Advertorial

Atasi Masalah Ketahanan Pangan Nasional, Unpar Buka Prodi Teknologi Rekayasa Pangan

Kompas.com - 02/05/2024, 10:13 WIB

KOMPAS.com - Ketahanan pangan menunjukkan kemampuan negara dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya secara berkelanjutan. Di Indonesia, isu ketahanan pangan semakin krusial seiring pertambahan populasi, perubahan iklim, dan urbanisasi yang begitu cepat.

Saat ini, kebutuhan pangan masyarakat semakin besar seiring peningkatan populasi di Tanah Air. Di sisi lain, masifnya urbanisasi menyebabkan pergeseran pola konsumsi masyarakat, serta meningkatkan permintaan makanan olahan dan siap saji.

Persoalan tersebut menuntut kreativitas dan inovasi dalam teknologi rekayasa pangan untuk memproses, mengemas, dan mendistribusikan produk makanan secara efisien.

Pemenuhan akan kebutuhan pangan merupakan keniscayaan sehingga perlu menjadi perhatian seluruh pihak.

Guna mewujudkan hal itu, pemerintah Indonesia menetapkan ketahanan pangan sebagai prioritas nasional dalam berbagai kebijakan pembangunan. Tak terkecuali, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Meski begitu, ketahanan pangan bukan tugas pemerintah semata. Seluruh elemen masyarakat juga diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh demi keberlanjutan manusia dan lingkungan.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung turut berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Hal itu diwujudkan Unpar dengan membuka Program Studi Teknologi Rekayasa Pangan (TRP). Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pangan.

Melalui pembukaan Program Sarjana Terapan, Program Studi TRP Unpar berkomitmen menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan solusi inovatif untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan di Indonesia.

Dengan proporsi pembelajaran 30 persen teori dan 70 persen praktik, tim pengajar kombinasi dosen akademisi dan praktisi, serta kesempatan magang di industri, mahasiswa siap berkarya di masyarakat.

Tidak hanya itu, mahasiswa juga dipersiapkan dengan model pembelajaran yang menekankan pada keterampilan praktis (learning how to learn) dan aplikatif dengan memberi ruang untuk berinteraksi serta merefleksikan pengalaman belajar.

Dengan begitu, mahasiswa diharapkan memiliki growth mindset serta semangat lifelong learning yang didukung dengan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi tantangan dan memecahkan masalah.

Rancangan kurikulum yang fokus pada penguasaan bidang keahlian aspek teknologi pengembangan proses dan produk pangan, didesain sesuai pedoman yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI).

Sebagai informasi, PATPI merupakan organisasi profesi yang beranggotakan akademisi dan praktisi yang bergerak dalam bidang teknologi pangan.

Pedoman tersebut menjadi framework utama dalam proses pembelajaran di TRP UNPAR. Dengan demikian, program TRP UNPAR dapat menghasilkan profil alumnus sebagai penyelia di industri pangan, riset dan pengembangan (R&D) industri pengolahan pangan, serta pengendalian mutu (quality control) dalam industri pengolahan pangan dan hasil pertanian.

Selain itu, alumnus TPR Unpar dapat menjadi wirausaha di industri pangan, penyuluh bidang pangan, dan pendamping teknis.

Terpanggil menjadi solusi ketahanan pangan di masa depan? Yuk, gabung bersama Program Studi TRP Unpar.

Informasi lebih lanjut, sila kunjungipmb.unpar.ac.id.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau