Advertorial

Kolaborasi Lintas Negara dan Sektor Kunci Penting Pengelolaan Sumber Daya Air

Kompas.com - 22/05/2024, 19:33 WIB

KOMPAS.com – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menegaskan perlunya kolaborasi lintas negara dan sektor dalam mengelola sumber daya air.

Hal itu Tito sampaikan saat menjadi pembicara dalam pertemuan 10th Local and Regional Government (LRG) World Water Forum (WWF) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Badung, Rabu (22/5/2024).

Air bersifat transnasional dan melintasi batas antarnegara. Tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat mengelola air secara mandiri. Oleh karena itu, kolaborasi dari semua negara sangatlah penting,” jelas Tito dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu.

Upaya terpadu itu, lanjutnya, tidak hanya dilakukan di tingkat internasional, seperti yang diwujudkan dalam 10th WWF di Bali, tapi juga nasional dan lokal.

“Di tingkat nasional, kolaborasi harus melibatkan pemerintah pusat, provinsi, kota, dan kabupaten. Sedangkan di tingkat lokal, melibatkan pemerintah desa dan masyarakat,” ucap Tito.

Air tidak mengenal sistem pemerintahan

Dalam kesempatan tersebut, Tito juga menyadari setiap negara punya sistem pemerintahan dan administrasi yang berbeda.

“Ada negara yang menganut sistem demokrasi, sentralisasi, dan desentralisasi, baik penuh maupun sebagian. Namun, air tidak mengenal sistem tersebut sehingga upaya pengelolaan sumber daya air tetap harus dilakukan secara kooperatif, mulai dari tingkat internasional hingga desa,” ucapnya.

Tito mencontohkan Indonesia. Negara ini menerapkan sistem pemerintahan demokrasi dengan sistem administrasi desentralisasi sebagian. Terdapat 38 provinsi, 98 kota, dan 416 kabupaten, serta 280 juta penduduk di dalamnya.

“Kami membagi tugas pengelolaan air kepada pemerintah pusat, provinsi, kota, kabupaten, dan desa. Sekali lagi itu tidak mudah, karena fakta luasnya negara,” ucap Tito.

Tito juga membagikan beberapa upaya strategis yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah di Indonesia untuk mendukung pengelolaan sumber daya air.

Pertama, menerbitkan kebijakan terkait air minum dan sanitasi untuk mencapai target pembangunan nasional.

Kedua, memfasilitasi dan mengawasi pemerintah daerah dalam meningkatkan penggunaan air irigasi.

Ketiga, melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pemerintah daerah untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, cuaca ekstrem, dan tanah longsor.

Keempat, mendorong pemerintah daerah untuk merumuskan dan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang sumber daya air.

Kelima, melakukan inovasi dan terobosan untuk mendukung kelestarian sumber daya air di tingkat lokal.

Keenam, mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang menyediakan air minum dan air bersih.

Terakhir, mengawasi pemerintah desa dalam menggunakan alokasi anggaran Dana Desa untuk mengatasi permasalahan air.

“Pada 2024, pemerintah pusat mengalokasikan dana sebesar 4,4 miliar dollar AS untuk desa. Sebagian dana tersebut digunakan untuk mendukung pengelolaan air di tingkat desa,” beber Tito.

Pengelolaan air di tingkat desa itu mencakup berbagai program, seperti pembangunan saluran air irigasi, penyediaan sarana air bersih, pembangunan toilet, pembuatan sumur, dan penanaman kembali daerah resapan air.

Upaya itu tidak hanya melibatkan kerja sama antarlembaga pemerintah, tapi juga seluruh pemangku kepentingan, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), masyarakat sipil, media, akademisi, tokoh agama, dan seluruh individu di masyarakat.

"Kolaborasinya meliputi berbagai program, mulai dari pendidikan, konservasi, penyediaan pengelolaan air bersih, hingga mitigasi pencemaran, termasuk penanganan sampah,” sebut Tito.

Turut hadir dalam forum tersebut Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono, Presiden World Water Council (WWC) Loïc Fauchon, serta Mayor of Konya/Presiden United Cities and Local Governments (UCLG) Ugur Ibrahim Altay.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau