KOMPAS.com – Pulau Bali merupakan destinasi pariwisata di Indonesia yang menjadi primadona di kalangan wisatawan lokal dan mancanegara. Sebab, Bali memiliki keindahan alam dan kebudayaan beragam, mulai dari karya seni, tari-tarian, hingga upacara adat.
Berbicara tentang karya seni, Bali tak pernah kehabisan seniman yang melahirkan berbagai karya. Salah satunya adalah Putu Sudiadnyani atau akrab disapa Mami Bara.
Lewat Bara Silver, Mami Bara berhasil membawa karya seni perak khas Bali ke level yang lebih tinggi sehingga keindahannya dapat dinikmati banyak orang. Desain yang unik dari produk ini menjadi ciri khas dari karya-karya Mami Bara.
Beberapa karya Mami Bara adalah anting-anting khas Bali berbentuk kipas sebesar kuping orang dewasa atau subeng, kalung, bros, dan gelang. Kerajinan yang kreatif dan inovatif ini sukses menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Pulau Dewata.
Inovasi jadi kunci bisnis berkelanjutan
Berdiri sejak 2003, Bara Silver menjelma menjadi sebuah galeri yang mengembangkan dan melestarikan warisan budaya secara turun-temurun dalam bentuk produk dan aksesori. Kekayaan desain pada produk Bara Silver terinspirasi dari alam, mulai dari flora, fauna, hingga motif khas Bali.
Mami Bara menceritakan, saat memulai bisnis, ia membuat produk sendiri dengan dibantu oleh sang suami yang merupakan perajin perak.
Bermodalkan pinjaman dari BRI sebesar Rp 20 juta pada 2003, Mami Bara memberanikan diri untuk merintis kerajinan perak di Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Wilayah ini memang dikenal sebagai sentra kerajinan perak di Bali.
“Awal (saya merintis bisnis hanya dengan) modal sendiri yang dipinjam dari BRI,” ujar Mami Bara.
Kegigihan dan semangat untuk terus berkreativitas membuat Mami Bara selalu percaya diri untuk mengembangkan produknya.
Ia pun berhasil mengembangkan berbagai inovasi, seperti karya seni perak yang dipadukan dengan tanduk kerbau, bahan daur ulang, dan batok kelapa.
Di tangan para perajin lokal yang bekerja sama dengan Bara Silver, berbagai bahan baku tersebut disulap menjadi karya seni perak bernilai tinggi.
“Produk-produk itu tercipta tak hanya karena Mami semangat berinovasi. Mami juga semangat untuk berkolaborasi dengan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lain, misalnya dengan (perajin) tas rotan dan kolaborasi dengan motif Bali,” ujarnya.
Tetap melangkah di tengah tantangan
Walau memiliki semangat yang tak pernah redup, bukan berarti Mami Bara dan Bara Silver tidak pernah melalui tantangan. Pandemi yang menghantam dunia pada 2020 turut mengganggu proses bisnis Bara Silver.
Meski demikian, kata Mami Bara, kolaborasi dengan BRI justru membuat bisnis lebih adaptif dan berkembang.
Salah satu dukungan yang dihadirkan BRI adalah membantu Bara Silver untuk tetap bisa menjangkau pembeli lewat kegiatan pameran online.
“Saat pandemi, kami diajarkan mengenai digital marketing. Sekarang, kami bisa melakukan aktivitas lain sambil berjualan. Keren banget!” ujarnya.
Ia mengisahkan bahwa kala itu, Bara Silver diajak untuk mengikuti pameran online di BRIianpreneur. Meski tidak hadir secara langsung di tempat pameran, produk Bara Silver tetap bisa dilihat konsumen secara virtual.
Selain bekerja sama dengan BRI, Mami Bara juga berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk dapat meningkatkan skala bisnis sekaligus mempertahankan keunikan desain khas Bali pada setiap produk.
Hasilnya, Bara Silver menerima pesanan dari Istana Negara untuk kegiatan kenegaraan. Bahkan, Bara Silver menjadi cendera mata untuk delegasi konferensi G20.
Mami Bara mengakui, meski sudah berjalan 20 tahun, Bara Silver berkomitmen untuk terus berinovasi agar tidak kalah dengan pengusaha perhiasan lain.
Penasaran bagaimana usaha Bara Silver bisa berkembang dan mendunia di tengah berbagai tantangan yang menerpa?
Saksikan kisah lengkapnya bersama Dion Wiyoko dan Andien yang mengunjungi Galeri Bara Silver lewat Petualangan BRILiaN The Series 3 Episode 4 di kanal YouTube Kompas TV pada link berikut.
Jangan lewatkan juga kisah inspiratif lain di Petualangan BRILiaN The Series 3 yang akan menghadirkan beragam cerita dari berbagai penjuru di Indonesia.