu mencoba makanan baru lebih dari 10 kali sebelum memutuskan untuk menyukainya.
Picky eater biasa ditandai dengan gejala anak yang memberontak saat diberi makan atau sering menyisakan jenis makanan tertentu di piringnya saat waktu makan. Misalnya, menyisakan sayuran atau buah-buahan.
Kondisi anak yang memilih-milih makanan sering membuat orangtua panik. Sebab, jika terjadi dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan dan pertumbuhan anak.
Perlu diketahui, anak yang memilih-milih makanan berisiko tidak mendapatkan nutrisi lengkap, seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin. Padahal, nutrisi ini dibutuhkan untuk menunjang kesehatan serta pertumbuhan optimalnya.
Kiat menghadapi anak picky eater
Meski begitu, orangtua tidak perlu khawatir atau panik berlebih karena terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi kondisi tersebut.
Pertama, menyediakan beragam jenis makanan bergizi. Meskipun anak sedang berada di tahap memilih makanan yang ingin disantap, Unicef menyarankan agar orangtua tetap menyajikan beragam jenis makanan bergizi.
Dengan begitu, anak tetap bisa mengeksplorasi beragam warna, tekstur, dan rasa dari beragam jenis makanan yang berbeda-beda. Misalnya, tetap menyajikan menu sayur dalam piring agar anak bisa mencobanya.
Kedua, jangan memaksa anak makan. Anak picky eater biasanya akan menyisakan makanan yang disajikan atau makan dengan porsi yang lebih sedikit.
Jika mengalami hal ini, sebaiknya orangtua jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanannya atau memaksa makan dalam porsi yang lebih banyak. Sebab, tindakan ini bisa membuat anak trauma dan semakin memilih-milih makanan.
Sebaliknya, biarkan anak-anak makan ketika mereka merasa lapar dan berhenti saat merasa kenyang.
Pasalnya, mendengarkan tubuh dan memahami isyarat rasa lapar merupakan pelajaran penting bagi anak-anak. Selama berat badan anak naik sesuai fase pertumbuhan dan usianya, tetap aktif, dan sehat, berarti tidak terdapat masalah pada tubuhnya.
Ketiga, sajikan makanan dalam porsi kecil. Seperti diketahui, balita dan anak-anak memiliki ukuran lambung yang lebih kecil dari orang dewasa sehingga mereka tidak bisa mengonsumsi makanan dengan porsi yang sama.
Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar orangtua menyediakan makanan dengan porsi kecil sesuai usia anak. Jangan lupa untuk memuji anak saat ia memakanan makanan yang disajikan, meskipun hanya sedikit.
Keempat, jangan gunakan makanan sebagai hadiah. Ketika anak memilih makanan atau menolak untuk makan, orangtua kerap kali menjanjikan memberikan makanan favorit, seperti permen atau kue, agar anak mau makan.
Hal tersebut harus dihindari. Sebab, menggunakan makanan sebagai hadiah ketika anak berbuat baik atau menuruti orangtua dapat membentuk pola makan yang tidak sehat saat mereka dewasa.
Selain itu, cara tersebut juga bisa membentuk persepsi yang salah tentang makanan. Sebagai contoh, melabeli makanan tertentu sebagai “baik” dan makanan lain sebagai “buruk”.
Kelima, beri contoh yang baik. Menurut IDAI, anak-anak gemar meniru kebiasaan dari orang dewasa yang mereka percaya, terutama orangtua. Maka dari itu, orangtua harus memberikan contoh yang baik bagi anak, termasuk dalam hal makan.
Jika anak melihat Anda mengonsumsi makanan sehat atau makanan yang belum pernah mereka coba, kemungkinan besar mereka ingin mencobanya juga.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah duduk dan makan bersama dengan anak. Anda juga bisa menceritakan tentang makanan yang disantap dan bicarakan soal rasanya yang lezat.
Keenam, memberikan asupan nutrisi tambahan. Orangtua dapat memberikan nutrisi tambahan, terutama yang dapat membantu meningkatkan nafsu makan dan memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Sebagai opsi, Anda bisa memberikan susu Morinaga Morigro dapat menjadi pilihan nutrisi tambahan untuk Si Kecil.
Sebab, Susu pertumbuhan untuk anak usia 1-12 tahun ini memiliki formula GROMAX yang dapat membantu mengoptimalkan asupan nutrisi untuk mendukung tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak, serta membantu meningkatkan nafsu makan anak.
Morinaga Morigro mengandung minyak ikan, prebiotik dan probiotik, 14 vitamin dan 9 mineral, AA, DHA, omega 3 dan 6, kalsium tinggi, vitamin D, serta protein energy ratio 12 persen yang baik untuk pertumbuhan anak.
Untuk diketahui, protein energi rasio merupakan persentase energi yang dihasilkan oleh protein dalam makanan, yaitu rasio energi protein terhadap total energi makanan. Jika persentase protein energi rasio yang dimiliki tinggi, berarti baik untuk mendukung pertumbuhan anak.
Susu Morinaga Morigro memiliki dua varian rasa lezat dan rendah gula, yakni Madu dan Vanilla. Dengan kandungan tersebut, susu Morinaga Morigro dapat menjadi pilihan orangtua untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak.
Itulah enam kiat menghadapi anak picky eater. Meskipun awalnya anak akan menolak makanan tertentu, Anda tidak perlu khawatir. Tetap berikan makanan dengan gizi dan porsi seimbang setiap waktu makan agar anak terbiasa dengan berbagai jenis makanan.
Untuk informasi lebih lengkap mengenai susu Morinaga Morigro, silakan kunjungi tautan ini.