Advertorial

DPRD Surabaya Ajak Warga Hentikan Buang Sampah di Saluran untuk Atasi Banjir

Kompas.com - 17/04/2024, 21:53 WIB

KOMPAS.com - Wakil Ketua DPRD Surabaya, A Hermas Thony mengajak warga ikut mengatasi persoalan banjir di Kota Pahlawan dengan menghentikan kebiasaan membuang sampah di selokan.

Selain itu DPRD Surabaya juga mendukung proyek percepatan pembuatan saluran box culvert dan bozem hingga pompa air.

Pimpinan DPRD juga melarang keras warga membuang sampah sembarangan di saluran air atau sungai. Perilaku tersebut kelihatan sepele dan dianggap bukan masalah, namun kenyataannya berdampak signifikan terhadap efektifitas saluran yang ada.

Akhirnya banyak saluran air di Surabaya terlihat penuh dengan sampah, mulai dari sampah

plastik, hingga pembalut atau pempers. Bahkan ada juga membuang bantal yang tidak terpakai di saluran air.

Akibatnya, saluran menjadi tersumbat. Setiap hujan deras dengan durasi lama sedikit,

sejumlah kawasan di Surabaya terjadi genangan atau banjir.

“Kalau budaya buang sampah di saluran itu tidak dihentikan, bersiaplah kota ini berakrab ria dengan banjir. Saatnya Satgas Sampah dan Satpol PP siaga di setiap saluran air,” tegas AH Thony menanggapi banjir yang masih terjadi di Surabaya, Selasa (16/4/2024).

Untuk itu, penanganan banjir harus terus menjadi prioritas pemerintah kota Surabaya.

Dampaknya luas banjir, tidak sekadar merepotkan mobilitas warga tetapi juga menyebabkan

aktifitas ekonomi menjadi terganggu dan tersebarnya berbagai penyakit.

Saat ini sudah ada Perda no 1/2019 tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Surabaya. Salah satunya melarang warga membuang sampah sembarangan. Sanksinya adalah tindak pidana ringan dengan denda Rp 75.000.

Namun Perda Sampah tersebut dinilai AH Thony hanya aksesoris tanpa ada penegakan maksimal. Buktinya banyak saluran mampet karena sampah.

Oleh karena itu, AH Thony mendesak Satpol PP dan Satgas Sampah bekerja lebih optimal. Dengan anggota yang ada, Satpol PP sebagai penegak Perda harus turun langsung, siaga di titik rawan warga membuang sampah di saluran.

Pimpinan DPRD Surabaya itu juga menyoroti perilaku warga Surabaya yang bikin geregetan. AH Thony kerap turun ke sejumlah kawasan dan perkampungan. Banyak ditemukan saluran air di kampung dan got buntu.

Namun kondisi tersebut dibiarkan warga. Tidak ada gerakan kampung

untuk membersihkan got.

AH Thony pun mengajak semua warga menggelorakan daya juang dengan bergotong-royong peduli lingkungan.

“Masak membersihkan got saja nunggu Pemkot. Mari Lurah, RT RW di kampung-kampung

menggerakkan kerja bakti. Apalagi rata-rata banjir di kampung karena got mampet,” kata AH Thony.

Ia juga berharap Dinas PU Sumber Daya Air rutin melakukan pengengecekan di setiap saluran air, terutama saluran primer atau sekunder. Bahkan kalau perlu hingga saluran di perkampungan. Semua saluran itu harus terkoneksi dan lancar.

Mereka juga harus rutin melakukan normalisasi dengan mengeruk setiap saluran.

Di sisi lain, pria asal Bojonegoro ini terus mendorong Pemkot Surabaya menuntaskan proyek saluran box culvert dan proyek saluran lain yang terkoneksi satu sama lain dan jangan ada lagi saluran tidak terhubung.

Dia mengungkapkan, air diyakini sebagai sumber kehidupan, tapi kalau melimpah dan

menggenang akan menjadi petaka.

Banjir sebenarnya menunjukkan bahwa ekosistem berjalan. Namun banjir akan menunjukkan masyarakat mana yang ramah dan peduli lingkungan dan mana yang tidak.

Kalau ramah lingkungan artinya mendapat sikap air yang ramah dari alam.

“Sebaliknya, mayarakat mana yang tidak peduli dengan pepohonan sebagai tempat air bersarang dan saluran sebagai tempat dia berjalan air akan menjadi banjir menjadi masalah yang mengganggu kesejahteraan,” tandasnya.

Semua Pihak Harus Bergerak

Mengatasi Banjir di Surabaya tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah kota saja, tetapi semua pihak harus bergerak bersama. Semua bersinergi untuk bersama-sama melawan banjir.

“Tidak bisa Pemkot sendiri yang berjuang menanggulangi banjir. Terutama masyarakat harus berperan aktif. Harus berpartisipasi aktif menjaga saluran tetap lancar,” kata AH Tony.

Upaya dalam mengatasi banjir harus dimulai dari kampung. Warga harus bisa menjaga saluran air di seluruh kampung.

Kalau mereka tidak bisa menjaga dan seluruh saluran air di kampung tersebut mampet, maka itu akan menjadi gambaran bahwa kampung yang lain kemungkinan besar juga sama.

Akibatnya, banjir akan merajalela di Surabaya karena kunci agar tidak ada genangan adalah saluran air lancar hingga ke laut.

AH Thony mengungkapkan, ada sejumlah hal yang harus diketahui dalam penanganan banjir

perkotaan.

Pertama, seberapa banyak air yang datang saat musim hujan. Kedua, berapa banyak air

saat penghujan harus ditahan di lingkungan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan. Ketiga, seberapa banyak saluran yang harus disediakan agar air bisa jalan nyaman ke muara laut.

Dalam analisisnya, banjir perkotaan di Surabaya bukan karena alam. Tapi lebih karena mampetnya saluran air. Masyarakat tidak sadar akan kesalahan yang dilakukan.

Bahkan AH Thony mencatat 60 persen banjir di Surabaya karena faktor saluran tersumbat sampah.

“Mereka justru cenderung menyalahkan pemerintah. Padahal selama ini Pemkot juga menempatkan infrastruktur penanganan banjir menjadi prioritas pembangunan,” pungkasnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com