KOMPAS.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut bahwa penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab utama dari total kematian di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), peningkatan penyakit jantung selama periode 2013–2018 cukup signifikan, yakni dari 0,5 persen menjadi 1,5 persen.
Salah satu tenaga medis dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ismail Dilawar SpBKTV Subsp JD (K) pun membenarkan data tersebut.
Ismail mengatakan, jantung koroner merupakan varian dari penyakit jantung yang menjadi penyebab kematian tertinggi.
Penyakit tersebut terjadi akibat kondisi penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah arteri koroner yang bertugas memasok darah ke otot jantung.
Selain disebabkan penyumbatan, jantung koroner juga berisiko besar dialami oleh seseorang yang memiliki riwayat penyakit lain, seperti kencing manis dan kolesterol
"Di penyakit jantung sendiri, jantung koroner ini penyebab kematian nomor satu. Angka penderitanya juga banyak, sekitar 70-80 persen dibandingkan dengan penyakit jantung lainnya," ujar dr Ismail dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (15/3/2024).
Dokter Ismail menambahkan, gejala awal dari penyakit itu secara umum adalah nyeri di dada dan tubuh terasa lebih mudah lelah ketika melakukan aktivitas tertentu, seperti saat berjalan naik tangga.
Oleh karena itu, seseorang yang merasakan ketidaknyamanan di bagian dada disarankan segera melakukan pemeriksaan.
Baca juga: Jangan Sepelekan Stres pada Perempuan, Penyakit Jantung Bisa Mengintai Anda
Hal tersebut diperlukan agar dokter segera mengadakan pemeriksaan ekokardiografi guna mengetahui kondisi dan struktur jantung secara keseluruhan. Setelah itu, dokter akan mencari tahu faktor penyebab sakit yang diderita.
“Penyebab paling banyak jantung koroner adalah karena penumpukan lemak di dinding pembuluh darah jantung. Jadi, setelah ketahuan ada penyakit jantung koroner, dokter akan memberikan obat-obatan, seperti antikolesterol dan pengencer darah," kata dr Ismail.
Penyakit jantung koroner, tambah dr Ismail, memiliki beberapa tahapan, mulai dari yang ringan hingga berat.
Apabila penyakit jantung koroner berada pada tahap ringan, pengobatan dapat dilakukan melalui pemberian obat-obatan.
Pada tahap sedang, ada opsi pemasangan ring yang kerap dipilih karena memiliki risiko lebih kecil ketimbang opsi penanganan lain. Namun, tidak semua pasien dapat menjalani operasi pemasangan ring jantung.
Pasalnya, hal tersebut juga bergantung pada kondisi pasien. Terlebih, bila terjadi penyumbatan di lokasi yang sulit.
Meski begitu, penilaian tingkat keparahan jantung koroner sendiri tidak memiliki garis batas yang mutlak. Sebab, hal ini juga bergantung terhadap beberapa penilaian, seperti tingkat keparahan dan panjang sumbatan.
Tak hanya dengan obat dan pemasangan ring, penderita jantung koroner rendah dan sedang juga bisa memperbaiki kondisi kesehatannya dengan menerapkan pola hidup sehat, mulai dari tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, berolahraga secara teratur, menyeimbangkan waktu kerja, cukup beristirahat, dan makan dengan tidak berlebihan.
“Upaya-upaya yang dilakukan secara konsisten itu dapat mengurangi jumlah penyumbatan pada jantung. Mungkin tidak sampai menghilangkan, tapi bisa mengurangi atau menghambat laju penyumbatan," ucapnya.
Baca Juga: Jadi Penyebab Henti Jantung, Pahami Gejala Aritmia Berikut
Sementara itu, jika penyumbatan pada jantung sudah di atas 70 persen, maka pasien akan disarankan untuk operasi bypass.
Secara umum, operasi bypass jantung terdiri dari beberapa jenis, yaitu coronary artery bypass grafting (CABG), off-pump coronary artery bypass grafting (OPCAB) yang tidak menggunakan mesin bypass jantung, dan minimally invasive coronary artery bypass grafting (MICS) melalui sayatan di dada.
“CABG adalah operasi yang paling lazim dilakukan. Pada prosedur ini, Dokter akan mengambil pembuluh darah lain dari tubuh pasien, seperti kaki, tangan, atau dada bagian belakang. Kalau mobil itu ada ban cadangan. Kita juga ada pembuluh darah cadangan yang bisa diambil untuk dipakai memperbaiki pembuluh darah lainnya. Salah satunya, untuk bypass ini," tutur dr Ismail.
Untuk mengurangi risiko jantung koroner, dr Ismail pun menganjurkan agar orang berusia 30 tahun ke atas mau melakukan medical check up secara berkala.
Dengan begitu, penyumbatan pada jantung sekecil apa pun dapat langsung diketahui sehingga dapat ditentukan cara penanganannya.
Sebagai informasi, Mayapada Hospital memiliki fasilitas Cardiovascular Center sebagai pusat layanan kesehatan terpadu untuk menangani penyakit jantung. Fasilitas ini dilengkapi dengan dokter spesialis dan subspesialis yang ahli.
Ada pula peralatan canggih dengan teknologi terkini untuk penanganan berbagai penyakit jantung secara komprehensif, mulai dari skrining, diagnosis, operasi jantung, rehabilitasi jantung, hingga kegawatdaruratan jantung 24 jam.
Baca juga: Olahraga Lari, Salah Satu Investasi Jangka Panjang untuk Kesehatan Jantung