KOMPAS.com - Hampir setiap kegiatan manusia berpotensi menghasilkan jejak karbon (carbon footprint). Jejak karbon sendiri adalah jumlah karbon atau gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dalam kurun waktu tertentu.
Setiap jejak karbon yang dihasilkan berisiko memberikan dampak negatif bagi kehidupan di bumi, mulai dari kekeringan, sumber air bersih berkurang, memicu cuaca ekstrem dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, hingga kerusakan alam.
Adapun aktivitas manusia yang berisiko menimbulkan jejak karbon beragam. Salah satunya, penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil, seperti bensin, solar, atau gas. Proses pembakaran bahan bakar pada kendaraan menimbulkan jejak karbon.
Dengan bepergian menggunakan kendaraan pribadi, artinya seseorang turut berkontribusi menghasilkan banyak gas emisi karbondioksida (CO2).
Terlebih, ketika terjebak dalam kemacetan, mesin kendaraan menjadi lebih panas sehingga melepas gas emisi ke udara. Dengan semakin banyak penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil, semakin tinggi pula jejak karbon yang dilepaskan ke udara.
Aktivitas lain yang dapat menghasilkan jejak karbon adalah penggunaan energi listrik untuk keperluan sehari-hari dan konsumsi makanan.
Untuk mengantisipasi dampak negatif dari jejak karbon, diperlukan upaya bersama oleh berbagai pihak. Tujuannya, agar bumi tetap hijau dan lestari, serta memitigasi potensi bencana.
Hal itu dapat diwujudkan lewat langkah-langkah sederhana, seperti memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, serta menggunakan kendaraan umum untuk bermobilitas. Dengan begitu, kamu sudah berkontribusi untuk menjaga bumi.
Program netralitas karbon
Dalam upaya menjaga bumi agar makin lestari, salah satu perusahaan otomotif kenamaan di Tanah Air, PT Toyota-Astra Motor (TAM) mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung program netralitas karbon lewat kampanye bertajuk “It's Time for Eeveryone”.
Kampanye tersebut merupakan upaya perusahaan dalam mencegah peningkatan risiko pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change).
Selain melakukan kampanye peningkatan kesadaran terhadap pentingnya netralitas karbon, TAM secara aktif melakukan aksi pengurangan emisi karbon (carbon reduction) serta carbon offset dalam berbagai bentuk inisiatif sejak beberapa tahun terakhir.
Vice President Director Toyota-Astra Motor Henry Tanoto mengatakan, netralitas karbon saat ini telah menjadi tujuan bersama.
Adapun pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmen untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060. Langkah ini sejalan dengan target prinsipal TAM lewat Toyota Environmental Challenge 2050 guna merespons perubahan kondisi iklim.
“Lewat gerakan It's Time for Everyone, Toyota menyediakan akses bagi masyarakat untuk bisa ikut berkontribusi dan bersama-sama mengurangi emisi karbon demi masa depan yang lebih hijau,” ujar Henry dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (12/12/2023).
Henry melanjutkan, kampanye tersebut dimulai dengan pengadaan waste station yang ditampilkan pada acara pameran It's Time for Everyone di Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara (Jakut).
Upaya tersebut menjadi stepping stone atau pijakan awal Toyota untuk kemudian menyediakan berbagai cara pengurangan emisi karbon lainnya.
Bekerja sama dengan Rekosistem untuk pengadaan fasilitas, lanjut Henry, Toyota akan membangun waste station di berbagai titik di Pulau Jawa hingga 2023 yang diawali dari Jakarta. Waste station ini akan terus bertambah tiap tahunnya.
“Sampah anorganik yang dikumpulkan pada waste station akan diolah dengan prinsip 3R, yaitu reuse, reduce, dan recycle bersama tim Rekosistem,” jelas Henry.
Tak hanya itu, imbuh Henry, ke depan, Toyota telah menyiapkan berbagai inisiatif, yakni carbon neutral awareness, carbon reduction, dan carbon offset.
Inisiatif tersebut diharapkan dapat mengajak lebih banyak lagi masyarakat untuk ikut berkontribusi menciptakan lingkungan yang baik.
Sejumlah inisiatif yang dilakukan antara lain, menyelenggarakan Carbon Neutral Workshop terkait isu global warming dan tantangan lingkungan di masa depan dengan target penciptaan lebih dari 100 agent of change pada 2023.
Selain itu, menghadirkan lebih banyak pilihan kendaraan elektrifikasi yang ramah lingkungan, memperkenalkan keterampilan eco safety driving lewat training of trainers.
“Tujuannya, untuk menciptakan lebih dari 85 eco safety driving trainer hingga perbaikan ekosistem pantai lewat penanaman lebih dari 5.000 mangrove pada 2023,” kata Henry.
Sebelumnya, Toyota juga telah melakukan berbagai upaya popularisasi ekosistem kendaraan elektrifikasi di sejumlah kawasan wisata, seperti Bali dan Danau Toba.
Melalui dua electric vehicle (EV) Smart Mobility project, Toyota berupaya membangun pariwisata lokal berbasis ecotourism sembari memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mendapat pengalaman menggunakan kendaraan elektrifikasi, baik berbasis teknologi hybrid EV (HEV), plug-in hybrid EV (PHEV) maupun battery EV (BEV) dalam satu ekosistem yang terintegrasi.
Ajak masyarakat ikut berkontribusi
Pada kesempatan sama, Marketing Director PT Toyota-Astra Motor Anton Jimmi Suwandy mengatakan, lewat kampanye It's Time for Everyone, Toyota membuka kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat Indonesia untuk berkontribusi dalam mencapai netralitas karbon.
Pihaknya pun yakin bahwa tiap individu mempunyai caranya masing-masing dalam mengurangi emisi karbon.
“Oleh karena itu, kami berupaya menyediakan berbagai pilihan produk maupun program ramah lingkungan yang dapat dipilih masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan lifestyle mereka,” kata Anton.
Sementara itu, Marketing Planning and New Business Division Head PT Toyota-Astra Motor, Lina Agustina, menambahkan, Toyota merupakan pionir dalam memproduksi maupun memasarkan kendaraan elektrifikasi, baik di kancah global maupun nasional.
Di level global, misalnya, Toyota sudah memperkenalkan kendaraan listrik sejak 1997 dengan meluncurkan Toyota Prius Hybrid.
Adapun di Indonesia, Toyota telah mulai memasarkan kendaraan listrik sejak 2009 dengan mendatangkan Toyota Prius Hybrid Generasi ke-3.
“Hingga saat ini, Toyota sudah memasarkan lebih dari 7.021 unit kendaraan elektrifikasi lewat 15 model Toyota dan Lexus yang berkontribusi pada pengurangan lebih dari 7.500 ton emisi karbon di Indonesia,” kata Lina.
Lina berharap, masyarakat Indonesia bisa lebih aware terhadap kondisi terkini serta upaya penyelamatan lingkungan.
“Kami harap ke depannya, masyarakat bisa ikut berkontribusi lewat preferensi caranya masing-masing menciptakan masa depan yang lebih baik dan hijau bersama Toyota,” tuturnya.