JAKARTA, KOMPAS.com – Perusahaan atau organisasi yang menerapkan prinsip environmental, social, dan governance (ESG) memiliki kinerja yang lebih baik ketimbang perusahaan yang belum mengimplementasikannya. Begitupun di Indonesia.
Hal itu disampaikan President of Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) Shinta Kamdani sebagaimana diberitakan Antara, Selasa (27/7/2021).
“Berdasarkan riset yang dilakukan Clark and Keiner, 88 persen perusahaan yang menerapkan ESG bekerja lebih baik. Penerapan bisnis berkelanjutan berdampak bagus bagi bisnis dan investasi perusahaan mana pun,” jelas Shinta.
Kondisi tersebut juga tecermin di pasar bursa. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, kapitalisasi pasar 70 saham emiten ESG di pasar modal Indonesia menguasai 56,87 persen dari total capital market bursa atau senilai Rp 5.407 triliun pada Juli 2023.
Menurut Shinta, seluruh pelaku pasar, seperti investor, regulator, konsumen, dan pemangku kepentingan, mulai memberi perhatian khusus terhadap penerapan ESG yang berhubungan dengan masalah keberlanjutan bisnis sebuah perusahaan.
Sebagai informasi, ESG merupakan konsep yang mengedepankan kegiatan pembangunan, investasi, atau bisnis yang berkelanjutan dengan tiga faktor atau kriteria utama, yaitu environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola).
Perusahaan yang menerapkan prinsip ESG dalam praktik bisnis serta investasinya akan turut mengintegrasikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan, tanggung jawab sosial, serta tata kelola yang baik.
ESG sendiri lahir dari kesadaran investor tentang pentingnya bisnis yang berkelanjutan. Kesadaran ini mendorong perusahaan untuk menempatkan ESG sebagai bagian penting dari keputusan finansial jangka panjang.
Lebih dari itu, ESG juga merupakan upaya dalam mencapai 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan ini merupakan komitmen bersama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekaligus tetap melestarikan lingkungan.
Sebagai informasi, SDGs disepakati dalam Majelis Umum PBB yang diselenggarakan di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat (AS), pada 25 September 2015.
Keberlanjutan jadi tolok ukur
Pandemi Covid-19 memberikan hantaman keras bagi sektor ekonomi, termasuk perusahaan dan organisasi. Perusahaan yang tidak tahan banting terpaksa kolaps.
Di sisi lain, perusahaan yang memiliki manajemen sosial baik serta kemampuan mitigasi dan adaptasi terhadap situasi tak terduga cenderung bisa bertahan pada masa-masa itu.
Sejak itu pula kacamata investor berubah. Mereka tidak lagi menilai perusahaan hanya dari kinerja finansial. Aspek bisnis berkelanjutan lewat penerapan prinsip ESG menjadi poin penting yang kian diperhatikan. Penerapan prinsip ESG menjadi tolok ukur sehat atau tidaknya perusahaan sehingga memberikan hasil investasi berkelanjutan.
Guna memastikan penerapan prinsip ESG, perusahaan dituntut memiliki rencana (planning), implementasi, pelaporan (reporting), serta rating yang tepat, komprehensif, dan lengkap.
Strategi-strategi itu pun dapat dilakukan secara maksimal dengan asistensi dari konsultan sustainability terakreditasi dan berpengalaman, seperti Bumi Global Karbon (BGK).
Dalam wawancara eksklusif dengan Kompas.com, Jumat (31/5/2024), Director BGK Lydiawaty menjelaskan bahwa jasa konsultasi sustainability BGK berfokus pada tiga solusi layanan.
“Pertama, solusi sosial berkelanjutan. Lewat layanan ini, BGK mengasistensi klien dalam berbagai project, seperti grand design program corporate social responsibility (CSR), menyusun dokumen social mapping, menghitung social return on investment (SROI) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM), serta mengadakan pelatihan keberlanjutan,” terang Lydiawaty.
Kedua, solusi perencanaan, strategi, dan pelaporan keberlanjutan. Di sini, BGK membantu klien menganalisis potensi untuk menjadi lebih sustainable. BGK juga mendampingi penyusunan strategi, peta jalan dan program kerja ESG, Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB), serta laporan keberlanjutan dan tahunan. Kemudian, BGK juga melakukan pendampingan ESG Rating.
Ketiga, solusi lingkungan hidup dan karbon. Layanan ini mencakup asistensi dalam meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan dan mengintegrasikannya ke dalam publikasi ESG perusahaan.
“Solusi itu juga termasuk pendampingan perdagangan karbon, perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK), perhitungan penyerapan emisi dari aktivitas penanaman pohon, serta SBTi dan net zero assessment,” ucap Lydiawaty.
Beberapa perusahaan yang telah bekerja sama dengan BGK adalah PT Kompas Cyber Media (KCM) atau Kompas.com, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Indonesia Power, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Perkebunan Nusantara III, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT Angkasa Pura 1, Bukalapak, dan Sampoerna Kayoe.
Lydiawaty mengatakan bahwa perusahaan atau organisasi di Indonesia umumnya sudah menjalankan fungsi ESG. Hanya saja, praktik tersebut dilakukan secara terpisah di tiap lini.
Oleh sebab itu, diperlukan unit khusus dengan asistensi konsultan sustainability yang memonitor penerapan ESG sehingga praktik tersebut bisa berjalan sesuai standar. Kehadiran tim ini juga membantu memudahkan implementasi dan memonitor rencana kerja.
Dia menambahkan bahwa perubahan iklim (climate change) juga telah menjadi isu besar yang mengubah pandangan dunia terhadap perusahaan.
“Perusahaan tak lagi diminta untuk profitable, tapi juga sustainable. Bisnis yang sustain dan aware terhadap isu perubahan iklim akan berdampak baik pada perusahaan,” tegas Lydiawaty.