Advertorial

Kemenkominfo Ajak Generasi Muda Konsumsi Gizi Seimbang untuk Cegah Stunting

Kompas.com - 22/05/2024, 11:39 WIB

KOMPAS.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengajak generasi muda untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang sebagai salah satu upaya menurunkan angka tengkes (stunting) di Indonesia.

Ajakan itu mengemuka pada acara Genbest Talk Chapter 1 bertema "Gizi Seimbang, Tak Perlu Bimbang" di Kabupaten Serang, Banten, Selasa (21/5/2024).

Di hadapan para mahasiswa dan pegiat digital Kabupaten Serang, perwakilan Direktorat Jenderal (Ditjen) Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Irawan Prayoga menyampaikan, stunting dapat diturunkan dengan menerapkan perilaku hidup sehat sejak dini.

“Upaya itu juga termasuk dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang,” ucapnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (22/5/2024).

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan pedoman konsumsi makanan seimbang bernama "Isi Piringku". Pedoman ini menginformasikan porsi makan yang ideal dalam satu piring, yaitu 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.

Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Rita Ramayulis menjelaskan, gizi seimbang merupakan kombinasi tepat jenis, jumlah, dan waktu konsumsi makanan dalam hidangan sehari-hari.

"Sayangnya, pola makan jajanan saat ini sering kali tidak seimbang, tinggi gula, garam, dan lemak, serta rendah sayur, buah, dan protein. Hidangan seimbang harus mencakup karbohidrat, protein, sayur, dan buah," jelas Rita.

Rita menambahkan bahwa calon orangtua perlu memahami dan menerapkan pola makan sehat dan seimbang sedini mungkin. Hal ini tidak hanya untuk kesehatan diri sendiri, tetapi juga untuk anak yang akan dilahirkan agar terhindar dari stunting.

"Stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan berkembang pada anak yang terjadi selama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), mulai dari masa konsepsi hingga usia dua tahun. Ini adalah periode kritis yang menentukan kualitas kesehatan dan perkembangan anak di masa depan," terangnya.

Rita juga menjelaskan bahwa kualitas sperma pria dipengaruhi oleh asupan gizi selama 40 hari sebelumnya. Oleh karena itu, pria yang berencana menikah dianjurkan untuk memperbaiki pola makan minimal 40 hari sebelum pernikahan.

Sementara bagi perempuan, ia menyarankan, perbaikan gizi sebaiknya dimulai minimal 3 bulan sebelum menikah. Hal ini bertujuan untuk memastikan kesehatan optimal saat konsepsi.

Perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Andah Suryani yang turut hadir di acara tersebut juga mengajak remaja untuk melihat pernikahan dalam perencanaan jangka panjang.

Menurutnya, pernikahan bukan keputusan mendadak, melainkan hasil perencanaan dan persiapan matang.

"Laki-laki memiliki tanggung jawab bukan hanya persiapan pernikahan, melainkan juga setelahnya. Saat berencana mempunyai anak, sebaiknya tentukan jumlahnya dan atur jaraknya bila ingin punya lebih dari satu. Perencanaan pernikahan yang matang menghasilkan keturunan berkualitas yang terhindar dari generasi stunting," katanya.

Sebagai informasi, Genbest adalah akronim dari Generasi Bersih dan Sehat. Genbest dirancang khusus oleh Kemenkominfo sejak 2019 sebagai media informasi untuk mengedukasi generasi muda tentang bahaya stunting.

Lewat Genbest, masyarakat, terutama generasi muda, didorong untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Informasi seputar pola hidup bersih dan sehat disebarkan melalui berbagai platform, seperti laman genbest.id serta Instagram, Twitter, TikTok @genbestid.

Dalam kegiatan Genbest Talk di Kabupaten Serang, Kemenkominfo juga mengajak peserta membuat konten bersama kreator konten Meth Junior untuk mengenalkan bahaya dan pencegahan stunting.

“Kemenkominfo berharap, kegiatan tersebut dapat menginspirasi masyarakat untuk berperan aktif dalam penurunan angka stunting dengan menerapkan pola hidup sehat dan menyebarkan informasi pencegahan stunting ke lingkungan sekitar," kata Irawan.

Partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda, lanjutnya, diharapkan dapat mempercepat tercapainya generasi Indonesia yang sehat dan bebas stunting.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau