Advertorial

Kecap Bango: 95 Tahun Perjalanan Menyentuh Kehidupan Masyarakat Indonesia

Kompas.com - 27/12/2023, 16:00 WIB

KOMPAS.com – Perjalanan panjang Bango sebagai salah satu brand kecap asli Indonesia dalam melezatkan hidangan Nusantara dimulai sejak 1928.

Berawal dari usaha rumahan yang didirikan di kawasan Benteng, Tangerang, Banten, nama Bango dipilih sebagai harapan agar produk kecap tersebut kelak bisa terbang hingga ke mancanegara.

Selama 95 tahun perjalanannya, Bango juga secara konsisten menjaga kualitas produknya. Sejak awal, Bango konsisten menggunakan empat bahan alami, yaitu kedelai hitam, gula kelapa, air, dan garam.

Hingga kini, Bango tetap melakukan seluruh upaya tersebut agar kecap manis yang berkualitas dapat terus lestari sebagai bumbu masak asli Indonesia yang menyatukan kelezatan aneka kuliner nusantara dari generasi ke generasi.

Selain itu, Bango juga berekspansi untuk memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia yang terus meningkat.

Guna memodernisasi dan mendorong laju proses produksi sekaligus menjaga kualitas produknya, Bango mendirikan dua pabrik secara bertahap, yaitu di Subang, Jawa Barat (Jabar), pada 1999 dan di Cikarang, Jabar, pada 2013.

Kualitas kecap Bango pun semakin disempurnakan melalui kehadiran kedelai hitam varietas unggul bernama Mallika yang merupakan hasil kolaborasi Bango bersama tim ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Nama Mallika sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kerajaan. Nama ini mencerminkan superioritas dari kedelai hitam Mallika jika dibandingkan varietas lain, baik dari segi rasa maupun kandungan nutrisinya.

Konsisten berinovasi

Meski telah berdiri selama 95 tahun, Bango tidak pernah berhenti untuk berkembang. Berbagai inovasi produk telah dilahirkan untuk memenuhi selera serta kebutuhan konsumen Bango yang beragam.

Contohnya, Bango Kecap Manis Pedas. Kecap ini memiliki sensasi rasa manis, gurih, dan pedas yang sedap serta cocok sebagai cocolan atau bumbu olesan.

Kemudian, Bango Hitam Gurih. Kecap ini dapat memberikan tampilan masakan yang lebih hitam dan cocok digunakan untuk masakan dengan cita rasa manis gurih.

Ada juga Bango Kecap Manis Less Sugar. Produk ini memiliki kandungan gula 45 persen lebih rendah sehingga lebih aman dinikmati oleh konsumen yang berisiko diabetes dan pre-diabetes. Dengan begitu, konsumen tetap bisa menikmati berbagai masakan berbumbu kecap manis tanpa rasa khawatir.

Rangkaian produk kecap Bango. dok. Bango Rangkaian produk kecap Bango.

Untuk melindungi kepercayaan seluruh konsumennya, khususnya konsumen Muslim, Bango selalu mengedepankan kehalalan produk-produknya. Konsistensi ini pun telah dibuktikan dengan didapatkannya sejumlah penghargaan, termasuk dari ajang Top Halal Award 2023 yang diselenggarakan oleh Indonesia Halal Training and Education Center (IHATEC).

Berkat seluruh upaya itu, Bango menjadi kecap andalan bagi banyak ibu dan keluarga dalam menyajikan aneka hidangan Indonesia. Hal ini sesuai dengan survei Kurious-Katadata Insight Center pada 2022 yang menunjukkan bahwa Bango menjadi brand kecap terfavorit pilihan 80,5 persen masyarakat Indonesia.

Inisiatif keberlanjutan

Seiring pertumbuhan bisnisnya, Bango juga memiliki beragam inisiatif untuk mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani melalui program Bango Pangan Lestari. Secara garis besar, program ini memiliki tiga pilar penting.

Pertama, pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan. Untuk memproduksi kecap, Bango menggunakan 100 persen kedelai hitam Mallika yang telah memenuhi serangkaian standar cara bertani yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Kedua, perlindungan kesejahteraan petani dan keluarga. Bango bekerja sama dengan UGM dan mitra lainnya mengembangkan “Program Petani Kedelai Hitam”. Hingga 2022, program ini telah menjangkau dan menyejahterakan lebih dari 11.000 petani lokal yang tersebar di 25 kabupaten/kota di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

Ketiga, menggalakkan regenerasi petani. Melalui “Program Petani Muda”, Bango bekerja sama dengan The Learning Farm untuk mendorong regenerasi petani.

Bango bekerja sama dengan The Learning Farm menginisiasi Program Petani Mudah untuk mendorong regenerasi petani. dok. Bango Bango bekerja sama dengan The Learning Farm menginisiasi Program Petani Mudah untuk mendorong regenerasi petani.

Pada program itu, Bango melakukan pembinaan intensif bagi para pemuda mengenai cara bercocok tanam yang efektif untuk hasil panen yang maksimal serta kesejahteraan yang lebih terjamin.

Misi pelestarian kuliner Indonesia

Sejak lama, Bango juga memiliki misi sosial untuk melestarikan keberagaman kuliner Nusantara. Salah satunya dengan melestarikan ribuan legenda kuliner yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Upaya itu diwujudkan melalui gelaran tahunan Festival Jajanan Bango (FJB). Sejak 2005, FJB menjadi cara Bango untuk mengajak seluruh masyarakat mengeksplorasi ragam hidangan berbasis kecap yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara.

Gelaran kuliner akbar itu pun selalu dipadati ratusan ribu pencinta kuliner pada setiap penyelenggaraannya. Bango berharap, lewat FJB, masyarakat, khususnya para ibu, menjadi lebih terdorong untuk menyajikan aneka hidangan berbasis kecap di rumah. Dengan begitu, mereka dapat ikut berperan melestarikan kuliner Indonesia.

Selain melestarikan kuliner Nusantara, FJB juga menjadi bentuk kontribusi Bango dalam memajukan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kuliner di Indonesia. Hal ini karena keikutsertaan para pelaku UMKM di FJB berhasil mendorong popularitas mereka di antara para pencinta kuliner.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki pun optimistis bahwa penyelenggaraan FJB dapat menjadi wadah penting bagi kemajuan pelaku UKM.

“Festival Jajanan Bango lebih dari sekadar acara, tetapi merupakan wadah penting bagi pelaku UKM untuk berinovasi, berkolaborasi, dan memanfaatkan kekayaan budaya nusantara sebagai keunggulan kompetitif di kancah global,” ujar Teten dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (14/12/2023).

Untuk diketahui, pelaksanaan FJB mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sejak 2019. Hal ini lantaran Kemenparekraf percaya bahwa FJB mampu membawa kuliner Indonesia mendunia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno pun mengapresiasi upaya Bango yang konsisten mengembangkan diri serta berinovasi untuk melestarikan kekayaan dan keragaman kuliner asli Indonesia agar dapat dikenal seluruh kalangan.

“Saya berharap Festival Jajanan Bango dapat mendorong semangat pengusaha kuliner dan masyarakat Indonesia untuk terus mempertahankan warisan kuliner nusantara sehingga Indonesia dapat menjadi tujuan wisata gastronomi dunia,” kata Sandiaga.

Ke depan, Bango berkomitmen terus mengepakkan sayap untuk memajukan kuliner Indonesia dan mengharumkan nama bangsa di tingkat dunia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau