Advertorial

Menilik Peran Sektor Ketenagalistrikan dalam Dekarbonisasi Capai Target NZE

Kompas.com - 30/11/2023, 19:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Laporan Energy Institute Statistical Review of World Energy yang dirilis pada 2023 menyebutkan bahwa permintaan energi global saat ini mencapai 120.000 terawatt-hour (TWh). Sebanyak 40 persen di antaranya berasal dari sektor ketenagalistrikan.

Hal tersebut juga dibarengi dengan peningkatan emisi karbon yang mencapai 49,7 juta ton setara CO2 (GtCO2e). Dari angka itu, 32 persen emisi karbon disumbang oleh operasional di pembangkit listrik.

Peningkatan emisi karbon pun menjadi pekerjaan rumah seluruh pihak, baik pemerintah maupun bisnis, termasuk sektor ketenagalistrikan. Apalagi, perubahan iklim akibat pemanasan global kian mengkhawatirkan.

Menurut riset terbaru yang dimuat di jurnal Oxford Open Climate Change pada November 2023, kenaikan suhu permukaan bumi akan mencapai ambang batas 1,5 derajat Celcius dari era pra-industri pada dekade ini.

Untuk diketahui, ambang batas tersebut ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015. Saat ini, rerata kenaikan suhu permukaan bumi sudah mencapai 1,2 derajat Celcius dari era sebelum Revolusi Industri.

Sebagai upaya penanganan, negara-negara dunia dan sektor bisnis berkomitmen mencapai nol emisi bersih atau net zero emissions (NZE) pada 2050 atau lebih cepat. Salah satu langkah yang digaungkan adalah transisi energi.

Transisi energi merupakan keniscayaan untuk menyediakan energi bersih dengan mengimplementasikan inovasi berkelanjutan.

Komitmen dalam transisi energi ditunjukkan Wartsila, perusahaan yang bergerak di sektor ketenagalistrikan. Sebagai penyedia solusi keberlanjutan untuk industri energi dan kelautan, perusahaan yang bermarkas di Helsinki, Finlandia, itu turut mendukung seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, untuk mencapai NZE lewat penyediaan sistem tenaga listrik nol emisi.

Melalui jawaban tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (8/11/2023), petinggi Wartsila membeberkan sejumlah upaya yang harus dilakukan secara serius oleh seluruh negara di dunia, khususnya Asia Tenggara, agar dapat mempercepat transisi energi.

Pertama, penambahan jumlah energi terbarukan secara besar-besaran ke dalam sistem tenaga listrik.

“Negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, perlu menggunakan kapasitas energi terbarukan sebesar 1.100 GW dalam 30 tahun ke depan. Kapasitas pembangkit listrik tenaga surya dan angin harus ditambah rata-rata lebih dari 25 GW setiap tahun hingga 2050,” jelas petinggi Wartsila.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Dok. PLN Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat.

Kedua, pengimplementasian teknologi fleksibel, seperti pembangkit listrik mesin penyeimbang jaringan dan penyimpanan energi. Sebab, fleksibilitas merupakan kunci untuk mempercepat transisi menuju nol emisi.

Ketiga, penghapusan teknologi usang dan tidak fleksibel serta memprioritaskan penghentian penggunaan pembangkit listrik tenaga uap batu bara secara bertahap.

“Sektor ketenagalistrikan juga perlu mengimplementasikan carbon capture and storage untuk menyerap emisi,” ucap petinggi Wartsila.

Keempat, pemanfaatan teknologi Power-to-X (P2X) yang dapat memproduksi bahan bakar sintetik dan produk kimia dengan memanfaatkan energi terbarukan.

GEMS Digital Energy Platform dan Advanced Metering Infrastructure

Untuk mendukung pemanfaatan energi ramah lingkungan, Wartsila sendiri menghadirkan GEMS Digital Energy Platform, yakni perangkat lunak (software) yang dapat memantau, mengontrol, dan mengoptimalkan kinerja pembangkit listrik.

GEMS Digital Energy Platform bekerja dengan mengintegrasikan serta mengendalikan sumber daya dan seluruh infrastrukturnya, mulai dari teknologi penyimpanan energi, energi terbarukan, hingga penyeimbangan pembangkitan listrik termal.

Petinggi Wartsila mengatakan, GEMS Digital Energy Platform memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) serta analisis data secara real-time untuk mengalibrasi operasional pembangkit listrik pada waktu tertentu.

“Dengan demikian, platform tersebut dapat memastikan pembangkit listrik bekerja secara aman, andal, efisien, dan berkelanjutan,” kata dia.

Saat ini, Wartsila telah membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas secara keseluruhan 76 GW dan lebih dari 110 penyimpanan energi di 180 negara.

Upaya serupa juga dilakukan Trilliant, perusahaan penyedia solusi utilitas global terkemuka untuk sistem meteran canggih dan jaringan pintar (smart grid) asal Carolina Utara, Amerika Serikat (AS).

Chief Executive Officer (CEO) Trilliant Andrew C White mengatakan bahwa digitalisasi, termasuk lewat smart grid, memainkan peran penting dalam membantu mempercepat transisi energi.

“Digitalisasi dapat mengurangi emisi karbon hingga 20 persen pada 2050 di tiga sektor dengan emisi tertinggi, yakni energi, material, dan mobilitas,” ujar White dalam Energy Transition Conference yang diinisiasi oleh Tenaga Nasional Berhad (TNB) Malaysia, di Kuala Lumpur Convention Center, Agustus 2023.

Salah satu produk yang dihadirkan Trilliant untuk mendukung transisi energi pada sektor ketenagalistrikan adalah Advanced Metering Infrastructure (AMI).

Vice President and Product Strategy Trilliant Networks Greg Myers menjelaskan, AMI memungkinkan penyebaran teknologi nirkabel-hibrida dapat digunakan secara efektif dengan berbagai aplikasi.

“AMI memungkinkan pemrosesan data, identifikasi masalah, dan pengujian solusi virtual secara efisien yang mengarah pada dekarbonisasi. Kami mengelaborasi teknologi komputasi awan, AI, machine learning (ML), dan internet of things (IoT) pada alat tersebut,” jelas Greg.

Ilustrasi penurunan emisi karbon. Dok. SHUTTERSTOCK Ilustrasi penurunan emisi karbon.

Berkat dukungan teknologi tersebut, AMI dapat memberikan tiga manfaat utama dalam sistem ketenagalistrikan.

Pertama, mengumpulkan dan mengolah data untuk mengelola aliran energi dua arah. Kedua, mengurangi biaya operasional. Ketiga, mempersingkat dan bahkan menghindari pemadaman listrik.

Dengan mengaplikasikan AMI, energi yang digunakan pun menjadi lebih efisien sehingga emisi karbon dapat berkurang bahkan mencapai nol.

Greg mengatakan, AMI telah diaplikasikan di lebih dari 34 juta endpoint atau smart meter di seluruh dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara, yakni Malaysia.

“Trilliant telah mendukung penerapan 3 juta smart meter di Malaysia. Dalam dua tahun ke depan, kami akan menambah 7 juta smart meter di kawasan Asia-Pasifik,” ucap Greg.

Greg menegaskan bahwa jaringan listrik pintar tak hanya membantu memenuhi kebutuhan energi saat ini, tetapi juga menjadi fondasi untuk menciptakan ekosistem ketenagalistrikan berkelanjutan yang bebas emisi.

Hari Listrik Nasional Ke-78 dan Enlit Asia 2023

Wartsila serta Trilliant merupakan dua dari banyak pelaku di sektor industri energi dan ketenagalistrikan global yang terus mendorong transisi energi dunia.

Kedua perusahaan global itu telah memaparkan lebih detail mengenai inovasi dan teknologi yang dimiliki pada gelaran “Hari Listrik Nasional Ke-78 dan Enlit Asia 2023” di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, pada Selasa (14/11/2023) hingga Kamis (16/11/2023).

Hari Listrik Nasional Ke-78 dan Enlit Asia 2023? digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, pada Selasa (14/11/2023) hingga Kamis (16/11/2023). Dok. Enlit Asia Hari Listrik Nasional Ke-78 dan Enlit Asia 2023? digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, pada Selasa (14/11/2023) hingga Kamis (16/11/2023).

Untuk diketahui, Enlit Asia merupakan acara konferensi serta pameran tahunan yang menyatukan dua acara besar di sektor listrik dan energi, yakni POWERGEN Asia serta Asian Utility Week.

Sebanyak lebih dari 200 perusahaan, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi sponsor dan peserta pada acara tersebut. Mereka memamerkan berbagai teknologi dan inovasi terkini yang sejalan dengan strategi Asia untuk beralih ke pasokan energi rendah karbon.

Selama tiga hari penyelenggaraan, sebanyak 11.500 peserta dari 50 negara dunia turut hadir pada gelaran tersebut.

Melalui konferensi itu, Enlit Asia juga memberikan pengetahuan serta pandangan dari para pemimpin utilitas ketenagalistrikan dan energi di kawasan Asia tentang perkembangan, kebijakan, dan inovasi yang mendorong transisi energi.

Adapun gelaran Hari Listrik Nasional Ke-78 Enlit Asia 2023 atau HLN 78 merupakan hasil kerja sama Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) dan Clarion Events. Acara ini mengangkat tema “Strengthening ASEAN Readiness in Energy Transition”.

Gelaran Hari Listrik Nasional Ke-78 serta Enlit Asia 2023 merupakan hasil kerja sama Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) dan Clarion Events. Dok. Enlit Asia Gelaran Hari Listrik Nasional Ke-78 serta Enlit Asia 2023 merupakan hasil kerja sama Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) dan Clarion Events.

Ketua Umum MKI Evy Haryadi mengatakan bahwa Enlit Asia 2023 menjadi tonggak sejarah bagi dedikasi dan semangat kolektif partisipan mengenai keharusan transisi energi.

“Setiap negara mungkin memiliki pendekatan transisi energi yang berbeda. Namun, kami percaya bahwa seluruh negara sepakat untuk bisa memanfaatkan dan memperdagangkan energi secara berkelanjutan,” ujar Evy.

Untuk mencapai tujuan itu, lanjut dia, seluruh pihak harus berjuang dalam semangat kolaborasi dan tanggung jawab bersama.

“Presentasi, diskusi panel, serta seminar yang digelar pada Enlit Asia 2023 telah menjelaskan solusi inovatif, praktik terbaik, dan komitmen teguh terhadap keberlanjutan,” imbuh Evy.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau