KOMPAS.com – Penerima Hadiah Nobel Ilmu Ekonomi 2019 Esther Duflo, Abhijit Banerjee, dan Michael Kremer mengatakan bahwa membantu penduduk miskin secara langsung dan terarah tidak hanya mengangkat mereka dari jebakan kemiskinan, tetapi juga memberikan dorongan perekonomian negara.
Program-program berskala kecil ataupun terarah, seperti akses ke kredit mikro, bantuan pangan ke penduduk berpenghasilan rendah, dan dukungan produksi pertanian, memungkinkan individu untuk berinvestasi dalam peluang yang lebih produktif.
Untuk mendukung hal itu, Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) memainkan peran penting dalam distribusi bantuan pangan beras di Indonesia.
Pada 2024, Bulog telah menyalurkan bantuan beras sebanyak 10 kg per bulan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Angka ini naik dari 21,3 juta KPM pada 2023.
Bantuan pangan tersebut bisa membantu keluarga miskin untuk mencukupi kebutuhan pangan utama sehingga mereka bisa berfokus pada kebutuhan penting lain sebagai penunjang hidup.
Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa kelompok masyarakat miskin yang berjumlah lebih dari 21 juta orang sudah tidak perlu sibuk lagi mencari beras.
“(Kebutuhan beras) sudah disediakan pemerintah,” ujar Bayu dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (20/6/2024).
Pada 2023, Bulog telah menyalurkan sekitar 213.000 ton beras setiap bulan kepada penerima manfaat. Hal ini juga memberikan pengaruh kepada stabilitas harga beras.
Pakar pangan Indonesia Tito Pranolo mengatakan, terdapat dua manfaat dari distribusi bantuan pangan beras oleh Bulog yang terlihat jelas.
“Pertama, stabilisasi harga beras. Keberadaan bantuan pangan membuat volatilitas tinggi pada harga beras tidak terjadi. Hal ini sesuai dengan hukum supply demand. Kedua, kelompok masyarakat yang paling membutuhkan bisa mendapatkan akses pangan untuk mencukupi kebutuhan hariannya,” jelas Tito.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2023 mencapai 9,36 persen atau mencapai 25,9 juta orang.
Menurut Esther Duflo, masyarakat miskin cenderung memiliki perilaku konsumen yang berbeda. Oleh sebab itu, keputusan pembelian barang menjadi kompleks karena keterbatasan sumber daya.
Salah satu penerima manfaat bantuan beras di Grogol, Jakarta Barat, Asteria (73 tahun), menceritakan bahwa sejak Maret 2024, ia telah menerima bantuan beras sebanyak empat kali.
“Hal itu membantu kebutuhan pangan pokok bulanan keluarga saya. Bantuan beras 10 kg lebih kurang habis dalam waktu 3 minggu. Terima kasih atas bantuan dan perhatiannya kepada kami masyarakat kecil,” katanya.
Bayu menilai bahwa peran Bulog membantu keluarga miskin mencukupi kebutuhan berasnya. Peran ini harus terus diperkuat dan didukung oleh berbagai pemegang kebijakan agar manfaat bagi perekonomian nasional semakin optimal.
Kolaborasi antara Perum Bulog dan berbagai entitas yang membuat regulasi pangan di pemerintahan serta masyarakat dapat mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan nasional.
“Perum Bulog terus menjadi pilar penting dalam perekonomian Indonesia sebagai operator pelaksana rantai pasok pangan tepercaya dan berpengalaman yang akan terus berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan membantu mewujudkan ketahanan pangan keberlanjutan,” tutup Bayu.