Advertorial

WWF dan Save the Children Indonesia Canangkan Program “BASAMO“

Kompas.com - 01/12/2023, 17:28 WIB

KOMPAS.com – World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dan Save the Children Indonesia mencanangkan program Build and Empower Riau Children and Community for Sustainable Agriculture and Impactful Actions on Education in Kuantan Singingi (BASAMO) di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Program tersebut bertujuan untuk memperkuat sektor pendidikan demi pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan anak serta masyarakat Riau pada umumnya.

BASAMO juga bertujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, menerapkan budi daya perkebunan yang baik atau good agriculture practice (GAP), dan menyejahterakan anak-anak di Kabupaten Kuantan Singingi.

Menurut data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPMPD) Provinsi Riau, dari total lahan provinsi seluas 8,9 juta hektare (ha), Provinsi Riau memiliki lahan perkebunan seluas 4,3 juta ha.

Chief Executive Officer (CEO) Save the Children Indonesia Kurwiany Ukar mengatakan, pihaknya menyadari betapa pentingnya inisiatif tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan anak di Riau.

“Program ini merupakan langkah nyata dalam menjaga keberlanjutan ekosistem. Dengan melibatkan anak, diharapkan mereka memahami pentingnya menjaga lingkungan untuk generasi mendatang,” Jelas Kurwiany dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (1/12/2023).

Kabupaten Kuantan Singingi, lanjutnya, merupakan pusat perkembangan sosial budaya lokal yang memiliki kawasan bernilai ekosistem penting bagi hewan lindung dan juga penunjang hidup manusia.

Di sisi lain, kawasan tersebut mengalami tekanan akibat praktik pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan dan ekspansi lahan bagi perkebunan monokultur dan pertanian, terutama pergeseran dari karet alam ke sawit.

Ekspansi perkebunan sawit mengancam pelestarian keanekaragaman hayati dan berdampak ekologi karena ketidaksiapan sistem pengelolaan sehingga diperlukan upaya konservasi.

CEO WWF Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan, kelestarian keanekaragaman hayati sangat penting dilakukan melalui perubahan perilaku. Hal ini perlu ditanamkan sejak usia dini melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.

”Kami meyakini program ini dapat menjawab persoalan di atas melalui beberapa aktivitas yang berdampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau,” lanjut Aditya.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga keanekaragaman hayati, program BASAMO bakal mendampingi masyarakat petani karet alam untuk melakukan serangkaian praktik pertanian karet secara berkelanjutan.

Pendampingan tersebut meliputi penggunaan teknologi modern, akses kepada perbankan untuk mendapatkan kredit, dan penerapan GAP.

Aditya menuturkan, dampak lain dari praktik komoditas tidak berkelanjutan adalah keterlibatan anak sebagai buruh. Hal ini dapat menghalangi anak dari pendidikan dan membatasi hak-hak mendasar mereka.

Menurutnya, anak rentan terhadap masalah perlindungan, seperti eksploitasi, kekerasan, dan pengurangan akses belajar.

Program BASAMO, kata Aditya, merupakan solusi menjaga keanekaragaman hayati dan memulihkan ekosistem dengan menggunakan cara bertani yang alami sesuai kearifan lokal

Pada saat bersamaan, program tersebut juga melibatkan anak dalam sistem perlindungan serta memberikan pendidikan yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan.

BASAMO akan diimplementasikan di tiga desa di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, yaitu Desa Pangkalan Indarung, Kecamatan Hulu Singingi; Desa Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan; dan Desa Teluk Beringin, Kecamatan Gunung Toar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau