Advertorial

Waspada, Ini 5 Penyakit Kritis yang Sering Mengincar Ibu Rumah Tangga

Kompas.com - 13/01/2024, 12:38 WIB

KOMPAS.com – Menjalani peran sebagai ibu rumah tangga tak selalu mudah seperti yang banyak orang kira. Tugas dan tanggung jawab yang diemban tidak sesederhana yang dilihat. Belum lagi, sejumlah risiko kesehatan kerap mengintai. Pasalnya, kewajiban-kewajiban tersebut sering kali menyita fisik dan psikis.

Setidaknya, ada lima risiko kesehatan yang perlu diwaspadai ibu rumah tangga. Dengan mengetahuinya, penanganan yang tepat bisa didapat. Berikut adalah ulasannya.

  1. Penyakit jantung

Meski sering dianggap sebagai masalah kesehatan yang lebih umum terjadi pada laki-laki, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan hal sebaliknya. Prevalensi penyakit jantung pada perempuan justru lebih besar, yakni 1,6 persen, ketimbang laki-laki yang hanya 1,3 persen.

Adapun penyakit jantung dipicu oleh berbagai faktor risiko, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas. Selain itu, gaya hidup kurang aktif dan stres turut meningkatkan risiko penyakit tersebut.

Gejala awal penyakit jantung sering kali tidak spesifik sehingga sulit untuk dideteksi. Namun, jika menunjukkan kelelahan berlebihan atau sesak napas setelah melakukan aktivitas ringan, waspadalah. Kondisi ini jangan diabaikan karena bisa memburuk dan menjadi gagal jantung kronis.

  1. Nyeri otot dan tulang

Aktivitas sehari-hari ibu rumah tangga, seperti mengurus rumah dan menggendong anak, memberikan tekanan pada otot dan tulang hingga akhirnya membuat bagian tubuh tersebut nyeri.

Selain kelelahan fisik, kurang berolahraga, dan postur tubuh yang salah saat melakukan pekerjaan rumah tangga juga menjadi penyebab nyeri otot dan tulang. Bahkan, bisa meningkatkan risiko penyakit tersebut.

Untuk menghindari kondisi tersebut, ibu rumah tangga perlu perhatikan postur tubuh saat melakukan aktivitas rumah tangga. Contohnya, jangan membungkuk saat mencuci piring dan menggendong anak. Kemudian, rutinlah berolahraga ringan agar otot-otot tidak kaku.

  1. Asam lambung

Asam lambung juga kerap menjadi masalah kesehatan bagi para ibu rumah tangga. Kondisi ini ditandai dengan naiknya asam lambung ke kerongkongan atau esofagus hingga menyebabkan sensasi tidak nyaman atau seperti terbakar di dada dan tenggorokan.

Gejala asam lambung meliputi nyeri ulu hati, bersendawa, mual, dan gangguan tidur.

Adapun penyebab masalah kesehatan tersebut, antara lain kelebihan produksi asam, pola makan tidak sehat, stres, obesitas, serta konsumsi alkohol dan rokok.

Jika tidak ditangani dengan baik, asam lambung dapat berkembang menjadi kondisi-kondisi yang lebih serius, seperti berikut.

  • Ulkus peptikum adalah luka atau ulkus yang terjadi pada lapisan perut. Luka ini dapat menyebabkan nyeri perut yang parah, mual, dan muntah.
  • Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah kondisi saat asam lambung naik ke kerongkongan dan mengiritasi lapisannya. Kondisi ini ditandai dengan heartburn, nyeri dada, dan kesulitan menelan.
  • Perdarahan gastrointestinal adalah pendarahan yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Pendarahan ini dapat menyebabkan muntah darah, feses berwarna hitam, dan anemia.
  • Esofagitis adalah peradangan pada lapisan kerongkongan yang menyebabkan heartburn, nyeri dada, dan kesulitan menelan.
  • Striktur adalah penyempitan pada kerongkongan yang dapat menyebabkan kesulitan menelan.
  • Barrett esophagus adalah kondisi ketika sel-sel yang melapisi kerongkongan berubah menjadi sel-sel yang melapisi usus. Barrett esophagus dapat meningkatkan risiko kanker kerongkongan.
  1. Perlemakan hati

Perlemakan hati merujuk pada peradangan atau kerusakan hati akibat penumpukan lemak di dalam sel-sel hati. Padahal, organ ini tidak berfungsi menyimpan lemak, tetapi menetralkan racun.

Pola makan tidak sehat, seperti tinggi lemak dan gula, menjadi salah satu pemicu gangguan kesehatan tersebut. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik atau olahraga karena sibuk mengurus rumah tangga turut meningkatkan risiko perlemakan hati.

Gejala awal perlemakan hati umumnya ringan, tapi tetap perlu diwaspadai. Sebab, jika tidak ditangani, perlemakan hati dapat menyebabkan kerusakan permanen pada fungsi hati.

  1. Stres hingga depresi

Tuntutan dan tekanan dari berbagai peran yang diemban sebagai ibu rumah tangga dapat menyebabkan stres. Jika tidak ditangani dengan baik, masalah ini dapat berkembang menjadi depresi.

Gejala awal stres pada ibu rumah tangga umumnya sulit dikenali karena sering diabaikan. Namun, jika mulai merasa cemas dan tegang serta berlangsung secara konstan hingga mengganggu kesehatan dan hubungan pribadi, bisa jadi menjadi pertanda bahwa stres kronis sedang terjadi.

Karena itu, penting bagi ibu rumah tangga untuk menyadari tanda-tanda awal stres. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang terdekat atau tenaga profesional saat diperlukan.

Menyadari ibu rumah tangga dan perempuan pada umumnya rentan terhadap risiko kesehatan, Generali menghadirkan asuransi penyakit kritis.

Asuransi tersebut dirancang untuk memberikan perlindungan finansial terhadap risiko tak terduga di masa depan. Dengan mengambil langkah preventif ini, para ibu rumah tangga dapat merasa lebih tenang dan fokus pada tugas-tugas harian serta memberikan kasih sayang kepada keluarga tercinta.

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan agen asuransi profesional Generali Indonesia untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi saat ini. Kesadaran akan kesehatan sangat penting, terutama bagi ibu rumah tangga yang memiliki peran krusial dalam keluarga.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau