KOMPAS.com - Imunohistokimia (IHK) merupakan salah satu jenis pemeriksaan untuk penanganan kanker payudara. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter spesialis patologi anatomi di laboratorium.
Sebagai informasi, IHK merupakan pemeriksaan lanjutan untuk melengkapi pemeriksaan patologi dasar yang sudah dilakukan pada spesimen biopsi dari dokter bedah onkologi jika dicurigai ada sel kanker.
Dalam konteks kanker payudara, pemeriksaan IHK memungkinkan ahli patologi anatomi untuk meningkatkan akurasi diagnosis pada kasus-kasus tertentu. Pemeriksaan ini juga melakukan klasifikasi subtipe molekuler kanker payudara berdasarkan status hormonal dan HER2.
Perlu diketahui, status hormonal dan status HER2 merupakan faktor penting yang perlu diketahui pasien payudara dalam menentukan metode pengobatan dan prediksi perjalanan penyakit ke depannya.
Status hormonal pada kanker payudara mengacu pada ada atau tidaknya reseptor hormon estrogen dan/atau progesteron pada permukaan sel kanker. Status ini menjadi penanda apakah kanker payudara memberikan respons yang baik terhadap terapi hormonal.
Reseptor estrogen dan progesteron adalah protein yang dapat berinteraksi dengan hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel kanker.
Berdasarkan status reseptor hormon, kanker payudara dikategorikan menjadi dua subtipe, yaitu Hormon Reseptor Positif (HR+) dan Hormon Reseptor Negatif (HR-).
Dokter Spesialis Patologi Anatomi Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Rizky Ifandriani Putri, SpPA, menjelaskan bahwa pertumbuhan sel kanker pada jenis kanker payudara HR+ cenderung lebih lambat ketimbang subtipe HR-.
Kanker payudara HR+ menandakan bahwa sel kanker memiliki reseptor hormon estrogen dan/atau progesteron yang aktif. Reseptor hormon ini memungkinkan sel kanker merespon dan tumbuh di bawah pengaruh hormon estrogen dan/atau progesteron.
“Sementara itu, pada jenis kanker payudara HR-, sel kanker kekurangan reseptor hormon dan sel kanker cenderung tumbuh lebih cepat serta agresif,” kata dr Putri dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (22/4/2024).
Dokter Putri menjelaskan, pemeriksaan penting lainnya adalah keberadaan human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) di permukaan sel kanker payudara. HER2 merupakan protein yang berperan dalam pertumbuhan dan pembelahan sel.
Sebagian kasus kanker payudara dengan jumlah atau aktivitas HER2 yang meningkat dapat berakibat pada pertumbuhan kanker agresif.
Berdasarkan status HER2, kanker payudara dikategorikan menjadi dua subtipe, yaitu kanker payudara HER2 positif (HER2+) dan kanker payudara HER2 negatif (HER2-).
HER2+ mengacu pada jenis kanker payudara di mana sel kanker mengekspresikan protein HER2 dalam jumlah atau aktivitas yang berlebihan dan cenderung tumbuh dan menyebar lebih cepat.
“Sementara itu, kanker payudara HER2- tidak memiliki ekspresi protein HER2 yang berlebihan dengan prognosis yang bervariasi,” tambahnya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik Mayapada Hospital Jakarta Selatan Dr Wulyo Rajabto, SpPD KHOM menyatakan bahwa pemeriksaan IHK mendukung para dokter dalam menyesuaikan rencana pengobatan berdasarkan kategori kanker dengan memberikan kombinasi terapi yang tepat dan lebih spesifik.
Ia mengungkapkan, metode terapi biasa dilakukan untuk kanker payudara HR positif, HR negatif, HER2 positif, dan HER2 negatif. Karena tumbuh di bawah pengaruh hormon, jenis kanker payudara HR+ kerap merespons baik terhadap terapi hormonal.
“Kanker payudara HR+ biasanya diobati dengan terapi hormon untuk memblokir efek estrogen dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Sementara itu, kanker payudara HR- biasanya diobati dengan kemoterapi, terapi target, dan dalam beberapa kasus, imunoterapi,” kata Dr Wulyo.
Dokter Wulyo melanjutkan bahwa jika seseorang teridentifikasi mengalami kanker payudara dengan subtipe HER2, tipe dan jenis obatnya juga berbeda. Kanker payudara HER2+ biasanya diberikan terapi target dengan obat-obatan yang secara khusus menargetkan sel kanker payudara dengan ekspresi HER2 berlebih.
Obat-obatan tersebut akan memblokir sinyal yang mendorong pertumbuhan sel kanker. Sementara itu, untuk HER2-, biasanya diobati dengan kemoterapi dan imunoterapi.
“Selain obat yang sudah disebutkan, ada juga beberapa kasus kanker payudara dengan kombinasi subtype,” kata Dr Wulyo.
Sejalan dengan Dr Wulyo, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik Mayapada Hospital Kuningan sekaligus Ketua Tumor Board Oncology Center Mayapada Healthcare Group Profesor Dr dr Ikhwan Rinaldi, SpPD, KHOM, MEpid, MPdKed, FACP, FINASIM mengungkapkan bahwa ada beberapa kasus kanker payudara dengan kombinasi karakteristik.
Sebut saja, HR positif/HER2 negatif, HR negatif/HER2positif, atau triple negatif yang tidak memiliki reseptor hormon estrogen, progesterone, dan protein HER2.
Prof Ikhwan melanjutkan, kanker payudara bukan penyakit tunggal, melainkan terdiri dari kumpulan subtipe beragam dengan penanda biologis yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemeriksaan IHK sangat penting agar dokter dapat mengembangkan metode pengobatan yang ditargetkan dan meningkatkan peluang keberhasilan perawatan bagi individu yang terkena kanker payudara.
Selain itu, skrining rutin dan deteksi dini juga merupakan langkah yang tepat dalam perjuangan melawan kasus kanker payudara di Indonesia.
“Langkah tersebut akan mendukung para dokter ahli onkologi dalam meningkatkan kecepatan dan ketepatan pengobatan,” kata Prof Ikhwan.
Supaya penanganan optimal, penanganan kanker perlu melibatkan tim dokter dari berbagai multidisiplin dengan serangkaian langkah perawatan yang terintegrasi.
Pasien perlu mengetahui rumah sakit yang tepat dengan lab patologi anatomi dan fasilitas lengkap terhadap pemeriksaan dan penanganan kanker payudara.
Salah satu rumah sakit swasta berstandar internasional di Indonesia yang terkenal dengan layanan terpadu untuk penanganan kanker adalah Mayapada Hospital.
Jaringan Mayapada Hospital berada di wilayah strategis, seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, dan Surabaya. Rumah sakit ini memiliki layanan unggulan bernama Oncology Center untuk menangani berbagai kasus kanker kompleks.
Oncology Center Mayapada Hospital memiliki layanan menyeluruh dengan fasilitas terkini, mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, pengobatan, serta terapi berkelanjutan untuk tumor dan kanker.
Melalui kolaborasi antartim profesional dari multidisiplin, Oncology Center Mayapada Hospital menerapkan layanan yang selalu memusatkan dan melibatkan pasien di setiap langkah perawatan (patient centric) dan mengutamakan mutu, keselamatan, serta pengalaman pasien (patient experience).
Tempat praktik Dokter Wulyo Rajabto dan Dokter Putri, Mayapada Hospital Jakarta Selatan, juga telah meraih akreditasi internasional JCI. Akreditasi ini telah diakui secara internasional sebagai standar tertinggi untuk lembaga kesehatan.
Mengacu pada standar protokol internasional yang ketat, Mayapada Hospital juga memiliki Tumor Board yang aktif memberikan rencana perawatan yang tepat.
Tumor Board memiliki layanan Patient Navigator yang beranggotakan tim medis dan penunjang medis untuk mendampingi pasien dalam menjalani perawatan kanker.