Advertorial

Dirut BPJS Kesehatan Ajak Mahasiswa ITB Kenal Baik Program JKN

Kompas.com - 11/12/2023, 15:32 WIB

KOMPAS.com – Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Ghufron Mukti melakukan kunjungan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Sabtu (9/12/2023).

Kunjungan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda, khususnya mahasiswa ITB, mengenai pentingnya jaminan kesehatan yang dihadirkan oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan.

Ghufron mengatakan bahwa program JKN telah mengubah paradigma akses kesehatan di Indonesia. Salah satu nilai Pancasila, yakni gotong-royong, telah menjadi prinsip penyelenggaraan program JKN.

“Program itu memastikan bahwa layanan kesehatan bukan lagi hak eksklusif bagi golongan tertentu, melainkan juga menjadi hak yang setara bagi seluruh warga negara,” ujar Ghufron dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (11/12/2023).

Dia melanjutkan, melalui kepesertaan program JKN, masyarakat, termasuk mahasiswa, dapat memiliki akses yang lebih mudah dan terjangkau untuk mendapatkan layanan kesehatan berkualitas.

Program JKN, kata Ghufron, memiliki cakupan kepesertaan yang jauh lebih besar ketimbang program jaminan kesehatan mana pun yang pernah ada di Indonesia, bahkan di dunia.

“Dulu, jaminan kesehatan hanya dikhususkan untuk kalangan tertentu, seperti pegawai pemerintah, anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), pekerja swasta, pegawai pemerintah daerah (pemda), atau masyarakat tak mampu. Kini, program JKN mencakup seluruh lapisan masyarakat,” jelas Ghufron.

Ketimbang negara-negara lain, peningkatan akses jaminan kesehatan di Indonesia dapat dikatakan sangat cepat. Dalam jangka waktu satu dekade, kepesertaan JKN sudah mencapai sekitar 266 juta orang atau 95,98 persen dari total penduduk di Indonesia.

Untuk mengimbangi peningkatan jumlah kepesertaan JKN, BPJS Kesehatan juga terus memperluas akses dan meningkatkan mutu layanan dengan melakukan transformasi.

“Banyak inovasi yang dihadirkan, mulai dari layanan berbasis digital hingga simplifikasi pelayanan kesehatan. Itu semua demi mewujudkan layanan yang mudah, cepat, dan setara," tegas Ghufron.

Program JKN juga telah menuai beragam prestasi, baik di kancah nasional maupun internasional. Sejumlah negara juga mulai melirik untuk mempelajari penyelenggaraan sistem JKN di Indonesia. Bahkan, untuk pertama kalinya, BPJS Kesehatan bersuara di forum internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di New York, AS.

"Suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia bahwa BPJS Kesehatan telah menjadi rujukan dunia. Banyak negara yang ingin mempelajari sistem jaminan kesehatan di Indonesia melalui program JKN,” ucap Ghufron.

Untuk itu, dia berharap, seluruh mahasiswa mampu memahami pelaksanaan sistem program JKN sehingga dapat menjadi generasi penerus yang memegang peranan penting dalam menyukseskan program JKN tersebut.

Pada kesempatan sama, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB Wahyu Srigutomo mengatakan, sinergi yang dibangun antara BPJS Kesehatan dengan institusi pendidikan, khususnya ITB, penting dilakukan.

Menurutnya, kerja sama yang dilakukan bisa berbentuk pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Dia menambahkan, potensi kerja sama juga bisa diperluas dengan pengelolaan data. Adapun data ini bisa dianalisis demi pengembangan keilmuan.

“Semoga sinergi dan kerja sama yang dibangun dapat semakin luas sehingga bisa menciptakan program JKN yang kian optimal,” tutup Wahyu.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau