KOMPAS.com – Saat ini, bidang profesi teknik sipil tidak hanya menekankan pembangunan fisik, tapi juga akurasi dalam setiap pembangunan infrastruktur.
Seperti diketahui, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu tolak ukur utama kemajuan suatu negara pada era globalisasi. Ketepatan dan ketelitian dalam setiap tahapan konstruksi menentukan keberhasilan proyek serta dampak jangka panjang terhadap masyarakat.
Urgensi pembangunan infrastruktur tidak dapat dipandang sebelah mata. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia berupaya mengejar ketertinggalan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi tersebut pun menimbulkan pertanyaan mengenai akurasi dan kualitas dari setiap proyek konstruksi yang dijalankan.
Salah satu contoh kasus yang mencuat adalah pembangunan jalan tol di daerah tertentu. Meskipun dianggap sebagai tonggak kemajuan, beberapa proyek dibangun tanpa mempertimbangkan kondisi aktual geografis. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan dan risiko kecelakaan bagi pengguna jalan.
Ahli teknik sipil pun menyoroti pentingnya teknologi dan metodologi yang presisi dalam setiap fase pembangunan. Dalam konteks ini, teknologi pemetaan dan survei menjadi kunci untuk memastikan akurasi desain dan pelaksanaan yang tepat.
Inisiatif tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi canggih, seperti pemetaan satelit dan sistem informasi geografis (SIG). Dengan begitu, kesalahan dalam perhitungan dan pengerjaan fisik dapat diminimalkan.
Pembangunan infrastruktur yang buruk dan kegagalan konstruksi dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, kecelakaan, bahkan kematian. Oleh karena itu, para ahli teknik sipil harus memastikan pembangunan infrastruktur dilakukan dengan benar dan akurat.
Dilansir The Guardian pada 2019, salah satu contoh kasus pembangunan infrastruktur yang buruk adalah Jembatan Morandi di Genoa, Italia. Jembatan ini runtuh pada tahun 2018 dan menewaskan 43 orang.
Penyebab runtuhnya jembatan itu adalah kesalahan dalam perencanaan dan konstruksi. Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya akurasi dalam pembangunan infrastruktur.
Sejalan dengan hal tersebut, teknologi yang memadai menjadi solusi bagi kontraktor dalam meningkatkan akurasi dan keamanan proses dan hasil konstruksi.
Menurut artikel Tekla dan The Constructor pada 2021, proyek infrastruktur yang mengadopsi teknologi pemetaan, termasuk penggunaan pesawat nirawak dan perangkat lunak pemodelan 3D, mencapai tingkat keberhasilan lebih tinggi ketimbang proyek yang menggunakan metode konvensional.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa integrasi teknologi canggih dalam pembangunan memiliki potensi besar untuk meningkatkan ketelitian dan efisiensi proyek infrastruktur secara signifikan.
Meski demikian, tantangan pembangunan infrastruktur tidak hanya terletak pada aspek teknis semata. Dalam era digital, sumber daya manusia yang terampil dan terdidik di bidang teknik sipil semakin dibutuhkan.
Melalui Program Studi (Prodi) Teknik Sipil yang telah terakreditasi internasional sejak 2015 dan terakreditasi Unggul, Binus University menjawab kebutuhan tersebut dengan menyediakan kurikulum yang mengintegrasikan teknologi terkini dan praktek lapangan.
Head of Civil Engineering Study Program Binus University Dr Ir Oki Setyandito, ST, MEng, IPM, APEC Eng mengatakan, Prodi Teknik Sipil Binus University menghadirkan pendekatan holistik dalam mendidik calon insinyur yang menjunjung tinggi etika keinsinyuran.
“Pembelajaran kami tidak hanya menekankan pada aspek teoretis, tetapi juga memberikan pengalaman langsung melalui program magang, kunjungan lapangan, dan kerjasama dengan industri," kata Dr Ir Oki dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (11/12/2023).
Sebagai solusi konkret, Binus University berperan aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap terjun dalam dunia konstruksi. Melalui kolaborasi dengan industri, mahasiswa Teknik Sipil Binus University memiliki akses langsung ke proyek-proyek nyata. Hal ini untuk membekali mereka dengan pengalaman dan pemahaman mendalam terhadap tantangan di lapangan.
Dr Ir Oki menekankan peran teknologi dalam kurikulum mereka. Pihaknya memastikan mahasiswa Binus terampil dalam menggunakan teknologi terkini, seperti Building Information Modeling (BIM).
“Mahasiswa Binus juga didukung perangkat lunak desain struktur terkemuka dan fasilitas pembelajaran dan fasilitas laboratorium teknik sipil yang lengkap," ujarnya.
Melalui pembekalan tersebut, Binus University bukan hanya menjadi tempat berkembangnya keahlian teknis, melainkan juga tempat bagi mahasiswa untuk mengembangkan soft skills, seperti pemecahan masalah, kerja sama tim, dan komunikasi efektif.
Hal tersebut sesuai dengan visi Binus University untuk melahirkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga mampu beradaptasi dan berinovasi di era yang terus berkembang.
Pembangunan infrastruktur yang akurat merupakan prasyarat untuk membangun masa depan yang berkelanjutan.
Dengan fokus pada akurasi dan teknologi dalam pembangunan serta pendidikan yang holistik di bidang teknik sipil, Binus University hadir sebagai solusi tepercaya dalam mencetak generasi insinyur yang siap menghadapi tantangan dunia konstruksi modern.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Prodi Teknik Sipil di Binus, Anda bisa klik tautan ini.