TANGSEL, KOMPAS.com - Universitas Terbuka (UT) Jakarta mengadakan kegiatan Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) Semeter Genap Tahun Ajaran 2023-2024.
Seluruh mahasiswa baru mengikuti acara OSMB secara bertahap yang diadakan di UT Convention Center (UTCC) selama empat hari, yakni pada tanggal 2,3,9, serta 10 Maret 2024.
Total Pendaftar Admisi UT Jakarta mencapai 23.415 dan berpotensi menjadi mahasiswa baru UT yang akan mendapatkan pembekalan PJJ melalui OSMB.
Kegiatan yang berlangsung pada Minggu (3/4/2024) dihadiri secara langsung oleh Rektor UT Jakarta Prof Ojat Darojat M.Bus, PhD dan Direktur UT Jakarta Edward Zubir.
Dalam pembukaan acara, Edward menjelaskan bahwa kegiatan OSMB UT diadakan sebagai panduan mahasiswa baru agar tidak merasa bingung saat menjalankan aktivitas perkuliahan.
“OSMB diadakan agar mahasiswa tidak seperti masuk hutan belantara (belajar online) tanpa kompas. Pasalnya, terdapat pengenalan tentang panduan studi yang ada di UT pada kegiatan OSMB ini, seperti sistematis belajar jarak jauh dan online serta fasilitas apa saja yang bisa digunakan. Dengan kegiatan ini, mahasiswa diharapkan bisa menyelesaikan studinya dengan baik,” ujar Edward.
Selain panduan, tambah Edward, mahasiswa baru juga akan akan diajak pihak universitas agar dapat membentuk kesadaran tinggi dalam menempuh perkuliahan.
Oleh karena itu, usai menjalani OSMB, para mahasiswa diharuskan untuk mengikuti sejumlah pelatihan yang diberikan oleh universitas.
“Sama seperti universitas lainnya, mahasiswa juga akan mendapatkan tugas terkait perkuliahan. Nah dari pelatihan itu nanti kami akan beritahu tentang skema dan persyaratan apa saja yang wajib dipenuhi. Terpenting, semua standar operasional prosedur (SOP) UT sesuai dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang telah ditentukan pemerintah,” tuturnya.
Edward mengingatkan, semua aktivitas LPKBJJ (Layanan Pendukung Kesuksesan Belajar Jarak Jauh) UT, salah satunya OSMB tersebut wajib diikuti agar semua mahasiswa tidak mengalami kendala saat proses perkuliahan berlangsung.
Terinspirasi konsep universitas di Inggris
Usai pembukaan, acara dilanjutkan dengan sambutan yang diberikan oleh Prof Ojat. Dalam sambutannya, Prof Ojat sedikit bercerita tentang sejarah berdirinya UT. Universitas ini disebutkannya merupakan implementasi dari ide pemerintah terinspirasi sistem pembelajaran British Open University (BOU) yang mengusung konsep Open University.
Lewat konsep tersebut, pihak UT ingin memberikan akses pendidikan kepada siapa pun tanpa padang bulu di mana pun mereka berada.
Lebih lanjut, Prof Ojat mengatakan, UT akan coba menghilangkan berbagai persyaratan yang dirasa menyulitkan calon mahasiswa untuk bisa mendaftar di kampus tersebut. Salah satunya terkait tidak adanya kepemilikan ijazah sekolah.
Menurut Prof Ojat, ijazah memang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan.
Namun, Prof Ojat juga tak mengesampingkan fakta bahwa banyak dari masyarakat Indonesia yang juga memiliki kompetensi tinggi dan ingin melanjutkan cita-cita ke jenjang kuliah, tapi tak sempat menamatkan bangku pendidikan sekolah.
“Contoh, ada nelayan yang dari kecil sudah melaut dan mencari ikan, tapi dia tidak sekolah. Kalau dibandingkan dengan sarjana perikanan yang baru lulus kan kompetensi si nelayan ini bisa dibilang tidak kalah. Jadi, kami ingin coba membuka kesempatan pada masyarakat seperti itu. Tentunya itu kami lakukan dengan seleksi ketat dan tidak asal-asalan,” ucap Prof Ojat.
Prof Ojat menambahkan, usulan tersebut akan disampaikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di pemerintahan baru.
Ia berharap, usulan tersebut dapat ditampung karena hal itu merupakan wujud komitmen UT dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di Indonesia.
“Nanti kami membuat konsep dan segera disampaikan kepada menteri yang baru setelah Oktober 2024. Kami ingin membantu meningkatkan kualitas SDM dan kesempatan itu juga kami buka untuk orang-orang yang sudah cukup berumur, tapi masih punya semangat belajar tinggi,” katanya.
Usai sambutan dari Prof Ojat, acara pun dilanjutkan dengan penyematan jaket almamater kepada para mahasiswa yang hadir oleh Edward dan Prof Ojat.
Pemaparan materi dari guru besar FKIP UT
Dalam OSMB tersebut, salah satu agenda penting yang diadakan oleh pihak universitas adalah kegiatan pemaparan materi yang dibagi ke dalam tiga sesi.
Salah satu materi itu diisi oleh Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UT Prof. Dr. Maximus Gorky Sembiring MSc.
Dalam pemaparannya Prof Gorky menjelaskan tentang sejumlah upaya agar mahasiswa dapat sukses pada sistem pembelajaran terbuka dan jarak jauh.
Ia juga memberikan kiat agar para mahasiswa dapat selalu termotivasi saat menjalankan proses perkuliahan.
“Pertama itu harus membangun kemandirian dan itu harus disertai dengan disiplin. Nah, dua ini datangnya harus dari dalam diri. Berbeda dengan kampus umumnya yang belajar langsung, biasanya kan ada dosen atau teman yang saling mengingatkan. Kalau di sini, itu harus datang dari dirinya secara mandiri," tegas Prof Gorky.
Penanaman pemahaman tersebut, lanjut Prof Gorky, diberikan agar para mahasiswa siap dalam menghadapi tiga hal penting saat berkuliah di UT.
Pertama, terkait kedisiplinan membaca modul perkuliahan yang diberikan secara mandiri. Upaya ini penting bagi mahasiswa mengingat mereka akan menjalani aktivitas perkuliahan secara online dan tidak ada interaksi setelah kuliah online dilakukan.
Kedua, dapat mengimplementasikan berbagai cara atau tutorial terkait sistem perkuliahan sesuai ketentuan.
Ketiga, kesiapan mental dalam menjalani pembelajaran jarak jauh ataupun online.
“Bahannya sudah bagus, tutorialnya sudah bagus, tapi kalau dia juga secara mental tidak siap bagaimana saat kuliah dan ujian online. Asal tahu, ujian berbasis pendidikan jarak jauh itu susah. Kalau mentalnya tidak siap, biasanya dia pasti akan ragu-ragu,” ujar Prof Gorky.
DIa menambahkan, untuk mengetahui mahasiswa yang lebih siap dalam sistem pembelajaran jarak jauh, hal ini biasanya akan terlihat saat mahasiswa memasuki semester 3.
“Nanti di semester 3 biasanya ketahuan. Mana orang-orang yang basis dia sebagai pembelajar jarak jauh itu sudah terbentuk. Kalau belum, saya sangat menyarankan untuk tidak mengambil mata kuliah sebanyak 24 SKS,” terangnya.
Anjuran tersebut bukan tanpa sebab. Menurut Prof Gorky, mahasiswa yang belum memiliki kesiapan mental dalam belajar jarak jauh yang baik umumnya akan kesulitan mengikuti pelajaran diberikan.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar mahasiswa yang memasuki semester 3 dan belum memiliki kesiapan untuk tidak terlalu banyak mengambil mata perkuliahan.
Terlebih, sebagian besar mahasiswa UT bukanlah berstatus sebagai mahasiswa penuh, tetapi juga pekerja.
“Kali nanti dapat pengumuman hasil kuliahnya tidak memuaskan bisa langsung down mentalnya. Akhirnya, jadi tidak termotivasi. Untuk menghindari hal-hal seperti itu, kami juga menyarankan mahasiswa untuk saling bergaul atau mengikuti komunitas. Jadi, ada yang mengingatkan,” jelas Prof. Gorky.
Selain itu, Prof Gorky juga menuturkan bahwa dirinya ingin agar mahasiswa yang sudah cukup berumur agar mau membaur dan bisa terbuka pada lingkungan perkuliahan. Utamanya, pada individu yang memiliki umur lebih muda.
Hal tersebut Prof Gorky sampaikan lantaran mahasiswa dengan kategori itu umumnya memiliki kebanggaan yang tinggi sehingga membuatnya sulit berinteraksi dengan baik.
“Misal, mahasiswanya ada yang lebih tua dari dosennya. Biasanya dia cenderung tertutup dan tidak mau terbuka karena ada pride yang dia jaga. Padahal, ini kan bukan masalah umur, tapi tentang siapa duluan yang sudah belajar. Ini yang juga sering kami temukan dan coba kami kikis pelan-pelan,” ucap Prof Gorky.
Sebagai informasi, selain Prof Gorky, ada pula dua materi lain yang dihadirkan pada kegiatan OSMB UT.
Materi tersebut dibawakan oleh Ketua Program Studi Magister Hukum Sekolah Pascasarjana UT Dr. M. Jeffri Arlinandes Chandra SH, MH dan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Aliansi Relawan Perguruan Tinggi Anti Penyalahgunaan Narkoba (Artipena) Dr. Teddy Oswari SE, MM, MIKom, C.LMA.