KOMPAS.com – Nyeri tulang belakang merupakan gangguan kesehatan umum. Lebih dari 80 persen orang pernah mengalami gangguan ini, terutama orang berusia 60 tahun ke atas.
Umumnya, nyeri tulang belakang disebabkan kerusakan pada sendi facet dan sendi kecil di antara tulang. Sendi facet sendiri berfungsi untuk memberikan fleksibilitas dan stabilitas pada tulang belakang.
Selain itu, masalah kesehatan tersebut juga bisa terjadi karena kista di sendi facet, yaitu benjolan jinak berisi cairan yang terbentuk karena trauma, peradangan, atau proses degenerasi.
Gejala dan keluhan nyeri tulang belakang akibat kista sendi facet bisa bervariasi, tergantung lokasi dan ukuran kista.
Kista yang menekan saraf tulang belakang dapat menyebabkan nyeri punggung dalam berbagai tingkat. Pada kasus berat, kista dapat menyebabkan gangguan fungsi buang air kecil atau besar, bahkan kelumpuhan.
Bila merasakan gejala dan keluhan di atas, pemeriksaan sedini mungkin harus dilakukan. Pemeriksaan ini meliputi konsultasi dan pengecekan riwayat kesehatan dengan dokter spesialis ortopedi. Selain itu, pemeriksaan fisik, rontgen, serta computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI). Melalui CT scan dan MRI, lokasi dan ukuran kista dapat terlihat dengan jelas.
Efektivitas pemeriksaan CT scan dan MRI telah dibuktikan oleh seorang pasien Mayapada Hospital Kuningan, Jakarta.
Ahli ortopedi setempat dr Nicko Perdana Hardiansyah, SpOT(K) Spine, mengatakan bahwa pasien berusia 64 tahun tersebut mengaku merasakan nyeri tulang belakang dan nyeri hebat pada punggung bawah yang menjalar ke kaki kiri.
Setelah melakukan pemeriksaan MRI di Mayapada Hospital Kuningan, ditemukan kista pada sendi facetnya.
“Pasien kemudian menjalani operasi minimal invasif untuk menghilangkan kista menggunakan metode Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS) pada Juni 2023. Usai menjalani operasi selama 12 jam, pasien dapat pulang tanpa alat bantu berjalan,” ujar Nicko dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/10/2023).
Sebagai informasi, metode BESS dilakukan dengan endoskopi dan merupakan operasi minimal invasif dengan luka sayatan kecil kurang dari 1 cm. Keuntungan metode ini adalah luka operasi dan kerusakan jaringan bisa diminimalisasi, durasi operasi menjadi lebih singkat, dan pasien dapat pulih lebih cepat.
Pada beberapa kasus, kista sendi facet dapat diobati secara konservatif tanpa pembedahan, seperti istirahat dan pemberian obat-obatan bertujuan untuk meredakan nyeri, antiperadangan, serta penenang ataupun narkotik tergantung tingkat keparahan nyeri.
Namun, pada kasus yang lebih berat, pengobatan kista sendi facet diperlukan tindakan medis khusus, seperti pemberian obat injeksi (suntik) antiperadangan di area saraf penyebab nyeri, pengambilan cairan atau drainase pada kista, meski kista dapat muncul atau terisi kembali.
Selain itu, pengobatan bisa pula dilakukan dengan operasi tulang belakang.
Untuk informasi penanganan atau pengobatan nyeri tulang belakang yang komprehensif, silakan temui dokter spesialis ortopedi di Orthopedic Center Mayapada Hospital Kuningan.