KOMPAS.com - Berada di ketinggian 750-1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) membuat Desa Wawowae, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki potensi alam yang berlimpah.
Beragam tanaman tumbuh subur di desa seluas 675 ha tersebut. Kopi menjadi primadona hasil bumi yang paling banyak dihasilkan. Tak ayal, mayoritas penduduk di Wawowae merupakan petani kopi dengan jumlah mencapai 685 dari total penduduk 1.680 jiwa.
Dengan luas lahan sekitar 156 ha, perkebunan kopi di Wawowae dapat menghasilkan sekitar 200 ton biji kopi jenis Arabika setiap tahun. Populer dikenal dengan kopi Flores Arabika Bajawa.
Sadar akan potensi besar itu, pemerintah desa beserta warga Desa Wawowae berinovasi dan bertransformasi sebagai salah satu desa penghasil kopi dari NTT. Selain untuk memopulerkan keunggulan cita rasa kopi khas NTT, inovasi juga dilakukan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa.
Kepala Desa Wawowae Leonardus Seso mengaku bahwa kopi merupakan produk unggulan yang sangat potensial dari wilayahnya. Bahkan, ia mengklaim kopi Flores Bajawa sudah dikenal hingga penjuru Nusantara hingga dunia.
“Karena kami yakin kualitas kopi kami tidak kalah dengan daerah lain. Makanya, kami bersama masyarakat berinovasi agar hasil kopi desa kami juga diminati banyak pencinta kopi. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke negara lain,” tutur Leonardus saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/3/2024).
Selain kopi, masyarakat desa juga memanfaatkan lahan suburnya untuk menanam jahe, rempah-rempah, hingga tanaman pangan dan hortikultura. Dengan luas lahan sekitar 50 ha, produktivitas hasil perkebunan ini mencapai 5 ton per tahun.
Untuk semakin mengembangkan potensi besar itu, Pemerintah Desa Wawowae kemudian mengembangkan usaha pengolahan kopi bubuk, kopi biji, dan teh Aksara yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Watuata. Di dalam unit usaha ini, terdapat kelompok tani masyarakat yang fokus bekerja untuk menghasilkan kopi yang berkualitas tinggi.
“Mulai dari penanaman, panen, hingga pengolahan kopi juga harus memenuhi standar. Pupuk yang digunakan juga bukan pupuk kimia, melainkan pupuk lokal atau alami,” jelas Leonardus.
Kehadiran unit usaha ini dilatarbelakangi oleh banyak petani yang kesulitan mengolah kopi hasil sendiri. Pada saat panen raya, kopi justru dibeli para tengkulak dengan harga lebih murah. Karena itu, BUMDes Watuata bergerak cepat membentuk wadah usaha untuk membantu menyerap dan mengolah sendiri hasil kopi Desa Wawowae.
Direktur BUMDes Watuata Hendrikus Bhaga Lalu mengatakan,tantangan saat ini adalah jangkauan pasar. Karena itu, BUMDes Watuata bergerak aktif membantu dari aspek pemasaran.
“Mulai dari perbaikan kemasan hingga rebranding agar pasar semakin tertarik dengan hasil kopi Desa Wawowae. Sekarang, kemasannya juga lebih bagus karena sudah didesain ulang,” kata Hendrikus.
Selain pengolahan kopi, BUMDes Watuata juga berinovasi menghadirkan unit usaha perkreditan dan jasa keuangan. Inovasi ini dikembangkan lantaran banyak masyarakat yang meminjam atau kredit uang secara harian melalui koperasi.
Hendrikus mengaku bahwa masyarakat tidak lagi kesulitan harus melakukan pinjaman karena tidak dikenakan bunga tinggi, seperti koperasi harian. Masyarakat juga menyadari kehadiran unit usaha ini membuat perputaran uang hanya terjadi di lingkungan Desa Wawowae saja.
“Makanya, pada 2022, kami mengalami surplus sebesar Rp 20-an juta. Sementara, pendapatan asli desa sekitar Rp 10 juta,” ungkapnya.
Kini, BUMDes sudah mengembangkan lima unit usaha, meliputi Unit Usaha Perkreditan dan Jasa Keuangan, Unit Usaha Pengolahan Kopi, Usaha Penyewaan Alat Perlengkapan, Unit Usaha Perdagangan, dan Unit Usaha PAMDesa.
Produk BRI memudahkan aktivitas ekonomi
Hendrikus mengatakan, perkembangan ekonomi yang terjadi di Desa Wawowae tak terlepas dari peran BRI. Seluruh aktivitas ekonomi masyarakat, termasuk inovasi usaha yang dijalankan BUMDes Watuata, sudah bersinergi dengan layanan perbankan BRI.
Dia sudah lama menjadi nasabah dan merasakan dampak langsung dari layanan perbankan BRI. Beragam fasilitas telah memudahkan proses transaksi, mulai dari pembayaran hingga pinjaman tunai seperti kredit usaha rakyat (KUR).
Untuk transaksi jual beli, para penjual telah dibekali dengan metode pembayaran nontunai, yakni QRIS. Tujuannya, agar para pengunjung pasar dapat dengan mudah bertransaksi tanpa perlu repot menyiapkan uang tunai.
Masyarakat juga tak perlu lagi kesulitan saat melakukan transfer uang. Cukup melalui layanan (BRImo, pengiriman uang berlangsung secara cepat, praktis, tanpa harus lagi datang ke mesin anjungan tunai mandiri (ATM).
Sarana itu juga semakin dipermudah dengan kehadiran AgenBRILink sebagai perluasan layanan perbankan BRI. Hendrikus menilai, kehadiran AgenBRILink di desanya turut membantu masyarakat yang tidak memiliki rekening bank (unbanked) dalam mengakses layanan perbankan.
“Ini sangat membantu masyarakat, terutama mereka yang tidak memiliki rekening untuk menerima kiriman uang dan diambil di AgenBRILink, tanpa harus bepergian jauh ke bank di kota. Jadi, lebih hemat ongkos,” katanya.
Hendrikus juga merasakan manfaat AgenBRILink yang telah membantu berbagai aktivitas transaksi masyarakat, seperti mempermudah membayar sejumlah tagihan. Hal ini secara tidak langsung juga membantu digitalisasi keuangan di masyarakat.
Untuk diketahui, AgenBRILink merupakan perluasan layanan perbankan BRI yang menjalin kerja sama dengan nasabah BRI sebagai agen. Para agen ini dapat melayani transaksi perbankan bagi masyarakat secara real-time online.
Melalui AgenBRILink, nasabah BRI ataupun masyarakat umum bisa mendapatkan pelayanan yang sama seperti hal di unit kerja BRI, mulai dari transfer uang, setor tunai, tarik tunai, pembayaran tagihan dan cicilan, hingga setoran pinjaman.
Berkat inovasi dan upaya pengembangan ekonomi yang dilakukan itu pun membuahkan hasil. Desa Wawowae berhasil meraih Penghargaan Khusus Desa Potensial Wilayah Tengah pada ajang Nugraha Karya Desa BRILiaN 2023 pada Rabu (10/1/2024).
Hendrikus mengakui, penghargaan tersebut sebagai buah kerja bersama dari seluruh perangkat dan masyarakat untuk memajukan desa. Adapun hadiah yang diterima dalam ajang Nugraha Karya Desa BRILiaN 2023 itu akan digunakan untuk lebih meningkatkan unit usaha yang ada di BUMDes dan mengembangkan potensi desa ke depan.
Dia pun berharap, penghargaan ini menjadi motivasi bagi Desa Wawowae agar tidak puas diri dan tetap bersinergi untuk membangun desa secara bersama-sama. Sebab, potensi desa masih harus terus digali dan ditingkatkan demi kemaslahatan bersama.
Hal ini juga menjadi kesempatan bagi desa lain untuk meningkatkan potensi desa agar lebih maju dan kreatif di masa depan. Masyarakat desa di mana pun di Indonesia dapat belajar dan mengikuti jejak desa-desa yang menjadi pemenang Program Desa BRILiaN.
Raih kesempatan jadi Desa BRILiaN tahun berikutnya dengan mengunjungi atau menghubungi Kantor BRI Unit dan Mantri BRI Unit terdekat yang akan membantu pendaftaran.
Yuk, jadikan desamu sebagai salah satu Desa BRILiaN!