Advertorial

Dorong Produktivitas Ternak, Pemprov Sulsel Dorong Inseminasi Buatan dan Pemanfaatan Limbah Cavendish

Kompas.com - 24/01/2024, 17:17 WIB

KOMPAS.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) akan memasifkan inseminasi buatan untuk meningkatkan produksi hewan ternak sapi. Selain itu, Pemprov Sulsel juga berencana untuk memanfaatkan limbah pisang cavendish sebagai alternatif pakan ternak.

Hal tersebut disampaikan Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin saat mengunjungi peternakan warga yang telah menerapkan inseminasi buatan di Jalan KH Abdul Hamid, Lingkungan Tanete, Kelurahan Biru, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Sulsel, Selasa (23/1/2024).

Pada kesempatan itu, Pemprov Sulsel juga menyerahkan bantuan 200 liter obat cacing cair, 200 liter disinfektan, 1.000 kg imbuhan pakan, dan 1.500 saset multivitamin.

Bahtiar menjelaskan, inseminasi buatan menjadi teknik reproduksi yang lebih efisien serta dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas sapi. Lewat metode ini, peternak dapat memilih bibit terbaik untuk dibiakkan tanpa perlu bergantung pada perkawinan konvensional.

Dengan begitu, lanjutnya, sapi yang diproduksi di Sulsel akan semakin berkualitas. Hal ini pun akan berdampak positif pada pertumbuhan industri peternakan dan ekonomi daerah secara keseluruhan.

"Sekarang, kami sedang berupaya bagaimana meningkatkan peternakan. Jumlah populasi sapi di Sulsel tercatat mencapai 1,4 juta ekor. Namun, sapi kami masih manual kawinnya sehingga harus melalui inseminasi buatan. Metode ini sebenarnya sudah dilakukan, tapi jumlahnya masih terbatas,” jelas Bahtiar dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (24/1/2024).

Sebagai informasi, pada 2023, inseminasi buatan sapi di Bone mencapai 24.299 ekor.

Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin. Dok. Pemprov Sulsel Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin.

Salah satu peternak yang memiliki sapi hasil inseminasi buatan adalah Sudirman. Ia menuturkan bahwa di peternakannya terdapat 26 ekor sapi. Semuanya merupakan hasil metode perkawinan tersebut.

Sudirman pun berterima kasih kepada Pemprov Sulsel atas kunjungan dan bantuan yang diberikan.

"Terima kasih telah berkunjung ke kandang saya, melihat sapi kami. Ada 26 ekor ternak yang semuanya hasil inseminasi buatan. Saya berharap, ke depan, semakin mantap dan semakin bagus programnya,” ujarnya.

Selain Sudirman, para petani pisang juga turut hadir dalam kunjungan Pemprov Sulsel itu, salah satunya La Melle. Ia menyampaikan permintaan agar pisang cavendish bisa semakin dikembangkan.

Pasalnya, limbah dari komoditas itu dapat menjadi alternatif pakan ternak, terutama saat musim kemarau.

Hal itu dibenarkan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dan Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Bone, drh Agus Riady M Anim.

Ia mengungkapkan, keterbatasan bahan baku mengakibatkan penggunaan limbah pisang untuk pakan ternak masih terbatas di Bone. Namun, program budi daya pisang cavendish yang masif berhasil membantu ketersediaan stok pakan.

Menurutnya, pisang cavendish memiliki nutrisi yang bagus sehingga bisa diolah menjadi pakan ternak.

"Kami sampaikan tentang optimalisasi inseminasi buatan untuk meningkatkan ternak sapi di Kabupaten Bone. Selain itu, penting juga memanfaatkan limbah pertanian, seperti batang pisang, untuk dapat dijadikan pakan ternak sapi," jelasnya.


Pada kesempatan itu, Bahtiar juga menyerahkan penghargaan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone atas kerja sama dan dukungan terhadap pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan menjadi kabupaten dengan Capaian Vaksinasi Terbaik Pertama di Sulsel Tahun 2023 dengan penerapan 193.168 dosis.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau