KOMPAS.com – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) sukses menggelar Seminar Internasional Digital and Risk Management in Insurance (DRiM) 2023 di Yogyakarta, Rabu (18/10/2023) hingga Jumat (20/10/2023).
Gelaran tahun keenam itu mengangkat tema “Entering The New World 4.0 Technology Beyond Imagination”.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan, industri asuransi jiwa mencatatkan peningkatan total tertanggung, baik secara perorangan maupun kumpulan, sejak 2021.
“Peningkatan jumlah tertanggung dalam beberapa periode terakhir tercatat konsisten di atas 10 persen,” ujar Budi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (14/11/2023).
Sampai Juni 2023, lanjut dia, peningkatan total tertanggung mencapai 19,7 persen jika dibandingkan periode sama pada 2022.
Adapun peningkatan terbanyak terjadi pada jumlah tertanggung perorangan yang mencapai 23,7 persen sehingga total tertanggung perorangan berjumlah 27,13 juta orang.
Sementara, pertumbuhan tertanggung kumpulan mencapai 18 persen sehingga mencapai total 61,33 juta orang pada akhir Juni 2023.
Menurut Budi, pertumbuhan tersebut merupakan pencapaian sekaligus amanah bagi industri asuransi jiwa untuk semakin meningkatkan pelayanan kepada para pemegang polis.
“Industri asuransi jiwa berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pemegang polis. Salah satu komitmen ini kami buktikan melalui pembayaran klaim,” kata Budi.
Dia merinci, industri asuransi jiwa telah membayar klaim sebesar Rp 79,44 triliun kepada 5,72 juta orang pada periode Januari-Juni 2023.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Komisioner Pengawasan Asuransi, Lembaga Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Iwan Pasila menilai, perkembangan industri asuransi didukung oleh pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam pertumbuhan ini, industri asuransi harus berfokus pada kepentingan konsumen.
“Industri asuransi mengalami resiliensi yang baik melewati pandemi. Semoga teknologi digital dapat mendorong penetrasi asuransi tanpa mengesampingkan risiko baru yang timbul dari teknologi,” ucap Iwan.
Akselerasi transformasi digital
Budi melanjutkan, industri asuransi terus bertransformasi untuk menciptakan produk serta layanan yang mudah dijangkau secara cepat oleh para pemegang polis. Salah satunya dilakukan dengan pemanfaatan layanan digital.
Ia pun tak menampik, penerapan teknologi digital pada industri asuransi memang tidak dapat dilakukan secara instan. Sebab, diperlukan berbagai pertimbangan, misalnya manajemen risiko yang komprehensif, regulasi yang ketat, dan biaya yang tidak murah.
“Oleh sebab itu, kami secara konsisten menyelenggarakan DRiM sejak 2018. Gelaran ini secara khusus membahas perkembangan teknologi digital beserta penerapan manajemen risikonya,” ucap Budi.
Pada kesempatan sama, Ketua DRiM 2023 Hani Kusumowardhani mengatakan, pada era industri 4.0, teknologi merupakan pendukung di berbagai lini kehidupan, termasuk perkembangan bisnis asuransi.
“Perkembangan teknologi, seperti artificial intelligence (AI), internet of things (IoT), dan blockchain, dapat menjadi peluang bagi industri asuransi dalam membuat proses lebih efisien, meningkatkan layanan kepada pemegang polis, serta memperkuat manajemen risiko,” jelas Hani.
Oleh sebab itu, tema “Entering the New World 4.0: Technology Beyond Imagination”, kata Hani, dipilih dengan tujuan untuk mempersiapkan industri asuransi jiwa dalam menghadapi berbagai tantangan masa kini.
Sejalan dengan hal tersebut, Chief Executive Officer (CEO) PT Prudential Life Assurance Michellina Laksmi Triwardhany mengatakan bahwa pihaknya mendukung kegiatan DRiM AAJI agar dapat terus berlanjut sehingga bisa memberikan inspirasi bagi industri asuransi jiwa.
Dia juga menilai bahwa transformasi digital memiliki peran penting bagi industri asuransi.
“Transformasi digital secara end-to-end merupakan kunci keberhasilan untuk menghadirkan layanan yang prima dan unggul bagi nasabah guna mewujudkan perlindungan berkelanjutan,” ujar Michellina.
Berbagai diskusi menarik
Seminar DRiM 2023 merupakan bentuk transformasi dan kesiapan industri asuransi untuk memperkuat tata kelola melalui penerapan manajemen risiko dan perlindungan kepada para pemegang polis.
Berangkat dari hal tersebut, DRiM 2023 menghadirkan narasumber kompeten yang membahas topik-topik menarik.
Salah satunya pada sesi berjudul “Banking Transformation: Leading the Next Generation”. Sesi ini menekankan signifikansi transformasi digital di setiap bagian organisasi.
Transformasi digital dinilai tidak hanya menciptakan solusi pada front end digital, tetapi juga end to end, mulai dari sumber daya, proses, hingga manajemen teknologi.
Dengan demikian, teknologi digital dapat mengoptimalkan bisnis sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pengalaman pelanggan.
Pembahasan tersebut juga diperkuat dengan data yang disampaikan salah satu narasumber. Data itu menyebutkan bahwa 75 persen kegagalan transformasi digital terjadi karena ketidaksiapan sumber daya.
Diskusi berlanjut dengan pemaparan mengenai contoh pemanfaatan teknologi dalam memudahkan customer experience sehingga pembelian asuransi menjadi lebih menyenangkan.
Diskusi semakin berkembang ketika salah satu narasumber membahas kemajuan teknologi AI yang berhasil memengaruhi proses bisnis sehari-hari.
Di sisi lain, narasumber itu juga menekankan signifikansi kolaborasi hubungan antara manusia dan AI. Salah satunya dalam penerapan generative pretraining transformer (GPT) yang mampu melihat, mengenali suara, dan mendengarkan.
Ajang kolaborasi lintas industri
Gelaran DRiM 2023 tidak hanya menjadi ajang pertukaran informasi antarperusahaan anggota, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun berbagai relasi dengan industri lain yang mendukung perkembangan industri asuransi jiwa.
Budi mengatakan, transformasi industri asuransi tidak hanya ditujukan untuk memenuhi ketentuan regulator.
“Transformasi harus bermuara pada perlindungan dan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, serta tetap memperhatikan aspek keberlangsungan jangka panjang bisnis perusahaan,” ucap Budi.
Penyelenggaraan DRiM pun mendapatkan apresiasi dari pihak yang terlibat. Salah satunya adalah Director Digital Transformation Insurance DXC Technology Michel H Feijen yang menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut.
Pihaknya menyadari bahwa tidak mudah mengimplementasikan teknologi dalam sebuah organisasi. Sebab, hal itu membutuhkan biaya, upaya, dan dukungan pihak ahli.
“Dalam melakukan transformasi, (hal) terpenting adalah keputusan untuk memulai. Oleh sebab itu, kami membuka kolaborasi dengan seluruh perusahaan anggota,” ujar Michel
Hal senada disampaikan Mikiko Steven dari Xendit Indonesia. Dia menyadari, sebagai penyedia solusi pembayaran digital, Xendit perlu mengetahui tren, inovasi, tantangan, harapan, dan kebutuhan industri asuransi, terutama asuransi jiwa.
Mikiko mengatakan, pihaknya telah berdiskusi dengan lebih dari 50 perusahaan asuransi jiwa dalam tiga hari penyelenggaraan DRiM 2023.
“Kami berterima kasih kepada AAJI yang telah membantu dan memberi kesempatan untuk berpartisipasi di DRIM 2023,” ucap Mikiko.
Country Manager sekaligus Direktur Utama PT Asuransi Allianz Life Indonesia Alexander Grenz juga menyatakan dukungan terhadap pelaksanaan DRiM 2023.
Dia meyakini, dukungan teknologi digital dan pemahaman mengenai manajemen risiko dapat membuat industri asuransi di Indonesia maju dan berkembang.
“(Mari) bersama kita lindungi sebanyak mungkin masyarakat Indonesia untuk masa depan yang lebih baik,” tambah Alexander.