Advertorial

Klaster Ayodhya Alam Sutera Hadirkan Hunian Nyaman dengan Kemudahan Akses Transportasi

Kompas.com - 22/04/2024, 18:14 WIB

KOMPAS.com - Pengembangan kawasan permukiman yang semakin pesat membutuhkan dukungan transportasi publik. Sebab, fasilitas transportasi yang terintegrasi dengan permukiman tidak hanya meningkatkan daya tarik pasar, tetapi juga mendukung pertumbuhan kawasan.

Ketua Umum Asosiasi Pengembang Real Estat Indonesia (REI) Joko Suranto menjelaskan bahwa pengembangan properti di pinggiran perkotaan umumnya dipadukan dengan perencanaan transportasi yang terhubung dengan permukiman.

“Ini karena kebutuhan akan sarana transportasi untuk ke tempat kerja, pendidikan, kesehatan, dan fasilitas hunian lainnya menjadi pertimbangan utama bagi penghuni,” tuturnya seperti diwartakan Kompas.id, Jumat (23/2/2024).

Beberapa pengembang besar telah membangun sarana intermoda, terminal, dan akses penghubung ke transportasi umum. Selain itu, pembangunan akses jalan juga dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan penghuni.

Sayangnya, kata Joko, pengembang skala menengah dan menengah bawah masih banyak yang sekadar menjual rumah dan mengabaikan akses transportasi. Mereka menghadapi kendala dalam penyediaan fasilitas transportasi karena keterbatasan pendanaan dan lahan, serta cenderung memanfaatkan fasilitas kawasan yang sudah ada.

“Akibatnya, terjadi peningkatan permukiman yang tidak terstruktur sehingga sistem transportasi lama sudah tidak lagi memenuhi daya dukung kawasan,” imbuhnya.

Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna mengatakan bahwa penghuni akhirnya mengandalkan sepeda motor untuk mobilitas. Hal ini pun menyebabkan volume sepeda motor tak terbendung sehingga kemacetan sulit terurai.

Menurut Yayat, minimnya akses transportasi semakin diperparah dengan kegagalan sistem transportasi umum yang disediakan pemerintah daerah.

“Kurangnya prioritas pada fasilitas transportasi umum disebabkan oleh anggaran yang terbatas, terutama saat pembangunan di daerah semakin berkembang,” jelasnya.

Menurutnya, salah satu masalah dalam operasional angkutan umum massal, seperti MRT, LRT, dan KRL, adalah kurangnya armada pendukung yang menghubungkan stasiun dengan permukiman.

Namun, beberapa pengembang kawasan permukiman skala besar telah memulai langkah terobosan dengan bekerja sama dengan menggandeng operator angkutan umum. Langkah ini telah terbukti memberikan manfaat bagi kawasan hunian dan meningkatkan kenyamanan serta kualitas hidup penghuninya.

Yayat mencontohkan bahwa salah satu pengembang kota di Serpong telah sukses membangun layanan transportasi publik yang terintegrasi dengan jalur kereta.

Layanan tersebut meliputi penyediaan terminal intermoda, lahan parkir, serta layanan bus ulang alik bagi penghuni. Bahkan, operasional moda transportasi bus telah terhubung dengan aplikasi yang memudahkan pemantauan pengguna.

Selain itu, Kementerian Perhubungan dan Japan International Cooperation Agency (JICA) telah menandatangani pembahasan proyek MRT Koridor Timur-Barat fase 1 tahap 1. MRT tersebut akan terbentang sepanjang 84,1 kilometer dari Balaraja di Kabupaten Tangerang, Banten, hingga Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Penumpang MRTKOMPAS/ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY Penumpang MRT

Direktur Jenderal Perkeretaapian Risal Wasal memastikan kelengkapan administrasi proyek fase 1 tahap 1 akan segera diselesaikan. Pembangunan ini akan melibatkan 21 stasiun, termasuk stasiun bawah tanah dan layang, serta pembangunan depot di kawasan Rorotan.

Sementara itu, Yayat menggarisbawahi perlunya pengembangan permukiman yang terstruktur seiring dengan peningkatan layanan transportasi.

“Pengembangan proyek perumahan harus memperhatikan kelayakan akses jalan dan angkutan umum untuk memfasilitasi mobilitas penghuni,” tutur Yayat.

Pengembang perumahan mewah, sambungnya, perlu memastikan konsumen bisa melakukan mobilitas tanpa kendaraan pribadi. Hal ini akan membantu mengurangi kemacetan di pusat kota.

Namun, pemerintah juga harus memberikan dukungan subsidi untuk layanan transportasi umum, mengingat pertumbuhan ekonomi terus meningkat.

Akses transportasi mudah dan desain open space

Kawasan hunian dan komersial di Ayodhya by Alam Sutera menonjolkan kemudahan akses transportasi yang terintegrasi dengan Jakarta dan Tangerang sebagai salah satu daya tarik bagi konsumen.

Kepala Divisi Penjualan dan Pemasaran PT Alfa Goldland Realty Adeline Fauzia Permana menjelaskan bahwa Ayodhya memiliki akses yang mudah ke Tol Jakarta-Merak yang terhubung dengan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) dan Stasiun Batu Ceper.

"Dari Stasiun Batu Ceper, warga yang tinggal di Ayodhya bisa mudah mengakses kereta api bandara menuju Stasiun BNI City. Pembelian tiketnya pun dapat langsung (di stasiun)," ujar Adeline.

Tampak depan gerbang Cassia klaster rumah tapak terbaru di kawasan Ayodhya by Alam Sutera.KOMPAS/RADITYA HELABUMI Tampak depan gerbang Cassia klaster rumah tapak terbaru di kawasan Ayodhya by Alam Sutera.

Menurut Adeline, kemudahan akses transportasi yang terintegrasi merupakan hasil dari pemahaman pengembang terhadap kebutuhan konsumen. Para calon pembeli rumah akan memberikan prioritas pada akses yang memudahkan mobilitas mereka.

“Selain akses transportasi, dalam lima tahun terakhir, di sekitar Ayodhya telah berkembang pesat fasilitas publik yang lengkap, mulai dari sekolah, rumah sakit, pusat perbelanjaan, hingga fasilitas perhotelan,” jelasnya.

Warga antargenerasi, lanjut Adeline, pasti menginginkan lokasi hunian yang memudahkan perjalanan mereka ke mana-mana. Properti yang dekat dengan akses transportasi memiliki nilai sentimental yang tinggi.

Sebagai informasi, Ayodhya memiliki luas lahan 16 hektare dan terdiri dari komplek apartemen dengan empat menara, diikuti oleh pembangunan klaster rumah tapak. Saat ini, telah ada tiga klaster rumah tapak yang terbangun dan semua unitnya telah terjual.

Desain salah satu living room di rumah contoh Cassia.Dok. Alam Sutera Desain salah satu living room di rumah contoh Cassia.

Salah satu klaster tersebut, Cassia, baru saja dibuka pada Jumat (23/2/2024). Klaster Cassia terdiri dari tiga tipe rumah dengan ukuran berbeda.

“Rencananya, akan ada tiga tahap peluncuran resmi pertama akan merilis 71 unit rumah,” kata Adeline.

Dari segi desain, rata-rata rumah di klaster Cassia memiliki konsep ruang terbuka (open space) sehingga memberikan kesan lega bagi penghuninya.

Adeline menjelaskan bahwa desain tersebut merupakan upaya untuk mengatasi keterbatasan lahan yang semakin mahal, serta sesuai dengan tren saat ini di mana orang cenderung suka berkumpul.

Taman di area belakang rumah di rumah contoh Cassia.KOMPAS/RADITYA HELABUMI Taman di area belakang rumah di rumah contoh Cassia.

Pembangunan di Ayodhya juga mengikuti nilai-nilai positif dari pembangunan kawasan di Alam Sutera, seperti pengoptimalan keamanan di area umum, jalan yang lebar, penghijauan di jalan, trotoar yang besar, serta jalur khusus untuk bersepeda dan joging.

Menurut Adeline, kemudahan akses transportasi dan lengkapnya fasilitas publik telah menjadikan penghuni Ayodhya berasal dari berbagai kalangan atau multigenerasi.

“Contohnya, pembeli unit rumah klaster Cassia ada yang merupakan generasi muda. Padahal, rumah tersebut diperuntukkan bagi orangtuanya yang sudah lanjut usia,” katanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com