Kabar pariwisata

Kinerja Bisnis dan Keuangan Tumbuh, Pefindo Beri Peringkat Final “IdAAA/Stable Outlook” untuk InJourney

Kompas.com - 28/06/2024, 20:03 WIB

KOMPAS.com – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, berhasil meraih peringkat akhir (Final Rating) “idAAA/Stable Outlook”.

Adapun capaian tersebut merupakan peringkat tertinggi dari penilaian tingkat kesehatan yang dilakukan perusahaan pemeringkat nasional PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Peringkat akhir idAAA merefleksikan posisi kemampuan “Superior” InJourney dalam memenuhi komitmen keuangan jangka panjang yang relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.

Mengacu kepada Kategori Penilaian Tingkat Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Kementerian BUMN, atas penilaian tingkat kesehatan idAAA/Stable Outlook InJourney, termasuk dalam klasifikasi “Sangat Sehat”.

Pemeringkatan tersebut diberikan Pefindo berdasarkan data dan informasi perusahaan serta laporan keuangan audit per 31 Desember 2023.

Pefindo menyatakan bahwa peringkat idAAA dengan outlook stabil merupakan cerminan dukungan yang sangat kuat dari Pemerintah Indonesia, kualitas kredit yang kuat dari anak usaha di sektor aviasi, serta kuatnya segmen pariwisata di Indonesia. Utamanya, pada produk dan aset yang berada di bawah kelolaan InJourney.

Direktur Utama InJourney, Dony Oskaria mengatakan, peringkat yang diperoleh InJourney tersebut merefleksikan kinerja dan performa perusahaan yang solid sepanjang 2023.

“Hal itu sejalan dengan bangkitnya sektor pariwisata dan juga industri aviasi Indonesia. Kami berharap, InJourney terus membukukan kinerja yang baik sehingga peringkat ini dapat dipertahankan,” ujar Dony dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (28/6/204).

Dony melanjutkan, kinerja solid tersebut diraih seiring upaya InJourney Group untuk bersinergi dalam menjalankan kegiatan bisnisnya serta didukung dengan semakin pulihnya industri pariwisata dan aviasi di Indonesia.

Pada 2023, InJourney berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun atau melonjak hingga 211 persen dibandingkan 2022 yang mengalami rugi Rp 993 miliar.

InJourney juga berhasil mencetak EBITDA sebesar Rp 8,8 triliun, meningkat hingga 72 persen jika dibandingkan periode 2023 sebesar Rp 5,1 triliun.

“InJourney juga membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 23,347 triliun, atau meningkat 47 persen dibandingkan pendapatan usaha pada 2022 yang mencapai Rp 15,855 triliun,” terang Dony.

Dari sektor aviasi yang dikelola di bawah InJourney, perusahaan berhasil menumbuhkan peningkatan trafik. Bandara di bawah pengelolaan InJourney Airports mengalami pertumbuhan trafik penumpang hingga 30 persen menjadi 150 juta. Sementara, pergerakan pesawat tumbuh 14 persen menjadi 1.212.

Kenaikan tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan operasional hingga 47 persen menjadi Rp 23,34 triliun. Sementara, jumlah wisatawan tumbuh hingga 20 persen menjadi 4,05 juta wisatawan pada 2023.

“Pada 2023, InJourney mampu membalikkan kinerja perusahaan yang sebelumnya rugi menjadi laba hingga Rp 1,1 triliun. Meningkatnya pendapatan perusahaan, sejalan dengan terus bangkitnya sektor pariwisata yang memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja InJourney,” kata Dony.

Pada kesempatan sama, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko InJourney, Yudi Rizkyardie Darun, menjelaskan, InJourney berfokus untuk memperkuat pondasi bisnis dan percepatan pemulihan pariwisata.

Hal itu sejalan dengan dua peran utama yang dijalankan InJourney sebagai value creator dan agent of development.

“Pada 2023 melalui peran aktif InJourney sebagai tourism orchestrator dan strategic holding, InJourney menjalankan langkah strategis Boosting Tourism Recovery dengan meningkatkan kolaborasi dengan key airlines untuk meningkatkan direct flight, baik domestik maupun internasional.” Kata Yudi.

Penguatan kinerja di sektor aviasi dan kebandarudaraan salah satunya dengan membentuk dua subholding, yakni InJourney Airports dan InJourney Aviation Services.

Hal itu dinilai dapat meningkatkan kolaborasi dengan stakeholder melalui pengembangan destinasi pariwisata dan penyelenggaraan event internasional, serta memperkuat fundamental keuangan dan kesehatan keuangan korporasi baik induk dan anak perusahaan.

Menurut Yudi, peningkatan kinerja bisnis dan keuangan InJourney tak luput dari dukungan dan kolaborasi antara induk dan anak perusahaan, serta sinergi antar-stakeholder yang baik termasuk Kementerian BUMN dan lembaga/instansi lainnya.

“Ke depannya, InJourney telah menyusun sejumlah inisiatif strategi kepada anak perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja bisnis dan kinerja keuangan InJourney Group. Khususnya, peningkatan kunjungan wisatawan pelayanan pariwisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang optimal dengan tetap menjaga prinsip efektif dan efisiensi,” jelasnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com